Tampilkan postingan dengan label Cerpen Cinta. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerpen Cinta. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2014

Segenggam cinta suci meilan

CINTA FATHAN UNTUKKU.

Satu minggu sudah aku dipindahkan keruang rawat biasa. Ayah, Ibu, Kak Adrian menjagaku secara bergantian. Hari-hariku kian berhias bersama mereka. Keceriaan telah tercipta disetiap detikku. Keluargaku telah kembali, mereka rukun setelah komaku. Kami saling bercanda, tertawa saat mendengar ucapan Adinda dengan segala keluguannya. Begitu ia serius bila bercerita tentang sekolahnya. Apa lagi saat bicara tentang ibu gurunya yang sedikit cerewat pada anak-anak muridnya. Sungguh, ia sangat lucu menirukan gaya gurunya itu bila sedang marah-marah, mulutnya menyat-menyot, tangan bertelak pinggang dengan jari telunjuk menunjuk-nunjuk, benar-benar detail ia menirukannya. Aku sangat senang, suasana yang amat kurindukan sejak dulu.
Bukan hanya keluargaku datang merawat, Yuna, Anita dan Fathan pun mengunjungiku, menggantikan keluargaku kala mereka beristirahat. Kadang Yuna datang sendiri, kadang ia datang berdua dengan Anita, kadang bertiga bersama Fathan. Fathan pun seperti itu. Akan tetapi, kini Fathan sering datang sendiri. Ya, semakin lama aku semakin dekat dengan Fathan, memang kedekatan kami sudah terjalin selama aku sebelum dikurung dan akhirnya koma seperti seminggu yang lalu. Namun, kedekatan kami dulu hanya sebatas teman, teman curhat, teman bertukar pikiran tentang Islam selain dengan Yuna dan Anita. Tapi kini, kami kian dekat setelah kejadian aku terlepas dari ragaku. Bahkan kerap kali Yuna dan Anita meledek ku dengan Fathan, Fathan semakin menarik hatiku dengan sedikit kata gombalan-gombalan kaku ala anak-anak rohis.
Aku, Yuna dan Anita sering tertawa bila Fathan menggombal karena paksaan Yuna dan Anita. Bagaimana tidak, ia yang tidak biasa menggombal cewek. Jangankan menggombal, dekat dengan salah satu cewek dikampusku saja aku dan kedua temanku belum pernah melihatnya. Dia selalu menjaga jarak bila ada cewek mendekatinya. Bukan karena dia tidak suka cewek, tapi dia punya prinsip yang selalu ia serukan bila ada yang mendekatinya.
" Bunga mawar merah indah warnanya, tapi sayang ia penuh duri yang membuatku kadang tertusuk, tertusuk seperti saat aku menatap dirimu.. "
seperti itulah ucap Fathan kala ia dipaksa untuk menyatakan cinta secara langsung buatku. Gayanya yang kaku dan kikuk membuat aku tak bisa menahan tawa melihatnya. Fathan, Walau pun ia sangat populer dan sangat dikagumi cewek-cewek kampus ia tak berani bertindak gegabah dengan menyukai cewek sembarangan yang orang tua kriteriakan untuknya. Tiada hari tanpa tertawa. Silih berganti guyonan diantara keluargaku dan Anita juga Yuna, membuatku semakin merasakan kedekatan pada mereka.

****     ****     ****     ****

Hari ini, Kak Adrian dan keluarganya pulang balik ke Jawa saat Keadaanku kian membaik, tubuhku semakin sehat dan berat badanku sudah bertambah stabil. Kembali seperti semula. Setiap hari Dokter pun memeriksakan kesehatanku. Satu obat habis, Dokter memberikan resep obat baru untukku. Namun, selang infus masih menggelayut. Walau beberapa hari lagi aku sudah diperbolehkan pulang. Aaah, rasanya aku sudah bosan dan sudah kian tak sabar menunggu hari-hari kebebasanku dari makanan ala rumah sakit yang tak berasa bumbu.
Sore ini, Fathan datang berkunjung sendirian. Ia ingin mengajak aku jalan-jalan keluar rumah sakit sebentar. Biar aku tak bosan katanya. Aku hanya mengangguk, mengiyakan ajakannya. Ibu pun setuju usul Fathan saat ini. Setelah meminta ijin keluar pada dokter, aku pun dibawa Fathan entah kemana. Ia menutup mataku dengan kain hitam. Tak ingin aku tahu, kejutan ucapnya. Kejutan yang ingin ia berikan padaku. Hadiah untukku setelah kesadaranku dari koma.
Cara Fathan membuat keingin tahuanku tak sabar untuk menanti. Duduk diam dikursi roda, melaju sedang entah kemana ia akan membawaku. Aku cemas, penasaran dan berbagai rasa telah memenuhiku.
Entah sudah berapa lama ia membawaku pergi, entah sudah berapa lama aku duduk dikursi roda dengan mata tertutup, dan entah sudah berapa jauh jarak roda ini menempuh. Jalanan rusak terasa, jalanan mulus juga sudah dilalui. Aaah, aku pun juga tidak tahu kemana arah tujuan Fathan mengajakku pergi.
" Sudah sampai. " ucap Fathan ketika roda tak lagi berputar. Ketika ia tak lagi mendorong kursi rodanya, ia membukakan ikatan kain hitam dari mataku.
Lamat-lamat ku buka mataku. Kutatap hamparan air biru berpasir putih di sepanjang tepian. Deburan ombak berbunyi saling bersahutan. Awan putih saling arak berarak satu sama lain. Burung camar berkicau bagai satu melodi tentang cinta. Angin bertiup lembut menyentuh kulit wajahku.
Fathan memberikan kejutan pantai berpasir putih indah sekali. Air laut yang jernih, tampak beberapa ekor ikan saling berkejaran ditengah semak belukar tanaman laut. Sangat indah, keindahannya tampak serasi oleh tumbuhan bakau yang sengaja ditanami penduduk untuk menghadang ombak laut.Biota-biota laut nan asing tumbuh berkembang disekitar areal tanaman bakau yang tumbuh seperti semak belukar.
" Bagus sekali, Than? Jadi ini kejutannya? " tanyaku kagum akan keindahan lautnya. Fathan mengangguk dengan 1000 volt senyuman terindahnya buatku.
Mendadak saja aku begitu kaget, Fathan menyelimuti diriku dengan sweeter miliknya. Lalu ia memelukku dari belakang dengan erat. Seolah ia tak ingin melepaskan pelukan itu dariku. Aku diam, tak bisa bergerak. Tangan Fathan begitu kekar untuk ku lepaskan. Tak biasanya ia melakukan ini, seperti ada sesuatu yang ia ingin katakan padaku. Entahlah, aku juga tidak terlalu mengerti tentang sikap Fathan saat ini.
" Entah kenapa, aku sayang sama kamu! Sejak kita selalu berdua, aku merasa ada sesuatu diantara hatiku, berdebar, takut kehilangan bahkan bayangan dirimu selalu datang disetiap detikku. " serunya bercerita tentang perasaannya. Kali pertamanya ia serius berucap seperti ini secara langsung. Suara dengus nafasnya terdengar tak beraturan, degup jantungnya berasa sangat kencang dibalik pelukannya.
" Dua minggu aku menghilang, berusaha untuk melupakan, berusaha juga merenungi apa maksud hatiku yang selalu berdebar. Ternyata jawaban itu ada pada dirimu dan diriku. " ucapnya lagi, semakin ia mendekatkan wajahnya disamping telinga kiriku. Semakin dengus nafasnya terdengar menjalar keseluruh saraf daun telingaku, hembusannya sangat terasa kala nafasnya dihempaskan keseluruh permukaan kulitku.

Fathan memang sudah mengucapkan itu, tapi entah kenapa aku sangat merasa gugup dan berdebar seperti ini. Ternyata, ia benar mencintaiku. Suka padaku. Aku tak tahu, apa perasaanku sama sepertinya? Perasaan yang sama saat dekat dengannya, perasaan yang sama saat ia menyentuh kulitku. Jantungku berdegup kencang tanpa mampu ku kontrol saat ia tersenyum padaku.
" Mei..aku mohon, jangan kau melakukan itu lagi. Jangan kamu meninggalkan aku lagi seperti dua minggu yang lalu. Sungguh, aku tak bisa lepas dari bayang-bayang dirimu saat ku tahu kamu sedang sekarat. Aku mohon, aku mohon padamu. "
aku semakin tak bergerak, tubuhku seolah kaku dan tersihir oleh ucapannya. Ucapan Fathan mampu membuat hatiku merasa nyaman didekatnya. Aah, entah kenapa aku begitu terpesona semua yang ada pada dirinya. Tanganku tergugah, menggugah diriku untuk bergerak. Ku sentuh tangan itu kemudian. Kurekatkan mendekap lebih mendalam lagi. Getaran itu semakin hebat, darahku semakin mengalir deras keseluruh pembuluh darahku.
" Aku takkan meninggalkanmu, aku janji tak akan pernah mengulanginya lagi. " ucapku keluar begitu saja dari bibirku.
Angin terus berhembus, membawa deburan ombak kedaratan. Desir-desir indah saling beriringan membawa melodi dari kicauan burung yang berterbangan. Hari kian menjingga kala sang raja mentari turun dari singasananya. Menyaksikan matahari terbenam, berdua dengannya saling berpelukan dihamparan pasir putih.
Fathan melepaskan pelukannya padaku demikian. Ia berlulut dihadapanku. Merogoh saku celananya sebentar, lalu.. Aah, lagi-lagi ia memberikan sebuah kejutan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Sebuah cincin bermatakan berlian mungil ia tunjukan padaku.
" Maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Pendamping yang selalu setia menemaniku kala aku susah maupun senang? " tanya Fathan padaku.
Subhanallah. Sudah tiga kali ia memberikan aku kejutan tak terduga. Dan kali ini, kejutan yang luar biasa untukku. Ia melamarku, ia ingin menjadikan aku seorang istri untuknya. Untuk anak-anaknya kelak.
Ya Tuhan. Apa yang harus ku katakan? Entahlah? Haruskah aku gembira atau apa? Yang pasti aku inginkan hal itu. Namun, aku belum siap menjadi seorang istri. Mungkin waktunya saja belum tepat ia menyatakan ini untukku. Aku masih butuh waktu untuk menjawabnya. Tapi..aaah.., " Ya.. Aku mau menjadi istri kamu, Than!?! " jawabku tanpa berpikir panjang. Aku luluh oleh senyumanya, aku luluh oleh ucapannya.
Fathan melongo, seakan ia tak percaya apa yang barusan aku katakan jawaban untuknya.
" Benarkah itu, Mei? "
aku mengangguk. Fathan berjingkrak kegirangan. Lalu..,
" Ya Allaaaah, terima kasih atas semua ini. " teriak ia sekeras mungkin kearah lautan.
Kemudian, ia memasangkan cincin itu dijari tengah kiriku. Dia tersenyum padaku, dan aku membalas senyuman itu.
Ia menatapku sejenak. Dan..
" Terimakasih ya, Mei. Terimakasih kamu mau menerima lamaranku ini. " ujarnya sembari memelukku.
Aku melepaskan pelukannya.
" Iya.. Sekarang tinggal kamu harus bilang dan datang bersama keluargamu untuk melamarku secara langsung pada kedua orangtuaku. "
Fathan mengangguk mantap. Tiba-tiba..
" Fathan.., "
" Apa? " sahutnya.
Tanganku bergerak kearah wajahnya. Bergetar, seperti orang yang tak percaya apa yang sedang ku lihat diantara celah hidungnya. Kulihat lekat-lekat darah yang menempel dijari tanganku. Benar dugaanku, ini darah yang barusan menetes dari salah satu lubang hidung Fathan.
" Kamu..mi..misan? "
" A..apa? Mimi..san? " katanya mengulang ucapanku. Ia menyentuh lubang hidungnya, lalu melihat dengan seksama darah itu.
" Kamu..nggak apa-apa kan, Than? "
" Aaah.. Nggak apa-apa, kok! Mungkin ini karena aku dekat dengan kamu kali ya, jadi mimisan kayak gini. Bodoh ya aku? Masa dekat dengan cewek secantik kamu aku mimisan kayak gini.. " ujarnya mengalihkan kekuatiranku. Tersenyum terpaksa, menyembunyikan sesuatu dariku.
" Than?! "
" Ya, Mei? "
" Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu padaku? " selidikku penasaran.
" A..apa? A..aku, aku menyembunyikan sesuatu? Nggak lah, Mei! Masa sih aku menyembunyikan sesuatu dari kamu. " sergahnya gelagapan, sambil mengelap darah yang masih saja menetes dari celah hidungnya.
Mata itu tak bisa membohongiku. Bahasa tubuhnya begitu terlihat kalau dia sedang berbohong padaku. Ia tidak bisa berbohong dihadapanku. Terlihat jelas kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Gugup dan ketakutan atas rahasia yang sedang sembunyikan dariku akan ketahuan.
" Kamu lagi nggak membohongiku kan, Than? " selidikku sekali lagi. Aku ingin tahu, harus tahu apa yang sedang ia sembunyikan dariku.  
" Aah, nggak lah, Mei! Masa sih aku membohongi calon istriku sendiri? Percaya deh, aku nggak apa-apa kok! Dan aku nggak berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari kamu.., " sergahnya meyakinkanku. " Udah ah, yuuk, kita pulang! Udah sore. " serunya mengalihkan pembicaraan.
Sepanjang jalan, hatiku tak tenang. Aku bahagia memang, bahagia karena Fathan melamarku. Namun, aku tidak tenang karena ada sesuatu yang Fathan sembunyikan dariku. Darah keluar dari hidung tanpa henti, hal itulah yang membuatku takut kehilangan dirinya.

Dua hari sesudah Fathan melamarku ditepi pantai, dan dua hari sebelum aku pulang dari rumah sakit. Fathan berdiri melamun di depan jendela. Wajah kuatirnya sangat terlihat dibalik tatapan matanya begitu kosong kearah luar jendela. Sudah dua hari ini dia datang menjengukku dengan tampang seperti itu.
" Than, kok ngelamun sih? Ada apa? "
" Eeh, nggak apa-apa kok, Mei! Aku cuma kuatir kalau orang tua mu tidak setuju dengan lamaranku sama kamu! " serunya.
" Ooh, itu yang buat kamu melamun? "
Fathan mengangguk lemah.
" Sudah jangan dipikirin. Ibu dan Ayah pasti setuju kok dengan rencana kita ini! " seruku memberi semangat.
" Insya Allah Mei, ya sudah kamu istirahat dulu. Aku mau sholat dhuha dulu, biar tenang sedikit. "
" Oke. "
ku lihat dirinya berjalan dengan gontai, begitu berat langkahnya untuk keluar. Seakan ada beban berat yang sedang menggelayut dipundaknya. Beban apa yang sedang ia pikirkan saat ini, Aku pun tak mengerti. Tapi, Aku merasakan ada hal lain yang ia sembunyikan dariku.
Setelah Fathan keluar dengan segudang kebimbangan dan kekuatiran. Pikiranku mengingat akan darah yang menetes dari celah hidungnya. Tetesan darah yang sedikit membuatku kuatir akan kesehatannya. Mungkin itu yang dipikirkan Fathan saat ini. Pikirannya bukan pada masalah kekuatiran terhadap jawaban orang tuaku nanti akan lamarannya padaku.
" Aah, nggak mungkin? Mungkin saja benar, Fathan sedang kuatir dengan jawaban ibu dan ayah nanti tentang lamaran itu! " ujarku dihati.
Aku berusaha membuang segala pikiran burukku terhadapnya. Lalu, aku berbaring kembali diranjang. Berusaha tidur dan melupakan tentang darah yang menetes dari celah hidung Fathan. Tak berapa lama.. Pintu kamarku terbuka kembali oleh seseorang diluar sana. Ku lihat Ibu dan Ayahku berjalan beriringan memasuki ruang rawatku.
" Mei, Fathan mana? Katanya ada yang mau dibicarakan sama ibu dan ayah? " tanya ibu.
" Iya nih, Mei! Ayah jadi nggak sabar seperti yang kamu bilang ditelepon tadi?!? " timpal ayahku mengeluarkan beberapa macam buah-buahan dari dalam kantong plastik.
" Sabar dong Yah, Bu! Fathannya lagi sholat dhuha dulu. "
" Ooh gitu.. Ya deh, kami tungguin Fathan. " sahut ibuku sembari melirik dengan sedikit senyuman kearah ayahku.
Ku lirik jarum jam dipergelangan tangan Ayahku. Sudah jam 11, hampir 3 jam Fathan sholat dhuha. Ia juga belum selesai dan kembali ke kamar rawatku. Tak seperti biasanya ia berlama-lama dalam sholat dhuhanya. Ada sesuatu yang terjadikah? Aah, walaupun ada sesuatu hal Fathan akan selalu menghubungiku. Dan aku pun tahu, dia bukan orang yang suka mengingkari janji.
" Kok, lama ya, Mei? Ibu jadi nggak sabar nih, nungguinnya! " seru ibu.
" Nggak tahu, Bu! Mungkin dia sedang mengaji. " sahutku.
" Sabar dong, Bu! Mungkin Fathan gugup atau grogi barangkali. " Timpal ayahku.
" kreeek " Pintu kamarku terbuka dari luar. Ku lihat Fathan tampak tak semangat hari ini. Ia terlihat lesu setelah dari sholat dhuha.
" Fathan, dia kenapa ya? Lesu banget kayaknya? " tanya batinku.
" Om, Tante! " sapa Fathan langsung menyambar tangan kedua orangtua ku dan mencium tangan mereka.
" Hei, Than! Apa kabar? " tanya ibuku berbasa-basi.
" Baik tante, tante sendiri bagaimana kabarnya? "
" Baik juga! "
" Oiya Than, katanya ada yang mau kamu sampaikan pada kami? Apa? " sambar ayahku tak sabar.
" Iya Om, begini.., " katanya berjalan menuju kursi dan mengajak orang tuaku duduk. " Insya Allah kalau tidak ada halangan.., mmmh.. Minggu depan saya dan orangtua akan bertandang ke rumah Om dan tante untuk melamar Mei. " lanjut Fathan menjelaskan.
" Apa? Yang benar kamu, Than? " ucap Ibu setengah terkejut mendengar pernyataan Fathan.
Fathan mengangguk mantap.
" Kamu sudah yakin, Than, dengan semua keputusan kamu ini? Kamu tahu kan kalau kami ini non muslim? "
" Ya Om, aku tahu! Kalau Om dan Tante mengijinkan, aku ingin menjadikan Mei sebagai pendamping hidup saya. "
" Ya.., kalau kamu memang sudah yakin kami sih terserah Mei saja. Om dan Tante cuma bisa merestui hubungan kalian saja. " ujar ayahku sembari melihat ke arahku.
" Aku setuju kok, Yah! " seruku.
" Hmm, kalau ceweknya sudah setuju.. Jadi yah.., mau diapain lagi. " ucap ayahku pasrah. Senyum-senyum kearah Ibuku.
" Terimakasih Om, tante! " ujar Fathan sumringah. Tampak ia bahagia dengan segala ucapan kedua orangtua ku. Ia lalu melirikku dengan sejuta senyum kebahagian. Ku balas senyuman itu.

Karya : kamalsyah indra

[Continue reading...]

Selasa, 31 Desember 2013

Blogcerpen - batal jadi cinta pertamaku

Namaku sabrina umurku baru 15 tahun, kami tinggal dengan keluargaku di gang cendana bersama ibu dan bapa. Kami baru saja pindahan sekitar 1 bulan yang lalu ketempat ter sebut. Aku mempunyai 2 kaka laki-laki yang sudah menikah, jadi hanya aku yang masih tinggal bersama ibu dan bapakku, aku sangat manja terutama dengan ibuku Jika ada masalah apapun itu aku selalu berbagi cerita dengannya. Pekerjaan ayahku pedagang kaki lima jual nasi goreng setiap malam aku selalu bantu beliau. Hingga pada suatu hari aku mengagumi seorang cowo penjual kue di seberang tokoku, awalnya aku hanya mengaguminya dia sangat ramah dan tampan Lama kelamaan rasa kagum itu jadi rasa cinta. Hingga aku memberanikan diriku untuk mendekatinya. Hari pertama : aku mencoba membeli kue ke tokonya, sesampai toko aku gugup rasanya ingin kembali dan ga jadi beli, pas waktu itu bertemu dengan tanteku, dia menanyakan padaku " mau kemana kamu rina " aku jawab " itu te mau beli kue tapi takut sendirian" "kenapa harus takut emang di dalam situ ada apaan rin " " ngga ada apa-apa, bisa temenin aku ngga te ke toko situ aku mau beli kue" " owh iya dengan senang hati tante membantu" ucap tanteku lalu kami masuk ketoko tersebut aku terus bersembunyi di belakang tanteku karena merasa gugup dan malu. " kenapa sih kamu rin " tanya tanteku sesekali "ngga ada apa-apa aku bilang" karna tingkah ku tadi cowo itu memandangku.. Aku malah tambah jadi gugup sampai salah tingkah "cepat kamu mau beli apa " tegur tanteku. Ya aku ambil sembarang aja kuenya kan tujuan aku kesitu bukan beli kue tapi ketemu dia. Pas kasih uangnya tante suruh aku yang kasih tapi aku malu malah jadi dorong-dorongan...rasanya sangat memalukan. cowo itu hanya tersenyum melihat tingkahku. Terus malamnya jadi ngga bisa tidur sesekali merasa malu karna kejadian tadi, sesekali aku berhayal memilikinya Hari kedua : Siang itu cuaca panas aku sempatkan melihat dia waktu beli es serut, ampun perasaan ini makin parah aku malah ingin bertemu dengannya terus menerus saja, aku ingin kenalan tapi kalau langsung sapa dia rasanya aneh dan itu pasti jadi tambah memalukan, aku berpikir bagaimana kalau aku cari fbnya. ? Aku berusaha mencarinya kebetulan aku berteman dengan adik sepupunya jadi aku bisa bertanya. Nama adik sepupunya adalah manda. "manda itu yang jual kue itu kaka mu ya" aku bertanya pada manda seolah-olah cuman basa basi, lalu manda jawab "iya dia kaka aku tapi kaka sepupu, ada apa rin" tanya baliknya "ngga ada apa-apa , owh ya dia itu punya fb atau twiterr kya kita ngga " ucapku dengan rasa ingin tau Manda langsung tersenyum kepadaku "ada apa ya, jangan-jangan kamu suka dengan kaka sepupuku ya" ejek manda, ya aku merasa malu tapi gmana lagi yang dikatakan manda itu benar. "tenang aku dukung kamu ko rin " ucap manda aku tersenyum dan merasa lega karna ada org terdekatnya yang akan membantuku, Lalu manda memberi tahukan nama dan fb cowo tersebut namanya adalah johan , malam harinya aku coba invite fb cowo tersebut dan mencoba kirim pesan pertama ku, Yang isinya " hay salam kenal maaf kalau ganggu aku sabrina aku cew yang kmaren bersama tante aku " trus aku send. Setelah itu aku menunggu sampai keesokannya juga tidak ada balasannya. Aku sempat berpikir munkin aku bukan tipenya, aku berbicara dalam hati Rasanya memalukan saja aku naksir dengannya secara dia cowo tampan bagiku, mana munkin dia suka dengan gadis jelek sepertiku, Aku terlihat murung pada waktu itu, sampai ibuku bertanya "ada apa rin " ya aku diam aku masih belum siap ceritakan kepada ibuku. Hingga waktu malam selesai sholat magrib aku cek fb aku, dan ternyata ada balasan dari sidia, aku senang dan langsung cek pesannya, Isipesan : " hi juga sabrina, siapa ya maaf aku lupa " ternyata dia lupa dengan kejadian yang cukup memalukan bagiku lalu aku balas pesannya Dengan : "aku cewe yang bantu bapak aku jualan nasi goreng di depan toko mu" ku balas sepontan seperti itu, Ternyata setelah itu dia cukup lama membalasnya. Lalu ku putuskan untuk bertanya pada manda untuk meminta no telponnya..dan ternyata manda langsung kasih nonya johan, Hmm sepertinya manda kasih no nya tanpa komfrimasi kaka sepupunya , setelah itu aku langsung coba sms lagi Isi smsnya Aku : " hy johan ini aku sabrina yang di fb kemaren, maaf aku minta no kamu tanpa izin" Johan : " owh iya ngga apa-apa ada apa ya " Aku jadi bingung mau balas apa ya.....masa langsung so perhatian gitu sama dia lalu aku balas Aku : "ngga ada apa-apa maaf kalau aku ganggu " Johan : " iya ngga apa-apa, owh ya aku tau nama kamu sabrina kan biasa di panggil rin, tadi manda yang cerita" Baca sms itu aku terkejut, apa manda ceritakan semunya aku tanyakan lagi pada johan Aku :" manda cerita apa ya " Johan : " ya dia bilang kamu pengenkenalan gitu, benar ya " Serontak aku teriak dikamarku " aaaaahhh, , " rasanya malu banget, jadi gelisah mau balas apa jadinya. "Apa aku jujur aja ya..." gumamku dalam hati Aku : " iya kalau boleh " Johan : " iya kita boleh aja ko temenan" Ya sih wajar aja dia sms kaya gitu, tapi masa cuman temenan tapi aku ingin lebih dari sekedar teman, sabar rin isarat hatiku. Besoknya aku berencana ingin beli kue lagi, aku meminta uang jajan pada ibuku untuk membeli kue itu dan langsung berangkat ketoko tersebut. Pas sesampainya di toko Ternyata ada seorang cewe yang menjaga toko tersebut, siapa ya ku tanya dalam hati lalu aku mendekat ternyata cewe itu sedang hamil sekitar 5 bln lebih karna perutnya sudah sangat besar , lalu aku bertanya pada cewe itu "maaf anda yang jaga toko ini ya " lalu dia berpaling dan tersenyum "iya kebetulan suami aku lagi pergi sebentar, munkin ada yang bisa aku bantu " aku dengar itu ya kecewa terkaget-kagetnya. Aku pikir dia masih single atau paling engga dia udah punya pacar, ini udah punya istri. lalu aku jawab pertanyan cewe itu seperti orang plinplan

" iya aduh.. aku lupa mau beli apa tadi. , bentar aku pulang dulu ya " alasan singkatku, lalu akuergi tinggalkan toko itu Setahu aku johan ngga perna dengar akan menikah atau apa. "Aku harus tanya manda " Sesampai dirumah aku telpon manda. ? Pas diangkat aku langsung to do point aja nanya nya, munkin karna rasa kecewa tadi, Aku : "manda apa benar johan udah punya istri.. ? ko kamu ngga kasih tau sih " Manda : " iya rin, nanti aku jelaskan, sekarang ngga bisa lagi banyak orang" Aku : " terus kapan kamu kerumah ku " Manda : " sore ini aku kerumah mu munkin jam15:30" Aku : "aku tunggu ya " Manda : " iya" kami mengakhiri percakapan kami cukup singkat, Aku sangat penasaran hal apa yang akan manda sampaikan. Sesambil aku merasa kecewa, cowo yang ku taksir ternyata mendadak udah punya istri Sekitar jam 15:00 lewat manda datang, ibuku berteriak memanggilku, "rin, ini temanmu datang" Aku kelur dan benar itu manda, manda menceritakan tentang apa yang tejadi dengan johan, ternyata itu bekas mantan kekasih jarak jauhnya , pas hamil cewe itu minta pertanggung jawaban johan tapi johan tinggalkan pergi katanya akan beritahukan pada ibunya ternyata tidak, johan malah tak menemui gadis itu lagi, sekarang johan sudah ngga bisa mngelak lagi dia terpaksa harus kawin dengan cewe itu kmaren malam, " maaf rin aku ngga sempat kasih tau. Aku pun sama terkejutnya denganmu." ucap manda

" iya ngga papa ko," ucapku sambil tersenyum sebenarnya sih kecewa tapi mau gimana lagi. Sisi positifnya aku bersukur cinta pertamaku bukan cowo seperti itu.. Yang tak bertanggung jawab Munkin jika aku berpacaran dengannya nasibku bisa seperti cewe itu. Munkin lebih parah. Hayal ku dalam hati.:-)

Selesai Trimakasih bagi yang telah mau mebacanya......

Karya : guzty zeromaki

[Continue reading...]

blogcerpen - MY FLOWER

Awal yang melukiskan kegembiraan dan keceriaan dalam raut wajah mahasiswa dan mahasiswi fakultas kedokteran yang tengah bersantai dan bersendau gurau di koridor rumah sakit. Keceriaa mereka mengubah rasa ketegangan selama mereka menjalani praktek di rumah sakit. Mereka tengah bersantai ria di jam istirahat ini. Selain itu, ada salah satu mahasiswi yang masih menjalani tugasnya di jam istirahat, dia adalah Diangga. 
Dia tengah membantu dokter menangani seorang pasien yang amat sangat sulit untuk diajak kompromi, nama pasien itu Rehan. “ ayolah Rehan, ini kemotrapi terakhir kamu, jadi tolonglah patuhlah untuk kali ini.” Bujuk dokter. “ aku bilang aku tidak mau, kalian selalu memaksaku, kalian selalu bilang ini kemotrapi terakhirku, tapi nyatanya apa? Aku sehat aku tidak perlu kemo lagi.” Ujar Rehan dengan emosinya yang meninggi. Diangga yang berdiri dekat pintu ruangan mendekati diri Rehan yang duduk diranjangnya, Diangga memukul kepala Rehan dengan tiba-tiba,” emank lho superman, atau punya 9 nyawa sekaligus, lho selalu menyepelekan sebuah nyawa!” ujar kesal Diangga
“ emank lho siapa berani berkata seperti itu, lho masih mahasiswa disini jangan sok jadi dokter.” Ujar ketus Rehan. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rehan semakin membuat kesal dan emosi perasaan Diangga. “ ok, kalau begitu, terserah apa maumu. Dokter , kamu tangani sendiri pasien satu ini.” Ujar Diangga membalas ucapan ketus Rehan. Diangga pun saat itu melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal dan sebal.
“ dasar emanknya dia siapa , beraninya ngomong kayak gitu ke gue, sorry ya gue udah gak mau lagi ngurusin lho, emank gue babu lo apa.” Gumam diri Diangga.
Tanpa memperhatikan jalan, Diangga tak sengaja menabrak seorang cowok muda berpakaian sama seperti Diangga. “ maaf ya…, aku nggak liat jalan.” Ujar Diangga meminta maaf. “ lain kali lihat jalan ya, jangan ngelamun aja!” ujar cowok muda itu dengan lembut dan halus. “ sekali lagi maafkan aku,maaf banget!”
Dengan senyuman manis yang keluar dari raut wajah cowok itu dan sambil mengusik rambut Diangga membuat Diangga salah tingkah saat itu, “ kamu ini lucu sekali sih…, duluan ya.” Ujar perpisahan dari cowok tampan itu. Wajah yang awalnya terlihat kesal , kini berubah menjadi wajah yang senang dan bahagia, dalam diri Diangga bertanya-tanya siapa cowok tampan tadi. Dipikiran Diangga muncul perasaan bahwa cowok itu adalah pandangan pertama yang sekilas terjatuh dalam hatinya. Senyum dan kata-kata lembutnya membuat perasaan Diangga sangat ingin tahu siapa cowok tampan itu.” Hey Diangga, ngelamun aja….” Suara seorang wanita seusia Diangga yaitu Safa menggugah lamunannya. Diangga merasa terkejut dengan suara Safa , “lho, ngagetin saja, untung gue gak jantungan, kalo iya bisa mati tau….” Ujar Diangga. Safa hanya bisa tersenyum dengan sahut dari Diangga, “ emanknya lagi nglamunin apa sih? Kok serius banget..” Tanya safa. “ lho tau gak, siapa pemuda itu?” Tanya Diangga sambil menunjuk kearah cowok tersebut. “ yang mana?” sahut Safa sambil mencari arah telunjuk Diangga mengarah. “ itu…, yang lagi jalan dengan seragam sama dengan kita.” Jelas singkat Diangga. “ oh dia, namanya Sammy. Dia juga dari fakultas kedokteran.” Jelas Safa . “ fakultas kedokteran ? tapi aku jarang lihat dia.” Gumam hati Diangga.
Safa mengajak Diangga yang waktu itu jam praktek mereka telah usai untuk beristirahat di kantin rumah sakit. Seua teman-teman juga sudah berkumpul bersama untuk bersantai dan mengobrol.

Beberapa hari ini Diangga selalu menghabiskan waktunya untuk menangani soal Rehan. Dari pagi sampai malam Diangga berada di rumah sakit untuk menghadapi keras kepala Rehan yang tetap tidak mau menjalani kemoterapinya. Rehan adalah salah satu pasien yang sedang menjalani pengobatan karena penyakit tumor otak stadium 1.
“ gue bilang gak mau ya gak mau, lo ngapain maksa2 gue.”keras kepala Rehan yang tetap tidak mau kemoterapi
“ ayolah Rehan, ini sudah 2 minggu kamu seperti ini, apa kamu tidak ingin sembuh?” bujuk perawat yang juga ikut membujuk Rehan.
“ biarin, akku mati juga gak papa, itu malah memperingan pekerjaan kalian.” Sahut Rehan dengan rasa keras kepalanya.

Dengan rasa jengkel dan emosi yang mulai memuncak, Diangga mendekati diri Rehan , “lo bener- bener ya, lo emank gak bisa di sabarin, emank lo piker dokter itu seorang pembunuh biarin lo mati tanpa pengobatan. Mereka itu sudah baik hati memberi penngobatan agar lho sembuh, emank lo gak pingin sembuh apa, lo gak pingin berkumpul lagi dengan keluarga lo?”
“lo tau apa tentang keluarga gue, kalau bicara dijaga jangan asal jeplak.” Sulu emosi Rehan
“lo itu yang asal jeplak, lo tau betapa berharganya nyawa itu, kita hanya bisa hidup sekali, termasuk lo. Lo bukan dewa yang bisa hidup berabad-abad tahun.” Ujar emosi Diangga yang makin memuncak.
“ gue mau jadi dewa kek, gue mau jadi apa itu urusan gue, hidup-hidup gue, kenapa lo yang repot,urus aja urusan lo sendiri, jangan ngurusi urusan orang lain.” Sahut Rehan dengan santainya

Diangga yang tampak begitu geram dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rehan, tiba-tiba tangan Diangga menggeram baju Rehan dengan puncak emosi diatas rata-rata,” denger y ague udah sabar nanganin lo, tapi lo gak tahu diri, lo bisa gak hargain orang ngomong? Bisa tidaaaaaakkkk!” bentak Diangga
“ Dianggaaa!lepaskan dia, aku bilang lepaskaaaannn!” teriak dokter yang tiba-tiba muncul. Diangga tetap bersih kukuh tak mau melepaskan dan menatap tajam mata Rehan ddengan penuh amarah. Dokter yang bernama dokter Miko segera melepaskan tangan Diangga dengan paksa. “ keluar kau sekarang!” ucap dokter Miko, aku bilang Keluarrrrrr!”
“ baiklah, aku akan keluar,aku tidak mau menangani dia lagi, tidak….” Ucap Diangga dengan mata berkaca-kaca.
Diangga pun pergi dari ruangan itu, disamping itu pemuda yang bernama Sammy sempat berdiri disamping ruangan menyaksikan kejadian tersebut.
Diangga berlari cukup cepat sampai dia berhenti di taman Rumah sakit. Disana ia duduk dan menangis sekencang mungkin berteriak untuk memuaskan amarahnya. Terlihat amarahnya dan emosinya tidak terkendali saat berada di ruangan yang menurutnya adalah neraka. “ percuma lo marah, toh itu akan membuatnya senang.” Suara yang tiba-tiba muncul, ternyata itu suara Sammy. Diangga sangat terkejut, ia segera menghapus air matanya, “ lo…?”

Sammy duduk di sebelah Diangga, “ kadang emosi akan membuat kita keehilangan kesadaran, tapi tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi .”ujar Sammy.
“ gue akui itu salah, tapi semua itu ada alasannya.” Bela diri Diangga
“aku tahu alasanmu, mungkin lo kasihan terhadap dia, di usia yang masih muda dia sudah menyerah begitu saja. Kasian banget hidupnya. “ ucap Sammy sambil tersenyum.
“kasian..? gue gak kasian sama dia, gue hanya gak suka tingkahnya aja, blagu banget.” Sahut Diangga dengan gaya salting.
“ tapi lucu juga pertengkaran antara dokter dan pasiennya, bagaimana ya reaksinya kalau gue masukkan ke youtobe, seru tuh.” Ujar jail Sammy untuk mengalihkan suasana sambil tertawa terbahak-bahak.
“ he….lucu ya? Terus aja seperti itu!” sahut Diangga dengan ketus.
“ bdw, lo tunjukin aja apa yang lo bisa untuk nakhlukin dia.” Ucap Sammy yang sekejab berhenti tertawa.
“ maksud lo?” merasa bingung dengan ucapan Sammy
“ lo tau maksud gue…!” sahut Sammy sambil tersenyum manis.
Mereka berdua pun saling berbincang-bincang untuk tanda perkenalan dan bercanda ria, bersendau gurau bersama yang membuat diri Diangga tertawa terpingkal-pingkal. Saat itu emosi Diangga yang awalnya memuncak kini terobati dengan lelucon Sammy yang sangat menghiburnya.
……

Untuk kesekian kalinya, malam sebelum pulang Diangga datang ke ruangan Rehan. Malam itu ternyata Rehan belum tidur, ia malah sedang asyik menonton tv. Diangga dengan tingkah yang sopan meminta maaf untuk tindakannya yang keterlaluan kepada Rehan. Rehan tak menggubris Diangga, dia kelihatan sangat asyik dengan acara tv. Tanpa sepengetahuan Rehan tiba-tiba Diangga mengambil remote control dan segera mematikan tv.
“ hey, lo apa-apan sih….” Sahut Rehan
“ lo sih asyik banget leat tvnya.” Ujar Diangga dengan rasa sebalnya.
“ kembaliin gak remotenya...” ucap Rehan yang juga tampak kesal dengan kelakuan Diangga. Rehan bangkit dari tempatnya dan memaksa mengambil remote dari tangan Diangga, tapi Diangga tak mau melepaskannya, sampai akhirnya mereka berdua saling kejar-kejaran di ruangan itu.
“ apa sih mau lo? Kenapa lo selalu nggnggu hidup gue mulu.” Ujar Rehan yang sudah merasa sangat geram.
“ mau gue, lo dengerin dulu ucapan gue..” sahut Diangga
“emank apa yang ingin lo katakan?” Tanya Rehan dengan santainya sambil duduk kembali ke tempatnya semula.
“ gue kesini mau minta maaf sama lo soal yang tadi pagi.” Kata Diangga dengan penuh penyesalan.
“ akhirnya lo sadar juga, mana ada calon dokter yang bersikapa sangat arogan terhadap pasiennya.” Ujar Rehan sambil menyindir diri Diangga.
“ tenang….tenang…’’(ujar hati Diangga) “apalah kata lo gue gak peduli, yang penting gue udah minta maaf jadi gue gak punya salah sama lo.” Selesai berkata panjang Diangga berniat untuk segera pergi dari ruang itu, tapi muncul suara yang sangat mengagetkannya keluar dari mulut Rehan, “ gue juga minta maaf.” Diangga memandang serius raut wajah Rehan, ia sangat terkejut dengan ucapan itu.” Apa gue gak salah denger…. Lo bisa juga ngucapin kata maaf.” Ujar Diangga dengan rasa tak percaya.
“ heh, lo jangan bangga dulu kita itu sama-sama salah, jadi sepantasanya juga saling meminta maaf.” Sahut Rehan menjelaskan ucapannya.
“ hmmm….ya udahlah jadi kita impas.” Tanpa berpamitan dulu Diangga segera meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega.
….

Usai kejadian tersebut, berhari-hari Diangga lebih sangat hati-hati dalam berkata jika berada di ruangan Rehan apalagi sekarang bukan hanya Diangga yang menangani Rehan tapi Diangga ditemani Sammy pemuda pujaan hatinya. Yah, tapi berlega hatilah Diangga tidak lebih sering berada di rumah sakit, karena ia harus bolak-balik kampus dan rumah sakit untuk menyelesaikan sksnya sebagai mahasiswa kedokteran. Selain itu, Rehan yang kini merasa kesal dengan Diangga yang jarang berada di rumah sakit, ia merasa tidak ada yang mengajaknya bertengkar dan membuatnya terhibur selain Diangga. Baginya suasana tampak sangat tenang dan damai.
“ suster, dimana dokter gadungan itu, kayaknya jarang banget denger dia marah-marah?” Tanya Rehan untuk mengorek informasi.
“ dia itu masih mahasiswa, jadi gak selalu ada disini, mungkin kalau dia disini pasti dia ada tugas praktikum. Kenapa? kamu kangen dengannya?” sahut lembut sang perawat.
“ gaklah, siapa juga yang kangen dengannya, nanti kalau dia denger pasti gede kepala tuh.” Sahut Rehan yang segera membetulkan ucapannya.

Perawat itu hanya tersenyum melihat ekspresi Rehan yang tampak malu-malu untuk mengakui.” Nah selesai. “ ujar perawat yang selesai memberikan suntikan obat di dalam infuse Rehan.” Itu apa sus?”
“ itu untuk mengatasi jika pasien yang sulit untuk menjalani kemoterapi sepertimu.” Sahut Diangga yang tiba-tiba muncul.

Perawat dan Rehan pun terkejut dengan datangnya Diangga yang secara tiba-tiba. Usai tugasnya selesai perawat itu permisi keluar dan meninggalkan Diangga dan Rehan berdua.
“lo bisa nggak, datang salam dulu gak ada sopan santunnya banget.”
“ yah, kalo buat lo ngapain gue harus sopan sama lo, idih gak gue banget.” Ujar Diangga.
“ kemana aja lo jarang banget gue denger teriakan lo.” Ucap balas Rehan.
“ yah secara gue inikan super duper sibuk banget jadi corry ya untuk orang yang lagi galau atas gak adanya gue.”sindir Diangga dengan tawa kecilnya.
“ idih males banget siapa juga yang galau karena lo, corry ya lo bukan level gue.” Sahut Rehat yang kelihatan salting.
“ ups, siapa yang bilang kalo itu lo? GR banget.” Sahut Diangga membalas.

Waktu itu salah tingkah dan wajah memerah tampak dalam wajah dan tingkah Rehan terhadap ucapan Diangga. Rehan yang tidak mau Diangga melihat kondisinya, ia mengusir Diangga dengan paksa keluar dari ruangannya. Diangga tertawa terpingkal-pingkal dengan salah tingkah Rehan.
“ hei Rehan, kenapa lo? Gue pingin lihat wajah lo yang merah tuh.” Ucap Diangga sambil tak kuasa menahan tawannya.

Dilain sisi tampak Sammy sedang memperhatikan Diangga, ia mencoba mendekati Diangga, “ lo kanapa? Tertawa sendiri di ruangan orang.” Seru Sammy. “ lo pasti ketawa banget Sam, baru kali ini gue ngelihat wajah Rehan tampak merah, lucu banget.” Jelas Diangga yang masih belum bisa mengendalikan tawannya.
“ benarkah? Wah ceritanya nih kalian udah akur?” jail Sammy.
“ yah nggak tahulah…” sahut Diangga
“ lo mau pulang?” Tanya Sammy
“ ya kenapa ?”
“ gue anterin lo mau?”

Diangga terkejut dengan tawaran Sammy terhadapnya, tak pernah sekalipun cowok didunia ini yang mau mengantar Diangga pulang.
“ boleh,,,,” ucap Diangga dengan gagapnya
Tiba-tiba Sammy menggandeng tangan Diangga dan menariknya berjalan menuju tempat parkir.

Malam yang bertaburan bintang-bintang yang bersinar dan bulan yang tampak bulat berseri menambah suasana indah malam untuk Sammy dan Diangga. Dengan mengendarai motor , tampak Diangga dan Sammy seperti pasangan yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih, sangat cocok. Jujur hal itulah yang selalu diinginkan Diangga didalam hatinya. Tak lama mereka sudah sampai didepan rumah Diangga.
“ thanks ya Sam” ujar Diangga sambil turun dari motor Sammy.
“ its ok, jadi ini rumah lo.bagus juga.”
“ bukan, ini rumah ortu gue, gue belum punya rumah.”
“ ahhh, ya llo bener.” Ujar Sammy dengan senyuman la khas nya.
Saat itu pertemuan yang singkat antar Sammy dan Diangga, Sammy berpamitan pulang dan Diangga segera masuk karena hari sudah mulai larut.
…..

Pagi yang sudah menjelang siang, Diangga memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah sakit. Kali ini ia bukan untuk menemui Rehan, tapi terlihat ia masuk di suatu ruangan. Disana ada dokter yang tengah menunggunya, dokter itu adalah dokter Miko.
“ kamu sudah datang. Duduklah!”ujar sang Dokter
“ ada apa? Kenapa ayah ingin bertemu denganku disini?”Tanya Diangga.
“ ayah ingin melihat perkembangan keadaan putrikku.” Ucap dokter Miko.
“ aku baik-baik saja ayah, aku masih rutin minum obat dan jalani kemo sesuai jadwal.” Sahut Diangga.
“ ayah mohon, segeralah operasi! Ayah tidak tahu apa yang terjadi padamu nanti.”
“ tunggu aku lulus menjadi dokter baru aku mau.”
“ Diangga…..”
“ ayah, percaya padaku aku bisa bertahan. Aku pergi dulu.” Sahut Diangga dengan tenang.

Diangga pun keluar dari ruangan itu, tampak raut wajahnya menjadi murung dan tak berekspresif. Ia terus berjalan tanpa menfokuskan jalannya. Saat itu Rehan yang juga sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit tampak senang melihat diri Diangga, tapi Diangga terlihat tak focus jadi ia tak tahu ada Rehan, ia langsung saja jalan tanpa menyapa Rehan.
“ Diangga…..” panggil Rehan, tapi Diangga tetap saja tak membalas panggilannya. Rrehan sekejap menarik tangan Diangga untuk menghentikan jalan Diangga
“ kalau jalan harus focus, lo mikirin apa sih?” kata Rehan
“ lo…, nagapain lo?”Diangga yang tampak terkejut dengan Rehan.
“ gue tadi manggil lo, tapi lo malah nylonos aja, apa sih yang lo pikirin?” sahut Rehan yang memberi peerhatian terhadap Diangga.
“ please gue lagi gak ingin bertengkar.” Ujar Diangga dengan keadaan yang masih murung dan lemas.

Mendengar jawaban diangga yang sangat ketus, Rehan menarik tangan Diangga dan memakasa Diangga untuk ikut dengannya. Rehan tetap saja tak mau melepaskan Diangga meskipun Diangga berusaha keras untuk melepaskan tangannya dari Rehan. Sampai di suatu tempat yang sangat aneh tapi menawan, Rehan baru saja melepaskan tangan Diangga.
“ apa- apain sih lo, lo nggak berhak narik-narik tangan gue, dan juga tempat apa ini?”
“ udah ikut aja.” Sahut Rehan. Rehan melanjutkan langkahnya yang lurus kedepan . Diangga yang tak tahu maksud dari Rehan, ia hanya mengikuti langkah Rehan. Rehan meghentikan langkahnya, dan Diangga melihat sekitar tempat aneh itu penuh dengan bunga- bunga mekar indah. Terlihat ekspresi Diangga menunjukkan kekaguman.
“ ini bunga- bunga yang mekar hanya setiap bulan desember, karena perubahan cuaca ia jadi mekar setiap bulannya.” Jela Rehan.
“ darimana lo tau tempat sebagus ini?” Tanya Diangga.
“ ini tempat setiap harinya gue merenung, dan kalau sedang sedih gue biasa datang kesini.” Jelas Rehan.
“ lo sedih?jadi lo bisa sedih juga.” Sindir Diangga.
“jujur gue sangat kesepian, makanya gue terus bikin lo emosi, maaf ya.” Sahut Reno dengan penyesalan.
“ lo suka sama gue?” Tanya Diangga sambil memanndang wajah Rehan.
“ gue nggak tahu ini rasa suka atau apa, tapi perasaan gue lo adalah bunga bagi gue, bunga yang mekar yang selalu membuat gue bangkit dari apa yang gue alami. Lo penyemangat gue Diangga.”
Jelas Rehan sepenuhnya tulus mengungkapkan.
“ gue nggak tahu harus ngomong apa, gue bingung.”

Diangga mendesah pelan, hendak bergerak meninggalkan Rehan. Tiba –tiba suasana menjadi hening, ketika Rehan menyatakan perasaannya. Diangga merasa terkejut dengan ungkapan Rehan, karena kata-kata itu ingin ia dengar bukan dari mulut Rehan tapi Sammy pemuda yang ia sukai.
“ Diangga…., gue akan tunggu lo sampai l siap!”
Diangga tak menggubris ucapan Rehan, ia tetap saja berjalan meninggalkan Rehan disana.

Usai keluar dari tempat itu, Diangga berjalan dengan perasaan bingung dan resah. Dalam jalannya, ia selalu kepikiran tentang ucapan Rehan kepadanya.
“ kenapa harus dia, kenapa bukan Sammy?” Diangga bertanya-tanya dalam dirinya dengan sangat kesalnya.

Sekejab mata, Diangga melihat Sammy bersama Safa yang tengah asyik mengobrol bersama, terlihat Diangga merasa cemburu dan kesal. Diangga menghampiri mereka.
“ kalian?”
“ ya, lo tahu baru tadi pagi Sammy nembak gue, menurut gue kita cocok jadi gue terima,” jelas Safa ddengna gembiranya.
“ selamat untuk kalian.” Ucap Diangga yang perasaannya menjadi remuk dan hancur mendengar ungkapan Safa tentang dirinnya dan Sammy yang telah menjadi pasangan.

Diangga yang tak kuat, ia berlari sambil meneteskan air mata kesedihannya. Hatinya langsung saja terpuruk dan tak terbendung lagi kesedihannya. “ jahat, jahattttttttttttt…….., gue benci lo Sammy, gue benci lo.”
“ kenapa lo benci gue?” ujar Sammy yang tiba-tiba datang.
“karena gue suka sama lo, puas! Selama ini lo anggep gue apa,barang yang bisa lo permainin.” Ucap emosi Diangga
“ jujur gue juga suka sama lo, tapi nggak tahu kenapa gue nggak bisa ngungkapin itu ke lo, gue bingung. Jadi gue pacaran sama Safa untuk nglupain lo.” Jelas Sammy dengna rasa penyesalan.
“ sorry, lo lupain gue ya.” Sahut Sammy sambil memeluk Diangga dengan erat. Dan peristiwa itu disaksikan langsung oleh Rehan.
…..

Keesokan harinya, Diangga mampir sebentar ke tempat Rehan mengajaknya kemarin, ia merenungi perasaannya sejenak. Tak lama, Diangga kembali untuk menemui Rehan di ruangannya. Tampak disana sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Hari itu adalah hari operasi Rehan untuk mengangkat tumornya. Untung saja Rehan masih berada di ruangannya, Diangga segera menemui Rehan.
“ Rehan, gue bisa bicara sebentar?” kata Diangga
“ apa?” sahut Rehan dengan ketusnya.
“ kenapa lo suka gue?”
“ karena lo bunga bagi gue, bunga mekar yang kadang bikin jiwa gue nyaman ada disamping lo, tapi sekarang bunga yang gue idamkan memilih kupu-kupu, bukanlah lebah yang sangat membutuhkannya.”
“ memang bunga memilih kupu-kupu, tapi sang kupu- kupu menyerah karena disana ada lebah, ya meskipun lebah menyengat dan merugikan orang lain, tapi bagi bunga dia sangat menguntungkan. Bunga bukan hanya butuh kupu-kupu tapi dia juga butuh lebah untuk penyerbukannya.”
“ jadi menurutmu lebah lebih baik untuk bunga.”

Diangga mengganguk dan tersenyum kepada Rehan, Rehanpun tersenyum juga serta ia turun dari tempatnya dan segera memeluk Diangga dengan erat.
“ CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILKI, LEBIH BAIK DICINTAI DARIPADA MENCINTAI, MENCINTAI LEBIH MENYAKITKAN DARI PADA DICINTAI”

Karya : Nadia hayu P.
[Continue reading...]

blogCerpen - Kertas Putih

Semalam sudah aku menantikan kehadiran sesosok pangeran yang aku dambakan dimalam spesialku ini, aku berharap dia hadir dalam acara sweet seventeenku, Davit itu nama yang tak pernah asing di sekolah ini, siapa sich yang nggak suka dengan dia? Tegas, bijaksana, smart, dengan menguasai english yang cukup mendukung, dia tak pernah bermain dengan hal yang cukup ilvil di mata waanita, selalu tetap teguh pendirian i mint konsisten guys he >_<! Itulah yang membuat dia menarik perhatin banyak wanita di sekolahku ini.

Aku berjalan menusurui koridor sekolah dengan bola mata yang berputar sibuk mencari sosok lelaki tampan yang ingin aku temukan, tapi itu semua nihil,” kemana kak Davit, apa dia nggak masuk hari ini? Tumben banget orang serajin dia tak masuk sekolah di hari biasa ini? Apa dia sakit? Lalu kemana dia? Apa yang sudah terjadi dengannya? “ gumamku dalam hati yang mengkhawaatirkannya. Tapi sepertinya itu kak Beni aku melihatnya dari jarak kejauhan, Beni , dia adalah sahabat kak Davit yang gokil dan nggak jelas abis, tapi dia jago basket lho, nggak rugi juga kalau ngegebet dia hehehe, “Kak! ! ! !” teriakku memanggilnya, “ iya Cha? Kebetulan nich! “ jawabnya menyapaku dengan raut wajah yang begitu tegas dan menyambutku dengan senyuman yang cukup membuat para cewek di sekalah jadi klepek klepek “Lho kok kebetulan sich kak?” tanyaku dengan nada yang sedikit penasaran dengan jawaban kak beni tadi “ tenang Cha, aku tahu kamu mau tanya Davit khan? udah tenang aja dia nggak apa-apa kok, maafin dia yach semalam dia nggak bisa datang di acaranya kamu, dia harus keluar kota dadakan Cha , dan dia hanya nitippin ini buat kamu, maafin dia yach!” jelasnya menenangkanku, seolah dia tahu apa yang ingin aku tanyakan padanya “lalu , kak Davit tak berpesan apa-apa sama kakak?” “ hemh!!!!! Enggak Cha soalnya dia tadi malem udach keburu banget, waktunya mepet katanya” “ owh!! Ya udach kak makasih banyak yach udach buat Lucha tenang” “wahhh!!! Sayang banget nich yach sama Davit?” cletuknya mengejekku , aku hanya bis atersenyum dan tersipu malu.
Hari-hari yang telah aku jalani dalam minggu ini dan kemarin begitu aneh, aku sendiri entah tak mengerti apa maksud dari semua ini, setiap pagi mama selalu menemukan surat kaleng yang tak pernah tertera nama dan alamat di amplop itu, kertas putih itupun tak pernah penuh dengan tulisan, entah siapa pengirimnya aku juga bingung dengan itu, sudah satu minggu terakhir ini mama menemukan itu
For: Lucha kecilQw
Ceriyamu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin , sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: >_< harapan senyumu
Puitis sich, tapi kalau lama kelamaan seperti ini, buat aku jadi jengkel aja ni orang nggak da kerjaan banget sich gangguin aku mulu, dari tulisannya sich aku nggak pernah kenal, bahkan nggak pernah liat. Siapa sich orang ini? Hatiku gelisah penasaran dengan pengirim kertas putih yang tak penuh itu. Ihh mikirin dia keburu gila sendiri aku, biarlah nanti juga capek sendiri tuch orang >,~!

Kriiiiiiiiiinnnnngggggggggggggggggg ~ ~ ~ ~ ~ waktu menunjukkan jam 03:00
WIB, “ tumben Cha bangun pagi-pagi bener, lha wong biasanya kayak bagong tidur nggak bangun-bangun” cletuk mama padaku “ hehehe emang sengaja ma Lucha bangun pagi, penasaran ma orang yang sering ngasih Lucha surat kaleng itu, kira-kira orangnya ganteng nggak yach ma?” “kamu itu Cha yang di pikiri cowok melulu, sekolah masih nggak bener gitu” “ hehehe biasa ma khan udah remaja masak mau datar-datar aja, nggak asyik donk!” aku lari meninggalkan mama untuk menuju pintu rumah bagian depan Krrreeeeekkkkkk. . . . . pintu ku buka dengan perlahan-lahan
“ya ampun, , , ,” kejutku melihat itu “ sepagi ini udah ada lagi, siapa sich orang itu? Jadi tambah curiga dech!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!

For: Lucha kecilku
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah , karena aku sangat menyayangimu
Peri kecikQw yang selalu hadir dalam mimpiQw
By :>_< harapan senyumu

Ya tuhan , , , siapa seseorang ini? “mama, , , , ,, ,” teriakku memanggil mama “apa sich Cha pagi-pagi udah triak-triak “ “ ma, ini siapa sich ma sepagi ini kok udach da orang yang nggak jelas kayak gini?” “fenstermu mungking Cha, udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” jawab mama padaku “lho emangnya mama tau orangnya?” “ya enggak sich, tapi mungkin ajja nanti dia bakalan ngaku sendiri” hemh ya juga sich, mama bener juga ngapain aku susah-susah mikiri orang yang nggak jelas kayak gini, tapi, , , tunggu dulu tadi mama bilang “udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” kok mama bilang kayak gitu yach? Masak sich mama nggak tau orang itu? Toh mama setiap hari ada di rumah nggak kemana-mana , kalau mama bener-bener nggak tau orang itu ngapain mama bilang seperti itu? Aaarrrkkkggggg udahlah kok jadi su’udzon sama mama sich. Terangku menyadarkan lamunan itu
“woy! Kok nglamun terus sich Cha? Mang apa sich yang di lamunin? “ sapa poppy mengagetkan ku “ hemh aku bingung nich pop” “emangnya bingung kenapa sich cha?” “ surat kaleng itu masih ada sampai sekarang pop” “HAH! Yang bener kamu Cha, gila banget tuch orang ma kamu!” poppy kaget mendngarnya , siapa yang nggak kaget sich udah dua minggu ini di timbun terus sama surat kaleng yang nggak jelas banget, sebel juga khan? “ kenapa sich pop tuch orang nggak langsung bilang ajja sama aku gitu?” tanyaku pada poppy “ hemh mungkin dia nerves Cha, kamu khan orangnya cuek banget” hemh bener juga yach kata poppy, emang ada yang menakutkan pada diriku? Ahh biar lah aku harus tetap bersama kak Davit, bey the way sekarang kak Davit kok nggak pernah nongol yach? Apa dia masih belum pulang dari luar kota? Kok lama banget sich, emang ngapain ajja disna? Jangan jangan? ? ? ihhh nggak boleh mikir yang macem-macem Lucha, kamu harus semangat mendapatkannya OK! Spirit Lucha!!!

Kriiiiiiinnggggggggg!!!!! Bel berdering kencang, waktunya pulang sekolah!
Hemh! Kira-kira mama masak apa hari ini yach? Jadi nggak sabar nich, laper banget udach nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yach, hemh tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEEKKKKKK, , , , , ku buka pintu rumahku , lho kok ada surat kaleng ini lagi?
? ?
For : Lucha kecilQw
:: Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupQw, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Lagi-lagi Lucha kecilQw, peri kecilQw? Siapa sich ini? ? ? aku takpernah mempunyai inisiatif untuk membalas surat-surat itu semua , tapi kenapa saat ini aku berkeinginan untuk membalas meskipun itu hanya sekali? Tak apalah, mungkin dengan aku membalas itu semua aku bisa tau siapa orang itu, Ok aku akan mencoba!
For : someone who i don’t know
:: Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, takpernah bisa terlihat dengan mata dan rabahan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Itu yang aku ingin katakan kepadanya, apakah dia bisa membaca itu? Hemh! Terus aku kasihkan pada siapa? Oowwhh aku tahu, mungkin nanti malam aku taruh ini di tempat biasanya dia meletaktan surat-surat itu. Sipp ! ternyata aku pinter juga ya? Hahahaha GR sedikit nggak apa-apa khan?

“mau kemana Cha? “ triak mama bertanya “ mau ke halaman depan ma” sahutku keras “ emangnya ngapain malem-malem gini kamu ke halaman? Mau bersih-bersih? Tumben Cha bersih-bersih? “ “yeeee mama , masak malem-malem begini Lucha mau bersih-bersih ya nggak mungkin banget lah ma” bela Lucha “terus kamu mw ngapain jongkok disana?” tanya mama sewot pada ku “lagi nyari surat kaleng ma” “hemh! Ternyata kamu kangen juga ya Cha klo nggak ada surat sehari?” “yeeeee mama ya nggak lah ngapain Lucha kangen ma orang yang nggak jelas kayak gituan?” di fikir-fikir iya juga yach ngapain aku masih nyari surat yang nggak penting kayak gitu, hemh tapi aku penasaran dengan pengirim yang nggak pernah jelas dan nggak pernah nunjukin wajahnya di depanku, mungkin aja aku bisa tertarik dengan orang itu, bukan berarti aku suka dengan kak Davit terus aku nggak bakalan ada rasa dengan cowok lainnya gitu? Hemh mungkin aja suatu hari aku sudah nggak ada rasa lagi , ya khan? betul nggak? Sepertinya untuk malam ini nggak ada coretan lagi dech? “Udach lah lagian ngapain sich Cha kamu masih nyari-nyari hal yang nggak penting itu” gumamku dalam hati.

KRIIIIIIINNNNGGGGGGGG’’’’’’’’’’’’’’’ suara bekerku berdering keras pagi ini, mataku mulai terbuka secara perlahan untuk menyambut awal hari minggu ini, “Good morning weekend” senyuman keceriyaan selamat pagi dunia, hemh!!! Melihat embun dan kabut pekat rasanya kaki ingin berjalan menelusuri rumput yang basah. Menghirup udara segar lembab dingin dan basah.
Aku memasang sepatu untuk memulai pagi ku dengan joging bersama kak zeta tetangga samping rumah yang slalu siap kapan saja buat nemenin aku.
“mama............ Lucha mau joging dulu ya” teriakku pada mama , akupun mulai berjalan menuju rumah kak Zeta. 
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan terdengar suara triakan “Luchaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku menoleh untuk melihat orang itu, “ hemh ! kak Zeta., kok ada di sini, khan Lucha yang mau jemput kakak?” tanyaku padanya “ hemh nggak baek cewek kayak kamu sendirian” “ hemh , iya juga sich kak.”
aku mulai berlari-lari kecil bersama kak Zeta, tapi,,,,,,, tiba-tiba “Cha!!!!” panggil kak Zeta kepadaku “ hemhhhh” sahutku singkat “Cha kakak boleh ngomong sesuatu nggak?” tanyanya “ hemh boleh aja, langsung ngomong ajja kale kak, lagian kita udah biasa khan setiap minggu kayak gini, lagian kakak udah Lucha anggep seperti kakak Lucha sendiri.” Aku mulai merasa aneh dengan tinngkah kak Zeta saat ini, nggak biasanya dia merasa canggung dengan aku, memang sich akhir-akhir ini aku jarang menemuinya, tapi apa mungkin Cuma gara-gara nggak ketemu denganku beberapa hari jadi canggung seperti ini? Hemh! Jadi aneh mikirin dia, udachlah yang penting aku biasa aja dengannya ya khan? gumamku dalam hati.
“Cha kita main ke bukit sana aja yuk!” ajaknya padaku “ OK! Kak , mumpung masih pagi juga sich, tapi khan lebih dingin khan kak?” “ hemh! Nggak mungkin dingin Cha khan ada kakak yang nglindungin kamu.” “hemh bener juga sich kak hehehe.” Hemh aku mulai tercengan dengan tingkahnya kak Zeta, rasanya aneh banget tak seperti biasanya, biasanya khan kita bincang-bincang tak ada kecanggungan sedikitpun, tapi kalau sekarang ini sungguh aku tak menduga, memang dunia sering jungkir balik yach!.

Setelah menaiki bukit yang lumayan tinggi, dan cukup lelah untuk menaiki, tapi tak terasa kita sudah sampai di puncak bukit itu, saat aku melihat ke bawah Waw!!!!!!! Menabjupkan mata, embun, kabut , udara dingin dan pemandangan yang hijau alami dan sangat mempesona it is nature , semua yang masih alamai.
“Waw !!! kak kenapa kakak nggak pernah ngasih tau Lucha kalau disini ada tempat yang sangat indah dan sangat alami? Kenapa kakak nggak pernah ngajak Lucha ke tempat ini?” tanyaku pada kak Zeta “ Cha. . . . . . .” pangilnya dengan lembut “ kok jadi deg degan kayak gini yach? “ batinku dalam hati “Ea kak???” “Maafin kakak ya Cha?” tiba-tiba kak Zeta memelukku dengan sangat erat. Knpa seperti ini? Ada apa ini? “ iya kak kenapa? Kenapa kakak harus minta maaf? Khan kakak nggak punya salah sama Lucha?” tanyaku pada kak Zeta “ Lucha, apakah kamu tau tentang ini?” kak Zeta memberikan sepucuk kertas kecil pada ku, dan aku membukanya dan isinya, , , , , ,
For : Lucha kecilQw 
Saat ini aku bersamamu, menemanimu, dan menjagamu, dan aku ingin selamanya tuk mendekapmu. Apakah kau juga merasakan itu? Apakah aku tepat jika ingin menempati hatimu? Aku menyayangimu peri kecilku.
Aku terkejut saat aku membaca itu semua, apa maksud dari ini? Apakah selama ini kak Zeta yang mengirimkan surat-surat kaleng itu, lalu mengapa dia melakukan itu padaku? Aku sudah menganggapnya seperti kakak kadungku sendiri, lalu apa yang harus aku lakukan? Benar-bernat jungkir balik dunia ini. “ kak Zeta , apa maksud kakak memberi Lucha seperti ini? Apakah memang benar yang selam aini mengerimkan surat kaleng itu adalah kakak? Kenapa kakak tak berani menunjukan wajah kakak langsung? Apakah memang ini permainan kakak untuk membuat Lucha risih dan sebel?” tanyaku sedikit marah pada kak Zeta “ maafkan kakak Lucha , tapi kakak memendam ini sudah teralalu lama, kakak tak cukum mempunyai keberanian untuk itu. 
Dan kakak tau jika Lucha memendam rasa pada Davit khan?, lalu harus apa kakak? Agar Lucha bisa maafin kakak?” aku meraih dan mendekap tubuh kak Zeta “ kak kenapa kak Zeta beru bilang sekarang ini? Apakah kakak tau apa yang terpendam dalam hatinya Lucha? Kenapa kak Zeta tak pernah menanyakan hal ini?” kak Zeta melepas pelukanku, dan menatap mataku “ Cha tatap mata kakak” perintahnya padaku “ lihat mata kakak Cha , apakah dimata kakak ada keraguan? Apakah dimata kakak ada kebohongan, kakak hanya takut untuk kehilangan kamu peri kecilku, kakak takut jika kita bersatu kak Zeta kehilangan kamu, peri kecilku dengar kakak dengan baik, kakak menyayangimu, kakak tak ingin memilikimu hanya untuk sementara, kakak ingin memilikimu untyk selamanya peri kecilku, sekarang Lucha ngerti kenapa kakak takut untuk mengungkapkan ini?” “iya kak Lucha ngerti, tapi bagaimna lagi jika kenyataan bilang kita akan bersatu?” “maksudnya?” kejutnya mendengarku “ Lucha juga sayang kak Zeta” dengan mataku yang berkaca-kaca aku mengungkapkan itu, mungkin kalian berfikir jika aku hanya menyayangi kak Davit, tapi itu semua salah , aku menyayanginya hanya;lah untuk pelarian saja , karena aku telah memendam rasa ini pada kak Zeta sudah lama, aku yang menunggunya untuk mengungkapkan itu semua, tapi mungkin tuhanlah yang tahu tentang semua isi hatiku, aku menyayangi seseorang dan aku memendam sedalam mungkin dia hatiku agar aku bisa tetap mengingat siapa yang aku sayang dan siapa yang aku tunggu, “Cha, , , apakah kamu yakin dengan hatimu? Lalu bagaimana denga Davit? Apakah kamu tak ingin berusaha untuk mendapatkannya?” dia ragu denganku , itulah aku yang slalu membuat ragu kenyataan , aku tak pasti dan aku selalu menyembunyikan semua yang seharusnya aku tampakkan mungkin inilah saatnya aku untuk jujur tentang ini semua “ kak Zeta, sekarang Lucha yang meminta kakak untuk menatap mataLucha dengan tajam, Lucha ingin jujur dengan kakak, Lucha ingin meyakinkan kakak, kak Zeta, kakak tau kenapa Lucha bilang jika Lucha sayang denga kak Davit? Apakah kakak tau apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya Lucha? Selama ini Lucha hanya bisa melampiaskan itu semua pada kak Davit kak, karena Lucha tak mampu untuk mengungkapkan ini semua pada kenyataan, Lucha salah telah menyayangi kakak, salah kak salah besar, tak seharusnya Lucha seperti ini, Lucha hanya bisa menunggu kakak” “maafkan kakak yach peri kecilku, sudah membuatmu menunggu selama ini, maafkan kakak yang tak mempunyai keberanian sedikitpun untuk itu, maafkan kakak yach peri kecilku?” pintanya padaku “ iya kak, itulah yang seharusnya Lucha lakukan, tetap menunggumu sampai akhir hayatku, aku menyayangimu tanpa setitik bataspun” “Trimakasih Peri kecilku aku sangat menyayangimu I LOVE YOU.”

Akupun bahagia atas apa yang selama ini aku jalani ,di awal aku menjalani dengan banya rintangan yang datang pada ku, tapi aku tak pernah menyesal apa yang telah aku jalani , bahkan aku sangat bersyukur atas semua ini, akhirnya tuhan laha yang bertindak atas apa yang selama ini aku rasakan , terimakasih ya Rabb Engkaulah sahabat sejatiku Engakaulah yang slalu mengerti aku, aku menminta dan memohon padaMU dan Engkau telah mewujudkan itu, sungguh aku bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepadaku.
Setelah tangis, setelah sedih, setelah sakit, senyuman, keindahan, kecerahan dan kebahagiaan, itulah yang dinamakan harapan.
Memeluknya, mendekapnya, dan bersamanya itulah yang aku inginkan selama aku hidup dan menginjak dunia.

:: Selamat datang cinta
Cinta aku milikmu, aku telah belajar bersamamu, berjalan dan menuntunku di saat aku tertatih dan terbelenggu, terkadang kau menyakitkan hatiku, tapi aku tak pernah ingin melupakan dan menghapus jejak pelukmu.
Yang slalu aku harapkan dari cintaku adalah kamu yang slalu bersamaku di setiap gerak kaki dan langkahku, mengikatmu dan menciptakan rumah kecil untuk hidup ,itulah harapanku saat aku bersamamu. Untukmu yang menyayangiku.
 
Karya : Miftahaul Jannah
[Continue reading...]

blogcerpen - Waiting for you

Aku mengenakan sebuah gaun berwarna coklat selutut dengan sebuah syal melingkari leherku. Dengan cepat aku mengambil tas dan payung transparanku keluar kamar asramaku. Di luar hujan sangat deras. Aku membuka payung dan berlari keluar untuk mencari taksi. Hari ini aku akan menemui seseorang di sebuah bandara, seseorang yang belum pernah kutemui sebelumnya. Aku mengenalnya melalui situs jejaring sosial. Dia pria yang menyenagkan, umurnya 26 tahun, 5 tahun di atasku. Sayangnya ia tidak pernah memasang foto dirinya di sana dan menurut khayalanku, ia adalah seorang pria yang tampan, tinggi, dan putih, mengingat bahwa ia mengaku dirinya adalah keturunan chinese, sama denganku.

Setelah kurang lebih satu tahun aku mengenalnya, aku merasa aku mulai menyukainya, bahkan bisa dibilang aku jatuh cinta padanya. Konyol, memang, tapi aku tau hatiku tidak pernah berbohong. Kami tinggal di kota yang sama, tapi aku tidak pernah sekalipun menerima ajakannya untuk bertemu. Aku takut kecewa, takut bila semuanya tidak sesuai dengan harapanku, takut dia juga tidak menyukaiku dan hubungan kami akan kandas begitu saja. Dia memaklumi alasanku untuk tidak menemuinya. Aku senang ia mau memahamiku.
Namun kemarin saat kami sedang mengobrol di chatting, kabar buruk itu datang secara mendadak. Pria itu bilang bahwa ia akan keluar negeri untuk waktu yang lumayan lama dan kemungkinan kami untuk sering ngobrol pun akan berkurang. Aku sedih sekali mendengarnya, aku ingin sekali bertemu dengannya untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Oleh karena itulah aku memutuskan untuk menyusulnya ke bandara hari ini. Aku juga sudah memberitahunya hal ini dan ia sangat antusias dengan keputusanku ini.

Sialnya hari ini aku bangun kesiangan. Pesawat akan berangkat pukul 11 dan aku baru bangun pukul 10. Dengan cepat aku mandi, mungkin mandi tercepat yang pernah kulakukan dan langsung berangkat ke bandara. Dan di sinilah aku berada, di dalam taksi yang tengah melewati jalanan yang ramai menuju bandara. Hatiku sangat gelisah. Aku terus saja memandangi jam tangan, sebentar lagi pukul 11 dan aku masih setengah perjalanan.

Singkat cerita, aku sampai di bandara pukul 11.15, pupus sudah harapanku untuk bertemu dengannya. Tapi aku masih berharap bisa bertemu dengannya, aku berharap pesawatnya akan mengalami delay. Aku langsung berlari menuju sebuah cafe di mana aku dan dia berjanji untuk bertemu kemarin. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling cafe, berusaha mencari sosok pria yang kucari, walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku berharap instingku bisa diandalkan kali ini. Begitu banyak pengunjung di cafe itu dan aku tidak tau pria itu di mana.
"Ada yang bisa saya bantu?" seorang wanita pelayan cafe menghampiriku.
"Ah, aku sedang mencari seseorang."
"Apakah anda yang bernama Xiao Ling?"
"Ah iya! Dari mana anda tau?"
"Tadi ada seorang pria yang menitipkan pesan bahwa ia sudah harus pergi ke ruang tunggu pesawat dan ia menitipkan surat ini."

Aku kecewa dan kakiku langsung lemas. Sudah terlambat, aku tidak bisa lagi menemuinya.
"Tapi tadi saya dengar pesawat yang ditumpangi pria itu mengalami delay setengah jam. Anda pasti mengharapkan seperti itu bukan? Pria itu juga berharap begitu, tadi ia mengatakannya padaku."
"Benarkah?"
"Pergilah."
"Apa?"
"Kejar dia. Mungkin dia masih ada di ruang tunggu pesawat."
Aku mematung sejenak kemudian tersenyum gembira.
"Baiklah, terima kasih!"

Aku pun berlari sambil menangis. Aku sungguh berharap aku masih sempat. Sambil menggenggam surat darinya, aku tidak berhenti berlari. Sesampainya di ruang tunggu aku mengedarkan padanganku. Aku terus berdoa dalam hati, kembali mengandalkan instingku untuk mengenalinya. Aku menutup mata, meminta bantuan Tuhan untuk menemukannya. Tapi saat kubuka mataku dan kembali memandangi seluruh ruangan, aku belum juga menemukannya. Ya, Tuhan, yang mana dirinya? Mengapa susah sekali mengenalinya? Kenapa dia tidak pernah memasang fotonya di situs sosial itu? Dasar bodoh!

Tiba-tiba saja mataku tertuju pada satu titik. Ada seorang pria tidak jauh dariku yang sedang memainkan ponselnya dengan serius. Sesekali ia mendekatkan ponsel itu di telinganya. Pria itu tampak gelisah. Wajahnya putih dan tampan, sesuai dengan khayalanku tentang pria yang kukenal itu. Lalu aku tersadar. Ponsel! Mengapa aku begitu bodoh? Sekarang aku hidup di jaman apa?! Aku kan bisa menghubungi ponselnya. Bodoh sekali aku.

Aku mengeluarkan ponsel dari tasku. Ada 20 misscall di sana. Sejak kemarin aku memang men-silent ponselku, kebiasaanku saat hendak tidur supaya aku tidak terganggu dengan bunyi SMS di pagi-pagi buta dan aku lupa mengaktifkan nada deringnya lagi karena bangun kesiangan. Betapa terkejutnya saat kubuka siapa yang misscall itu. Semuanya dari pria itu. Aku hendak meneleponnya balik saat tiba-tiba ponselku berdering lagi dan jantungku berhenti berdetak begitu melihat namanya. Pria itu! Berarti ia belum naik ke pesawat. Harapanku kembali timbul. Aku berdebar-debar saat mengangkatnya.
"Ha.. Halo.." kataku grogi.
"Hei, akhirnya kau angkat juga. Kau di mana? Tidak jadi datang? Kau tidak apa-apa kan? Aku menunggumu dari tadi. Aku khawatir sekali. Kenapa kau tidak mengangkat teleponku?" nadanya terdengar kecewa dan cemas. Aku senang ia mengkhawatirkanku.
"A.. Aku bangun kesiangan. Maaf.."
"Syukurlah, aku kira kau kenapa-kenapa. Jadi kau sekarang masih di asrama?"

Aku terdiam. Haruskah aku mengakuinya? Sejujurnya aku masih takut untuk menemuinya, tapi kapan lagi? Ini kesempatan terakhirku.
"Aku.. Aku sudah di bandara."
"Apa?! Kau dimana?" suara pria itu terdengar sedikit keras sehingga aku menjauhkan sedikit ponselku. Seketika itu juga aku melihat pria tampan tadi berdiri dari kursinya dan melihat-lihat ke sekelilingnya. Jantungku semakin berdetak cepat. Apakah pria itu yang aku cari?
"Da Dong ge (kakak laki-laki dalam bahasa mandarin), kau di mana sekarang? Kau pakai baju apa?" aku memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku sudah di ruang tunggu bandara. Aku memakai kemeja berwana biru dan celana putih. Hey, kenapa kau menanyakan hal itu? Kau di mana sekarang?"
"Aku.. Aku sedang melihatmu, ge.. Aku juga ada di ruang tunggu sekarang."
Ya benar! Pria tampan itulah yang sedang kucari, dan begitu mendengar jawabanku pria itu terdiam sejenak. Matanya mengelilingi ruang tunggu dan kemudian berhenti saat pandangannya terarah kepadaku. Jantungku berdebar cepat. Da Dong mengenaliku? Benarkah?

"Kau mengenakan gaun coklat dengan syal hitam di lehermu?"
Aku melihat pria itu menggerakkan bibirnya sambil terus menatap ke arahku. Ponselnya masih di telinganya. Aku mengangguk pelan.
"Iya.."
Pria itu kemudian menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku celana. Ia berjalan menghampiriku. Jantungku semakin cepat berdetak, rasanya ingin pingsan saja. Pria tampan itu benar-benar Wang Dong Cheng, yang biasa aku panggil Da Dong. Dialah pria yang selama setahun ini membuat hari-hariku semakin berwarna. Dialah pria yang kucintai, meski aku tidak pernah bertemu dengannya.

Semakin dekat ia berjalan, langkahnya semakin cepat. Perlahan aku menutup ponsel dan memasukkannya ke dalam saku gaunku, tepat saat Da Dong sudah berdiri di hadapanku.
"Kau.. Xiao Ling?"
Aku mengangguk. Air mataku sudah tak terbendung. Aku bahagia, akhirnya aku bisa bertemu dengannya.
"Hey, kenapa kau menangis?" Da Dong menghapus air mataku dengan jarinya yang hangat. Hatiku senang dan hangat karena sentuhannya.
"Kau.. tidak kecewa bertemu denganku?" aku bertanya dengan hati-hati.
"Kenapa aku harus kecewa? Kau.. cantik.. Rambutmu.. Kupikir rambutmu panjang seperti di foto profilmu. Makanya aku tidak mengenalimu tadi."
"Y.. Ya.. Aku memotong rambutku 3 bulan yang lalu. Itu foto lamaku. Ke.. kenapa? Terlihat aneh?"
"Tidak. tentu saja tidak. Kau.. cantik.. sungguh.."

Aku tersenyum.
"Kau sendiri? Tidak kecewa bertemu denganku? Kau selalu bilang bahwa kau takut kalau kita bertemu. Kau takut kecewa saat tau wajahku tidak seperti bayanganmu kan?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Hey, kita sudah satu tahun berteman. Walaupun aku tidak pernah bertemu denganmu, bukan berarti aku tidak mengenalmu. Aku tau semua isi hatimu."
Wajahku memerah. Semua isi hatiku? Apakah dia juga tau bahwa aku menyukainya?
"Jadi? Kau kecewa?" tanyanya lagi.
"Tidak. Sama sekali tidak. Aku senang, sungguh."
"Karena wajahku tampan? Karena itukah kau senang? Tapi jika wajahku jelek, kau akan kecewa?"

Bukan! Bukan itu maksudku.. Bagaimana mungkin ia berpikir seperti itu?!
"Hahaha.." tiba-tiba ia tertawa. "Aku hanya bercanda. Aku tau kau tidak akan kecewa bagaimanapun penampilanku. Kau sudah datang ke sini saja, itu sudah menandakan bahwa kau serius berteman denganku, tidak peduli bagaimana wajahku nantinya kan?"
Aku mengangguk cepat. Aku memang menyukainya, tidak peduli bagaimana penampilannya. Mungkin aku memang akan sedikit kecewa apabila tidak sesuai dengan khayalanku selama ini, tapi aku sudah terlanjur menyukainya, mencintainya!

"Kau suka padaku?" pertanyaan yang terlontar dari mulutnya membuatku terbelalak.
"A.. apa?"
"Hahaha.. Kau ini lucu sekali!"
Ugh, ternyata ia hanya mempermainkanku! Aku merengut.
"Ehm.. Maaf.. Tapi.. Pertanyaanku serius. Kau menyukaiku?"

Aku jadi salah tingkah. Wajahku memanas. Haruskah aku mengatakan ya? Tapi jika ia tidak punya perasaan yang sama, bagaimana?
"Sayang sekali bila kau tidak menyukaiku. Berarti aku baru saja patah hati."
"Apa?" Maksudnya? Dia..?
"Aku menyukaimu. Ehm.. Aku mencintaimu." Da Dong memandang mataku dengan tatapan yang sangat dalam. Wajahku kembali memanas, pasti sekarang wajahku sudah memerah sekarang.
"Kau menyukaiku?" aku bertanya ragu.
"Ya.." Da Dong menggaruk kepalanya dengan salah tingkah. "Mungkin ini terdengar bodoh, padahal aku tidak pernah bertemu denganmu, tapi setiap kali aku ngobrol denganmu di telepon, atau bahkan melihat namamu sedang online, hatiku berdebar, aku senang sekali, ingin selalu berbagi cerita denganmu dan mendengar semua kegiatanmu. Semua ceritamu itu membuatku merasa, kau adalah wanita yang ceria. Walau mood-mu gampang berubah, tapi aku menyukainya. Aku.. menyukaimu."
"Kau.. Kau tidak bodoh.." aku akhirnya berani bersuara. "Karena aku.. merasakan apa yang kau rasakan." kataku perlahan.
"Benarkah?" Da Dong tersenyum lebar, matanya berbinar-binar, membuatku ingin sekali memeluknya.
Aku mengangguk pasti.

Da Dong memelukku dengan cepat. Membuatku sedikit terkejut karena baru saja aku berpikir ingin memeluknya. Kami berpelukan lama sekali, tidak peduli semua mata tertuju pada kami.
"Pesawat _______ akan segera berangkat. Diharapkan semua penumpang memasuki pesawat." informasi itu membuat hatiku mencelos. Inikah saatnya aku akan berpisah dengan Da Dong? Secepat ini?
"Xiao Ling." Da Dong berbisik di telingaku, kami masih saja berpelukan.
"Ya?" aku berusaha tegar, air mataku sudah mengumpul di pelupuk mata tapi aku menahannya.
"Maukah kau menungguku? Tiga tahun. Apakah terlalu lama?"
"Tentu saja tidak. Aku akan menunggu." Jangan pergi! Aku ingin sekali meneriakkannya.
"Aku akan berusaha menghubungimu kapanpun aku sempat."
"Take your time, ge. Jangan mengkhawatirkanku. Jaga dirimu ya."
"Kau juga. Aku akan segera kembali. Aku janji."

Da Dong melepas pelukannya dan mengambil sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru berwarna merah. Ia membukanya dan tampaklah sebuah cincin yang sangat indah.
"Maukah kau memakainya? Mungkin ini bukan cincin mahal yang pantas kuberikan padamu. Tapi aku janji, tiga tahun lagi aku akan kembali dan menukarnya dengan cincin yang lebih indah dari ini, dengan namaku terukir di dalamnya.."
Aku mengangguk. Air mataku pun mengalir.
"Jangan menangis. Oke?" Da Dong menghapus lagi air mataku dan memakaikan cincin itu di jari manis kananku. Kemudian mencium keningku.
"Sampai jumpa." katanya lalu mengambil kopernya. Menatapku sejenak, tersenyum dan melambaikan tangan sambil melangkah menuju pesawat. Aku pun membalas lambaian tangannya dengan senyuman.

Aku akan menunggumu, Da Dong ge. Aku janji. Sampai jumpa! Wo ai ni ♥

Diadaptasi dari Sebuah Mimpi Pribadi
oleh: Phelina Felim
pemeran wanita: Xiao Ling (nama asli)
pemeran pria: Wang Dong Cheng (diambil dari nama penyanyi dan aktor Taiwan)
Karya : Phelina Felim (Phe)
[Continue reading...]

Blogcerpen - KADO TITIPAN TUHAN

Pagi seperti biasanya, Putri langkahkan kaki menelusuri lorong lorong koridor sekolah menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang hilir mudik berjalan santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang mulai meninggi. Namun, pagi itu tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan berjalan santai agak lambat seakan akan tak berpijak lagi pada sang bumi. Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk dikursinya yang berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara dengan apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu, sebelum terjadi sesuatu yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan arah untuk hidup, seakan bila awan mendung yang berada di langit yang memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan cahaya cerahnya mentari, bahkan di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan bisa ditemui lagi pelangi, serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan satu hal yang ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya... menyusulnya.... “ huft “ hela nafas Putri. 
Masih jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak begitu indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka yang menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah beberapa tahun belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika ibarat pelangi tertutup kabut awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu muncul, semenjak bermula satu minggu lalu dimana hari itu telah terjadi sesuatu pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah kecelakaan tertabrak bus yang sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga menghembuskan nafas terakhir, pergi berada kealam yang berbeda. Putra telah pergi untuk selamanya tanpa pernah ada kesempatan untuk kembali.
 
Tanpa Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu dari mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri memantau dari kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.

Tersentak dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok telah berada duduk disampingnya.
“ kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran cowok itu.
Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat mengenalku Putri. “

Tersentak dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa dia ? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “ Putri pun membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat apapun yang ada.
“ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya lembut

Putri merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang Putri. “ Tapi siapa ? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak sinis.
“ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan ! “ raut wajah Ricky berubah muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ?. “ Tanya Putri merasa heran.
“ Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru saja aku lontarkan. “ nada Ricky yang misterius.

Tampak dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya pergi mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang memilukan melihat Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek masuk kekelas yang sedang tengah berbincang bincang satu sama lain. Melihat Putri yang sedang duduk, mereka pun menghampiri.
“ Putri ! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, gak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah. Kami kangen sama kamu, tau...!. “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur Putri sambil memeluk sahabatnya itu.
“ gak ada yang kan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah ! dia pasti gak akan inginkan orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung gak habis habisnya ! masih ada warna lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“ iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. “ ucap Putri menenangkan diri.

Teringat Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani Putri dan secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya Sesil dan Nindi masuk kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib, ditelan bumi hilang entah kemana. Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ ada apa Put ? apa yang sedang kamu cari ? “ Tanya Sesil agak heran.
“ aku mencari Ricky, Sil ! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada gak ngeliat dia pergi ? “ Tanya Putri.
“ Ricky ? siapa dia ? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain. “ jawab Sesil.
“ ye…….. kamu ini Put, ngelawak ya ? gak lucu deh,,,,, masih pagi tau ! “ celoteh Nindi.

Putri tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus berusaha mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi tanpa di duga. Putri melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri melihat Ricky dan satu sosok cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa maupun air mata. Tatapan yang tak bisa dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin menjauh menghilang di lorong lorong kelas.
“ hei ! “ sapa Nindi mengejutkan.
“ oh ya, kenapa ? “ Putri terkejut.
“ masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “ menarik Putri yang di teras luar menuju kedalam kelas.
“ Put. “ dengan hati hati kini Nindi berkata. “ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu. “
“ apa ? “

Putri tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock pada berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri tahu, Putri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang dunia luar. Baru seminggu setelah kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan kaki kesekolah.
“ temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih. Dan seperti sama yang kamu rasa. “ sambung Nindi bercerita lagi.
“ aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam berduka
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi ets….. tunggu bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu. “ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma akan segera di mulai.
*****

“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu, Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.

Saat itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga dan ada sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak asing lagi bagi Putri. Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri Putra yang menyambut kedatangan Putri dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu, aku kesepian tanpa kehadiran mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ? berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”

Dengan berat hati “ Putra, aku akan mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.

Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “ ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra. Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya. Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
*****

Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..

Forever
Putra
****

Beberapa hari kemudian, Putri tak menampakkan raut wajah yang kusut seperti kaset kusut, murung tak menentu. Karena satu janji untuk mengenang cintanya. Tak ingin menampakan kesedihan itu lagi untuk Putra. Biarkan cerita ini mengendap dalam sebuah memori ingatan yang takkan terlupa menjadi sejarah kenangan indah bahwa dalam hidup Putri pernah ada Putra. “Senyum ini selalu ku persembahkan untuk mu… abdi ku yang terakhir atas cinta kita. Aku ingin kau tenang berada di alam sana.”ucap dalam hatinya tulus. Sambil menatap langit dan tersenyum Putri pun berkata lagi“ Putra, kau kado terindah yang pernah di titipkan Tuhan untuk ku” dari kejauhan di atas sana Putra membalas senyuman Putri.

Tamat

Karya Fhitri Mila Sary
[Continue reading...]

Senin, 30 Desember 2013

blogcerpen - AKU RELA TERLUKA ASALKAN DIA BAHAGIA

Ardi adalah sahabat baik Ria. Tapi sesungguhnya Ardi sangat mencintai Ria. Ardi ingin mengungkapkan perasaan itu tapi dia selalu mengurungkan niatnya,dia tidak ingin merusak persahabatanya dengan Ria hanya karena masalah ini.

Ardi selalu bangun pagi-pagi, lalu dia selalu menelefon Ria untuk membangunkannya. Ini di lakukan Ardi setiap pagi. Dan Ria mengangkatnya dengan masih menahan kantuk. Ria adalah cewek manis,tinggi dan suka banget shopping.Dia juga cewek yang baik, temen-temennya suka banget berteman sama Ria.
“Hallo...” Sapa Ria di seberang dengan masih menahan kantuk.
“Hoee..ayo bangun udah pagi ni.” Teriak Ardi di telefon.
“Wah biasa aja donk teriaknya, kuping gue budek nich.” Jawab Ria kaget.
“Makannya cepetan bangun sana terus mandi..udah siang nich!” Tambah Ardi
“Iya,iya...bawel banget sih..” Jawab Ria.
Walaupun Ria masih mengantuk akhirnya dia bangun juga.Ria langsung menuju kamar mandi, setelah dia mandi dan sudah berpakaian dia turun dari kamarnya menuju dapur, dia kelaparan.
“Bik nggak ada makanan?” Tanya Ria kepada pembantu kesayangannya Bik Minah.
“Ada non,non tunggu aja di meja makan, sebentar lagi siap non.” Jawab Bik Minah.

Setelah menunggu beberapa saat,akhirnya makanan Ria datang juga.
“Ini non makanannya,makan yang banyak ya? Biar gemuk? Hehe.” Canda Bik Minah.
“Bibik bisa aja,nanti kalau aku gemuk,jadi nggak cantik lagi donk hehehe.” Jawab Ria dengan tersenyum.
Selesai makan Ria menuju kamarnya,dia bingung mau ngapain hari libur gini. Ria memutar musik supaya pikirannya tidak jenuh,tapi dia masih aja jenuh. Lalu dia kepikiran buat ngajak teman-temannya untuk pergi ke mall,buat sekedar makan,supaya dia nggak jenuh. Ria langsung mengambil Hpnya yang ada di atas meja dan langsung menelepon Ardi,Syifa, Clara dan Aji.

Setengah jam kemudian Ria sampai di Mall naik mobilnya yang baru di belikan ayahnya. Teman-temannya sudah sampai duluan dan menunggu Ria. Ria bergegas masuk ke dalam Mall, Ria clingukan mencari temanya, karena sibuk mencari teman-temannya,Ria tidak melihat kalau di depannya ada seorang cowok yang membawa minuman. Bruckkkk..........................
“Aduh mbak maaf, saya tidak melihat ada mbak di situ..maaf ya mbak? Kata cowok itu dengan rasa bersalah.
“Hemzz...nggak apa-apa maz,saya yang salah karena sibuk mencari teman saya,sampai saya nggak tau kalau ada mas di depan saya, maaf mas.”Jawab Ria sambil sibuk membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman yang di bawa cowok tadi.
“Bukan mbak yang salah tapi saya,Saya benar-benar minta maaf mbak, sini mbak saya bersihkan.” Kata cowok itu lagi.
“Enggak mas terima kasih,nggak apa-apa saya yang salah.” Kali ini Ria menatap cowok yang di tabraknya.Dan... Degg.....“Gila ganteng banget ni cowok makan apaan sih kok bisa ganteng gini?” pikir Ria dalam hati. “Hemzz saya ganti ya mas minumannya?” Tambah Ria.
“Hemzz...nggak apa mbak saya bisa beli lagi nanti, ya udah mbak saya duluan. Sekali lagi maaf.”Kata cowok itu,dan berlalu. Tinggal Ria yang masih melongo melihat cowok itu.. setelah sadar dari lamunannya Ria bergabung dengan teman-temannya.
“Kemana aja sih Ya lama banget? Terus kenapa baju loe basah gitu?” Tanya Ardi dengan cemas,dan di tambah dengan teman-temannya.
“Sorry teman-teman tadi aku lagi da masalah dikit, tadi aku sibuk cari kalian ech aku nabrak cowok minumannya tumpah ke bajuku.” Jawab Ria.
“Ya syukur dech loe nggak apa-apa.” Tambah Clara.
“Hemzz tau nggak? Cowok yang aku tabrak tadi ganteng banget. Gila ganteng banget.” Kata Ria histeris.
“Memangnya siapa? kamu dah kenalan?” Tanya Ardi,dengan menahan rasa cemburu.
“Belum sih nggak sempat,ya semoga aja aku bisa ketemu lagi sama dia.”Jawab Ria.
***

Bel tanda usai pelajaran berbunyi. Ria masih sibuk membereskan buku-bukunya,sedangkan Ardi,Clara,Syifa dan Aji menunggu Ria di depan pintu.
“Cepetan donk Ya,katanya mau beli novel terbaru,keburu habis di sikat pembeli ni.” Teriak Syifa.
“Iya...bawel banget sih.” Jawab Ria dengan berteriak juga.

Selesai membereskan buku-bukunya,Ria langsung di tarik Ardi untuk buru-buru ketoko buku. Sesampainya di toko buku, Ria and friend langsung memasuki toko buku itu dan langsung menuju rak dimana buku yang mereka cari di pajangkan. Syifa,Clara dan Ria sibuk mencari novel-novel yang mereka suka,sedangkan Aji dan Ardi sibuk mencari komik.Ria menemukan novel yang ia suka dan ingin membelinya. Karena tidak menyadari kalau ada cowok di belakangnya yang juga ingin membelikan novel untuk sang adik. Saat Ria berbalik ingin menuju kasir untuk membayar novel yang di sukainya tiba-tiba......brakkk....Ria dan cowok itu bertabrakan lagi. Dan anehnya Ria malah seneng nabrak cowok itu, karena cowok yang di tabraknya sekarang adalah cowok yang di tabraknya waktu di malll,cowok yang membuat Ria nggak bisa tidur semalaman, dan cowok yang membuat Ria penasaran. Spontan temen-temen Ria menoleh semua,termasuk Ardi yang mulai merasakan hal yang tidak nyaman di hatinya.
“Aduh maaf-maaf.....” Kata Ria dengan membantu cowok itu mengambil bukunya yang jatuh karena di tabrak Ria.
“Ia nggak apa-apa kok. Santai aja.” Jawab cowok itu.
“Wah..kamu?? kita bertemu lagi.maaf ya udah nabrak kamu sampai dua kali?” Kata Ria.
“Och..iya kita bertemu lagi. Hemzz..gak apa-apa kok mungkin aku juga yang salah tadi. Ngomong-ngomong sama sapa kamu kesini?” Kata cowok itu.
“Sama teman-teman. Tu mereka lagi nglihatin kita. Oh iya nama kamu siapa kita belum sempat kenalan kan? Kenalin aku Ria.” Kata Ria memulai perkenalannya.
“Aku Revan. Oh iya sorry ya aku harus buru-buru soalnya di tungguin adhik aku di rumah, boleh minta no Hp kamu? Nanti aku hubungi kamu.” Jawab cowok itu.
Spontan Ria langsung shock sekaligus seneng cowok yang membuat dia nggak bisa tidur semalaman minta no Hpnya. Tanpa basa-basi lagi Ria langsung memberi tahunya. Cowok itu yang ternyata bernama Revan berterima kasih dan pergi sebelum pergi dia sudah berjanji akan menghubungi Ria nanti malam.
Di sisi lain Ardi merasa sangat cemburu melihat Ria dan Revan,tapi Ardi berusaha menyembunyikan perasaannya ini walau sebenarnya ingin sekali dia bertanya pada Ria,siapa cowok itu dan apa hubungannya dengan Ria. Ardi ingin bertanya sekarang,tapi dia rasa belum waktu yang tepat,karena suasana hatinya sekarang sedang kalut. Dia tidak ingin amarahnya meledak nanti di depan Ria. Ardi tidak mau itu terjadi. Dia tidak ingin menyakiti Ria.

Ardi,Syifa,Clara dan Aji pulang nebeng mobil Ria karena mereka tadi datang naik taksi mobil mereka di pakek nyokap-nyokap mereka semua. Di sepanjang perjalanan pulang Ardi sedikit beda,dia lebih banyak diam daripada bergurau dengan teman-temannya. Ria dan teman-temannya binggung melihat perubahan sikap Ardi yang tiba-tiba.
“Ar loe kenapa sih kok jadi pendiam gitu,aneh deh?” Tanya Syifa.
“Iya loe kenapa sih?Apa loe tadi lihat Ria kenalan ama cowok tadi loe jadi murung gini? Hahaha.” Ejek Aji.
“Jangan-jangan loe cemburu lihat Ria tadi?” Tambah Clara.
“Apa-apaan sih kalian, ya nggak lah Ria kan sahabat aku,aku seneng dia deket ama cowok.Kenapa harus cemburu?” Kata Ardi bohong.
“Iya bener kata Ardi,nggak mungkin lah Ardi cemburu.” Tambah Ria. Sedangkan Aji,Syifa dan Clara tersenyum dan saling berpandangan.
Malam harinya, di kamar,Ria menunggu telvon dari Revan. Setelah beberapa saat menunggu,akhirnya Revan telvon juga. Mereka berbasa-basi sesaat, dan mereka akirnya memutuskan untuk ketemuan keesokan harinya. Dan televon pun putus.
Hari ini Ria dan Revan bertemu di cafe ceria, mereka ngobrol dengan santai,dan beberapa saat saja mereka berdua sudah sangat akrab dan makin dekat.

Malam ini Ardi datang kerumah Ria Ardi nekat ingin mengungkapkan perasaanya kepada Ria,walaupun dia harus mengorbankan persahabatanya. Tok,tok.....terdengar pintu di ketok dan Ria langsung membukanya.
“Ardi....tumben kesini? Wah bawa apa nie? Masuk..!!” Kata Ria.
“Bawa makanan buat kamu pasti laper kan? Lagi bete di rumah jadi kesini aja” Jawab Ardi
“Hemzz donat coklat..enak nich kayaknya..aku makan ya?” Kata Ria senang mendapatkan donat coklat kesukaannya.
“Silahkan..!! Ya aku mau ngomong.. sesuatu.” Ardi memulai berbicara.
“Ngomong aja” Jawab Ria sambil mengunyah donatnya.
“Sebenernyaa........sebenernya aku......
“sebenernya apa Di?”
“Sebenernya aku....aku sa...sa...” Belum sempat Ardi ngomong HP Ria berbunyi dan itu dari Revan. Ardi hanya bisa pasrah..dan karena Ardi udah nggak tahan lagi mendengar Ria dan Revan telvon-telvonnan akhirnya Ardi pamit pulang.
***

Berkali-kali Ria dan Revan jalan bareng, dan suatu hari Revan menyatakan perasaannya kepada Ria di sebuah taman yang sudah di persiapkan Revan sejak awal.
“Ria...aku boleh ngomong sesuatu?” Kata Revan serius.
“Ya boleh lah,ngomong apa?” Jawab Ria serius juga.
“Sbenarnya aku...........aku......aku sayang kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Kata Revan.
“Apa.....? Kamu sayang aku? Beneran?” Jawab Ria dengan tidak percaya tapi di dalam hati dia seneng juga karena sebenarnya inilah yang di tunggu-tunggu Ria.
“Iya aku sayang sama kamu aku cinta kamu. Kamu mau kan jadi pacarku Ria,aku mohon.” Kata Revan dengan berlutut di depan Ria.
Tanpa basa-basi lagi Ria langsung mengangguk. Dan Revan langsung memeluk Ria.

Dirumah Ria langsung menelevon Ardi dan sobat-sobatnya. Dan yang pertama di televonya adalah Ardi.
“Hallo.” Sapa Ardi di seberang.
“Haloo Ardi sahabatku tersayang. Lagi ngapain nich?” Tanya Ria dengan sangat senang.
“Wah tumben kenapa nich? Kayaknya lagi seneng banget, habis dapat undian ya?” Tanya Ardi.
“Hahahaha....hemzzzz Ardi loe harus tau kenapa gue seneng banget hari ini. Langsung aja ya? Hemzz....Gue jadian sama Revan, gila gue seneng banget.” Kata Ria riang.

Degggg.........spontan jantung Ardi berdetak kenyang,dia shock mendengar perkataan Ria tadi. “Ria jadian sama Revan?” Nggak mungkin. Pikir Ardi.
“Hallo Ardi,loe masih di situ kan?” Tanya Ria yang mulai aneh karena Ardi diam saja.
“Ia Ya aku masih di sini kok. Hm selamat ya Ya moga langgeng aja. Aku ikut seneng.”Kata Ardi
“Makasih Ardi kamu emang sahabat aku yang paling baik. Bye Ardi sampai ketemu besok di sekolah ya?” Ria langsung menutup telvon. Tinggal Ardi yang shock mendengar Ria dan Revan jadian.
Ardi termenung dikamarnya di depan jendela dia bersedih karena cintanya kepada Ria bertepuk sebelah tangan. “Ria kenapa kamu nggak lihat aku di sini? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat mencintaimu kenapa kamu pilih Revan? Apa kurangnya aku Ya?” omel Ardi sendiri. Tak terasa air mata Ardi menetes, air mata kesedihan Ardi.

Setahun sudah berlalu Ria dan Ardi sudah lulus SMA dan mereka lama tidak bertemu karena mereka kuliah di fakultas yang berbeda. Ria masih dengan Revan dan Ardi masih sangat mencintai Ria.
5 tahun kemudian Ardi mendapat undangan pernikahan, dan di dalamnya tertulis nama Andria Karine dan Revan Andika betapa kagetnya Ardi membaca nama yang terpampang di undangan itu, Ria sahabatnya yang dicintainya menikah. Ardi bingung apakah dia harus senang ataupun bersedih. Ardi mendatangi pernikahan Ria dan Revan di lihatnya Ria sangat cantik dengan gaun pengantinnya, disampingnya Revan yang sangat tampan dengan jasnya.”Betapa sangat serasinya mereka.” Kata Ardi dalam hati. “Ria,semoga kamu bahagia selamanya. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu karena aku menyayangimu. Aku rela terluka asalkan kamu bahagia, selamat menempuh hidup baru sahabatku.”
...TAMAT...
  Karya : Elfrida DR

[Continue reading...]
 
Copyright © . Cerpenazza - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger