Tampilkan postingan dengan label cerpen seru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen seru. Tampilkan semua postingan

Selasa, 31 Desember 2013

Blogcerpen - batal jadi cinta pertamaku

Namaku sabrina umurku baru 15 tahun, kami tinggal dengan keluargaku di gang cendana bersama ibu dan bapa. Kami baru saja pindahan sekitar 1 bulan yang lalu ketempat ter sebut. Aku mempunyai 2 kaka laki-laki yang sudah menikah, jadi hanya aku yang masih tinggal bersama ibu dan bapakku, aku sangat manja terutama dengan ibuku Jika ada masalah apapun itu aku selalu berbagi cerita dengannya. Pekerjaan ayahku pedagang kaki lima jual nasi goreng setiap malam aku selalu bantu beliau. Hingga pada suatu hari aku mengagumi seorang cowo penjual kue di seberang tokoku, awalnya aku hanya mengaguminya dia sangat ramah dan tampan Lama kelamaan rasa kagum itu jadi rasa cinta. Hingga aku memberanikan diriku untuk mendekatinya. Hari pertama : aku mencoba membeli kue ke tokonya, sesampai toko aku gugup rasanya ingin kembali dan ga jadi beli, pas waktu itu bertemu dengan tanteku, dia menanyakan padaku " mau kemana kamu rina " aku jawab " itu te mau beli kue tapi takut sendirian" "kenapa harus takut emang di dalam situ ada apaan rin " " ngga ada apa-apa, bisa temenin aku ngga te ke toko situ aku mau beli kue" " owh iya dengan senang hati tante membantu" ucap tanteku lalu kami masuk ketoko tersebut aku terus bersembunyi di belakang tanteku karena merasa gugup dan malu. " kenapa sih kamu rin " tanya tanteku sesekali "ngga ada apa-apa aku bilang" karna tingkah ku tadi cowo itu memandangku.. Aku malah tambah jadi gugup sampai salah tingkah "cepat kamu mau beli apa " tegur tanteku. Ya aku ambil sembarang aja kuenya kan tujuan aku kesitu bukan beli kue tapi ketemu dia. Pas kasih uangnya tante suruh aku yang kasih tapi aku malu malah jadi dorong-dorongan...rasanya sangat memalukan. cowo itu hanya tersenyum melihat tingkahku. Terus malamnya jadi ngga bisa tidur sesekali merasa malu karna kejadian tadi, sesekali aku berhayal memilikinya Hari kedua : Siang itu cuaca panas aku sempatkan melihat dia waktu beli es serut, ampun perasaan ini makin parah aku malah ingin bertemu dengannya terus menerus saja, aku ingin kenalan tapi kalau langsung sapa dia rasanya aneh dan itu pasti jadi tambah memalukan, aku berpikir bagaimana kalau aku cari fbnya. ? Aku berusaha mencarinya kebetulan aku berteman dengan adik sepupunya jadi aku bisa bertanya. Nama adik sepupunya adalah manda. "manda itu yang jual kue itu kaka mu ya" aku bertanya pada manda seolah-olah cuman basa basi, lalu manda jawab "iya dia kaka aku tapi kaka sepupu, ada apa rin" tanya baliknya "ngga ada apa-apa , owh ya dia itu punya fb atau twiterr kya kita ngga " ucapku dengan rasa ingin tau Manda langsung tersenyum kepadaku "ada apa ya, jangan-jangan kamu suka dengan kaka sepupuku ya" ejek manda, ya aku merasa malu tapi gmana lagi yang dikatakan manda itu benar. "tenang aku dukung kamu ko rin " ucap manda aku tersenyum dan merasa lega karna ada org terdekatnya yang akan membantuku, Lalu manda memberi tahukan nama dan fb cowo tersebut namanya adalah johan , malam harinya aku coba invite fb cowo tersebut dan mencoba kirim pesan pertama ku, Yang isinya " hay salam kenal maaf kalau ganggu aku sabrina aku cew yang kmaren bersama tante aku " trus aku send. Setelah itu aku menunggu sampai keesokannya juga tidak ada balasannya. Aku sempat berpikir munkin aku bukan tipenya, aku berbicara dalam hati Rasanya memalukan saja aku naksir dengannya secara dia cowo tampan bagiku, mana munkin dia suka dengan gadis jelek sepertiku, Aku terlihat murung pada waktu itu, sampai ibuku bertanya "ada apa rin " ya aku diam aku masih belum siap ceritakan kepada ibuku. Hingga waktu malam selesai sholat magrib aku cek fb aku, dan ternyata ada balasan dari sidia, aku senang dan langsung cek pesannya, Isipesan : " hi juga sabrina, siapa ya maaf aku lupa " ternyata dia lupa dengan kejadian yang cukup memalukan bagiku lalu aku balas pesannya Dengan : "aku cewe yang bantu bapak aku jualan nasi goreng di depan toko mu" ku balas sepontan seperti itu, Ternyata setelah itu dia cukup lama membalasnya. Lalu ku putuskan untuk bertanya pada manda untuk meminta no telponnya..dan ternyata manda langsung kasih nonya johan, Hmm sepertinya manda kasih no nya tanpa komfrimasi kaka sepupunya , setelah itu aku langsung coba sms lagi Isi smsnya Aku : " hy johan ini aku sabrina yang di fb kemaren, maaf aku minta no kamu tanpa izin" Johan : " owh iya ngga apa-apa ada apa ya " Aku jadi bingung mau balas apa ya.....masa langsung so perhatian gitu sama dia lalu aku balas Aku : "ngga ada apa-apa maaf kalau aku ganggu " Johan : " iya ngga apa-apa, owh ya aku tau nama kamu sabrina kan biasa di panggil rin, tadi manda yang cerita" Baca sms itu aku terkejut, apa manda ceritakan semunya aku tanyakan lagi pada johan Aku :" manda cerita apa ya " Johan : " ya dia bilang kamu pengenkenalan gitu, benar ya " Serontak aku teriak dikamarku " aaaaahhh, , " rasanya malu banget, jadi gelisah mau balas apa jadinya. "Apa aku jujur aja ya..." gumamku dalam hati Aku : " iya kalau boleh " Johan : " iya kita boleh aja ko temenan" Ya sih wajar aja dia sms kaya gitu, tapi masa cuman temenan tapi aku ingin lebih dari sekedar teman, sabar rin isarat hatiku. Besoknya aku berencana ingin beli kue lagi, aku meminta uang jajan pada ibuku untuk membeli kue itu dan langsung berangkat ketoko tersebut. Pas sesampainya di toko Ternyata ada seorang cewe yang menjaga toko tersebut, siapa ya ku tanya dalam hati lalu aku mendekat ternyata cewe itu sedang hamil sekitar 5 bln lebih karna perutnya sudah sangat besar , lalu aku bertanya pada cewe itu "maaf anda yang jaga toko ini ya " lalu dia berpaling dan tersenyum "iya kebetulan suami aku lagi pergi sebentar, munkin ada yang bisa aku bantu " aku dengar itu ya kecewa terkaget-kagetnya. Aku pikir dia masih single atau paling engga dia udah punya pacar, ini udah punya istri. lalu aku jawab pertanyan cewe itu seperti orang plinplan

" iya aduh.. aku lupa mau beli apa tadi. , bentar aku pulang dulu ya " alasan singkatku, lalu akuergi tinggalkan toko itu Setahu aku johan ngga perna dengar akan menikah atau apa. "Aku harus tanya manda " Sesampai dirumah aku telpon manda. ? Pas diangkat aku langsung to do point aja nanya nya, munkin karna rasa kecewa tadi, Aku : "manda apa benar johan udah punya istri.. ? ko kamu ngga kasih tau sih " Manda : " iya rin, nanti aku jelaskan, sekarang ngga bisa lagi banyak orang" Aku : " terus kapan kamu kerumah ku " Manda : " sore ini aku kerumah mu munkin jam15:30" Aku : "aku tunggu ya " Manda : " iya" kami mengakhiri percakapan kami cukup singkat, Aku sangat penasaran hal apa yang akan manda sampaikan. Sesambil aku merasa kecewa, cowo yang ku taksir ternyata mendadak udah punya istri Sekitar jam 15:00 lewat manda datang, ibuku berteriak memanggilku, "rin, ini temanmu datang" Aku kelur dan benar itu manda, manda menceritakan tentang apa yang tejadi dengan johan, ternyata itu bekas mantan kekasih jarak jauhnya , pas hamil cewe itu minta pertanggung jawaban johan tapi johan tinggalkan pergi katanya akan beritahukan pada ibunya ternyata tidak, johan malah tak menemui gadis itu lagi, sekarang johan sudah ngga bisa mngelak lagi dia terpaksa harus kawin dengan cewe itu kmaren malam, " maaf rin aku ngga sempat kasih tau. Aku pun sama terkejutnya denganmu." ucap manda

" iya ngga papa ko," ucapku sambil tersenyum sebenarnya sih kecewa tapi mau gimana lagi. Sisi positifnya aku bersukur cinta pertamaku bukan cowo seperti itu.. Yang tak bertanggung jawab Munkin jika aku berpacaran dengannya nasibku bisa seperti cewe itu. Munkin lebih parah. Hayal ku dalam hati.:-)

Selesai Trimakasih bagi yang telah mau mebacanya......

Karya : guzty zeromaki

[Continue reading...]

blogcerpen - MY FLOWER

Awal yang melukiskan kegembiraan dan keceriaan dalam raut wajah mahasiswa dan mahasiswi fakultas kedokteran yang tengah bersantai dan bersendau gurau di koridor rumah sakit. Keceriaa mereka mengubah rasa ketegangan selama mereka menjalani praktek di rumah sakit. Mereka tengah bersantai ria di jam istirahat ini. Selain itu, ada salah satu mahasiswi yang masih menjalani tugasnya di jam istirahat, dia adalah Diangga. 
Dia tengah membantu dokter menangani seorang pasien yang amat sangat sulit untuk diajak kompromi, nama pasien itu Rehan. “ ayolah Rehan, ini kemotrapi terakhir kamu, jadi tolonglah patuhlah untuk kali ini.” Bujuk dokter. “ aku bilang aku tidak mau, kalian selalu memaksaku, kalian selalu bilang ini kemotrapi terakhirku, tapi nyatanya apa? Aku sehat aku tidak perlu kemo lagi.” Ujar Rehan dengan emosinya yang meninggi. Diangga yang berdiri dekat pintu ruangan mendekati diri Rehan yang duduk diranjangnya, Diangga memukul kepala Rehan dengan tiba-tiba,” emank lho superman, atau punya 9 nyawa sekaligus, lho selalu menyepelekan sebuah nyawa!” ujar kesal Diangga
“ emank lho siapa berani berkata seperti itu, lho masih mahasiswa disini jangan sok jadi dokter.” Ujar ketus Rehan. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Rehan semakin membuat kesal dan emosi perasaan Diangga. “ ok, kalau begitu, terserah apa maumu. Dokter , kamu tangani sendiri pasien satu ini.” Ujar Diangga membalas ucapan ketus Rehan. Diangga pun saat itu melangkah keluar dari ruangan tersebut dengan perasaan kesal dan sebal.
“ dasar emanknya dia siapa , beraninya ngomong kayak gitu ke gue, sorry ya gue udah gak mau lagi ngurusin lho, emank gue babu lo apa.” Gumam diri Diangga.
Tanpa memperhatikan jalan, Diangga tak sengaja menabrak seorang cowok muda berpakaian sama seperti Diangga. “ maaf ya…, aku nggak liat jalan.” Ujar Diangga meminta maaf. “ lain kali lihat jalan ya, jangan ngelamun aja!” ujar cowok muda itu dengan lembut dan halus. “ sekali lagi maafkan aku,maaf banget!”
Dengan senyuman manis yang keluar dari raut wajah cowok itu dan sambil mengusik rambut Diangga membuat Diangga salah tingkah saat itu, “ kamu ini lucu sekali sih…, duluan ya.” Ujar perpisahan dari cowok tampan itu. Wajah yang awalnya terlihat kesal , kini berubah menjadi wajah yang senang dan bahagia, dalam diri Diangga bertanya-tanya siapa cowok tampan tadi. Dipikiran Diangga muncul perasaan bahwa cowok itu adalah pandangan pertama yang sekilas terjatuh dalam hatinya. Senyum dan kata-kata lembutnya membuat perasaan Diangga sangat ingin tahu siapa cowok tampan itu.” Hey Diangga, ngelamun aja….” Suara seorang wanita seusia Diangga yaitu Safa menggugah lamunannya. Diangga merasa terkejut dengan suara Safa , “lho, ngagetin saja, untung gue gak jantungan, kalo iya bisa mati tau….” Ujar Diangga. Safa hanya bisa tersenyum dengan sahut dari Diangga, “ emanknya lagi nglamunin apa sih? Kok serius banget..” Tanya safa. “ lho tau gak, siapa pemuda itu?” Tanya Diangga sambil menunjuk kearah cowok tersebut. “ yang mana?” sahut Safa sambil mencari arah telunjuk Diangga mengarah. “ itu…, yang lagi jalan dengan seragam sama dengan kita.” Jelas singkat Diangga. “ oh dia, namanya Sammy. Dia juga dari fakultas kedokteran.” Jelas Safa . “ fakultas kedokteran ? tapi aku jarang lihat dia.” Gumam hati Diangga.
Safa mengajak Diangga yang waktu itu jam praktek mereka telah usai untuk beristirahat di kantin rumah sakit. Seua teman-teman juga sudah berkumpul bersama untuk bersantai dan mengobrol.

Beberapa hari ini Diangga selalu menghabiskan waktunya untuk menangani soal Rehan. Dari pagi sampai malam Diangga berada di rumah sakit untuk menghadapi keras kepala Rehan yang tetap tidak mau menjalani kemoterapinya. Rehan adalah salah satu pasien yang sedang menjalani pengobatan karena penyakit tumor otak stadium 1.
“ gue bilang gak mau ya gak mau, lo ngapain maksa2 gue.”keras kepala Rehan yang tetap tidak mau kemoterapi
“ ayolah Rehan, ini sudah 2 minggu kamu seperti ini, apa kamu tidak ingin sembuh?” bujuk perawat yang juga ikut membujuk Rehan.
“ biarin, akku mati juga gak papa, itu malah memperingan pekerjaan kalian.” Sahut Rehan dengan rasa keras kepalanya.

Dengan rasa jengkel dan emosi yang mulai memuncak, Diangga mendekati diri Rehan , “lo bener- bener ya, lo emank gak bisa di sabarin, emank lo piker dokter itu seorang pembunuh biarin lo mati tanpa pengobatan. Mereka itu sudah baik hati memberi penngobatan agar lho sembuh, emank lo gak pingin sembuh apa, lo gak pingin berkumpul lagi dengan keluarga lo?”
“lo tau apa tentang keluarga gue, kalau bicara dijaga jangan asal jeplak.” Sulu emosi Rehan
“lo itu yang asal jeplak, lo tau betapa berharganya nyawa itu, kita hanya bisa hidup sekali, termasuk lo. Lo bukan dewa yang bisa hidup berabad-abad tahun.” Ujar emosi Diangga yang makin memuncak.
“ gue mau jadi dewa kek, gue mau jadi apa itu urusan gue, hidup-hidup gue, kenapa lo yang repot,urus aja urusan lo sendiri, jangan ngurusi urusan orang lain.” Sahut Rehan dengan santainya

Diangga yang tampak begitu geram dengan kata-kata yang keluar dari mulut Rehan, tiba-tiba tangan Diangga menggeram baju Rehan dengan puncak emosi diatas rata-rata,” denger y ague udah sabar nanganin lo, tapi lo gak tahu diri, lo bisa gak hargain orang ngomong? Bisa tidaaaaaakkkk!” bentak Diangga
“ Dianggaaa!lepaskan dia, aku bilang lepaskaaaannn!” teriak dokter yang tiba-tiba muncul. Diangga tetap bersih kukuh tak mau melepaskan dan menatap tajam mata Rehan ddengan penuh amarah. Dokter yang bernama dokter Miko segera melepaskan tangan Diangga dengan paksa. “ keluar kau sekarang!” ucap dokter Miko, aku bilang Keluarrrrrr!”
“ baiklah, aku akan keluar,aku tidak mau menangani dia lagi, tidak….” Ucap Diangga dengan mata berkaca-kaca.
Diangga pun pergi dari ruangan itu, disamping itu pemuda yang bernama Sammy sempat berdiri disamping ruangan menyaksikan kejadian tersebut.
Diangga berlari cukup cepat sampai dia berhenti di taman Rumah sakit. Disana ia duduk dan menangis sekencang mungkin berteriak untuk memuaskan amarahnya. Terlihat amarahnya dan emosinya tidak terkendali saat berada di ruangan yang menurutnya adalah neraka. “ percuma lo marah, toh itu akan membuatnya senang.” Suara yang tiba-tiba muncul, ternyata itu suara Sammy. Diangga sangat terkejut, ia segera menghapus air matanya, “ lo…?”

Sammy duduk di sebelah Diangga, “ kadang emosi akan membuat kita keehilangan kesadaran, tapi tergantung bagaimana kita mengendalikan emosi .”ujar Sammy.
“ gue akui itu salah, tapi semua itu ada alasannya.” Bela diri Diangga
“aku tahu alasanmu, mungkin lo kasihan terhadap dia, di usia yang masih muda dia sudah menyerah begitu saja. Kasian banget hidupnya. “ ucap Sammy sambil tersenyum.
“kasian..? gue gak kasian sama dia, gue hanya gak suka tingkahnya aja, blagu banget.” Sahut Diangga dengan gaya salting.
“ tapi lucu juga pertengkaran antara dokter dan pasiennya, bagaimana ya reaksinya kalau gue masukkan ke youtobe, seru tuh.” Ujar jail Sammy untuk mengalihkan suasana sambil tertawa terbahak-bahak.
“ he….lucu ya? Terus aja seperti itu!” sahut Diangga dengan ketus.
“ bdw, lo tunjukin aja apa yang lo bisa untuk nakhlukin dia.” Ucap Sammy yang sekejab berhenti tertawa.
“ maksud lo?” merasa bingung dengan ucapan Sammy
“ lo tau maksud gue…!” sahut Sammy sambil tersenyum manis.
Mereka berdua pun saling berbincang-bincang untuk tanda perkenalan dan bercanda ria, bersendau gurau bersama yang membuat diri Diangga tertawa terpingkal-pingkal. Saat itu emosi Diangga yang awalnya memuncak kini terobati dengan lelucon Sammy yang sangat menghiburnya.
……

Untuk kesekian kalinya, malam sebelum pulang Diangga datang ke ruangan Rehan. Malam itu ternyata Rehan belum tidur, ia malah sedang asyik menonton tv. Diangga dengan tingkah yang sopan meminta maaf untuk tindakannya yang keterlaluan kepada Rehan. Rehan tak menggubris Diangga, dia kelihatan sangat asyik dengan acara tv. Tanpa sepengetahuan Rehan tiba-tiba Diangga mengambil remote control dan segera mematikan tv.
“ hey, lo apa-apan sih….” Sahut Rehan
“ lo sih asyik banget leat tvnya.” Ujar Diangga dengan rasa sebalnya.
“ kembaliin gak remotenya...” ucap Rehan yang juga tampak kesal dengan kelakuan Diangga. Rehan bangkit dari tempatnya dan memaksa mengambil remote dari tangan Diangga, tapi Diangga tak mau melepaskannya, sampai akhirnya mereka berdua saling kejar-kejaran di ruangan itu.
“ apa sih mau lo? Kenapa lo selalu nggnggu hidup gue mulu.” Ujar Rehan yang sudah merasa sangat geram.
“ mau gue, lo dengerin dulu ucapan gue..” sahut Diangga
“emank apa yang ingin lo katakan?” Tanya Rehan dengan santainya sambil duduk kembali ke tempatnya semula.
“ gue kesini mau minta maaf sama lo soal yang tadi pagi.” Kata Diangga dengan penuh penyesalan.
“ akhirnya lo sadar juga, mana ada calon dokter yang bersikapa sangat arogan terhadap pasiennya.” Ujar Rehan sambil menyindir diri Diangga.
“ tenang….tenang…’’(ujar hati Diangga) “apalah kata lo gue gak peduli, yang penting gue udah minta maaf jadi gue gak punya salah sama lo.” Selesai berkata panjang Diangga berniat untuk segera pergi dari ruang itu, tapi muncul suara yang sangat mengagetkannya keluar dari mulut Rehan, “ gue juga minta maaf.” Diangga memandang serius raut wajah Rehan, ia sangat terkejut dengan ucapan itu.” Apa gue gak salah denger…. Lo bisa juga ngucapin kata maaf.” Ujar Diangga dengan rasa tak percaya.
“ heh, lo jangan bangga dulu kita itu sama-sama salah, jadi sepantasanya juga saling meminta maaf.” Sahut Rehan menjelaskan ucapannya.
“ hmmm….ya udahlah jadi kita impas.” Tanpa berpamitan dulu Diangga segera meninggalkan ruangan itu dengan perasaan lega.
….

Usai kejadian tersebut, berhari-hari Diangga lebih sangat hati-hati dalam berkata jika berada di ruangan Rehan apalagi sekarang bukan hanya Diangga yang menangani Rehan tapi Diangga ditemani Sammy pemuda pujaan hatinya. Yah, tapi berlega hatilah Diangga tidak lebih sering berada di rumah sakit, karena ia harus bolak-balik kampus dan rumah sakit untuk menyelesaikan sksnya sebagai mahasiswa kedokteran. Selain itu, Rehan yang kini merasa kesal dengan Diangga yang jarang berada di rumah sakit, ia merasa tidak ada yang mengajaknya bertengkar dan membuatnya terhibur selain Diangga. Baginya suasana tampak sangat tenang dan damai.
“ suster, dimana dokter gadungan itu, kayaknya jarang banget denger dia marah-marah?” Tanya Rehan untuk mengorek informasi.
“ dia itu masih mahasiswa, jadi gak selalu ada disini, mungkin kalau dia disini pasti dia ada tugas praktikum. Kenapa? kamu kangen dengannya?” sahut lembut sang perawat.
“ gaklah, siapa juga yang kangen dengannya, nanti kalau dia denger pasti gede kepala tuh.” Sahut Rehan yang segera membetulkan ucapannya.

Perawat itu hanya tersenyum melihat ekspresi Rehan yang tampak malu-malu untuk mengakui.” Nah selesai. “ ujar perawat yang selesai memberikan suntikan obat di dalam infuse Rehan.” Itu apa sus?”
“ itu untuk mengatasi jika pasien yang sulit untuk menjalani kemoterapi sepertimu.” Sahut Diangga yang tiba-tiba muncul.

Perawat dan Rehan pun terkejut dengan datangnya Diangga yang secara tiba-tiba. Usai tugasnya selesai perawat itu permisi keluar dan meninggalkan Diangga dan Rehan berdua.
“lo bisa nggak, datang salam dulu gak ada sopan santunnya banget.”
“ yah, kalo buat lo ngapain gue harus sopan sama lo, idih gak gue banget.” Ujar Diangga.
“ kemana aja lo jarang banget gue denger teriakan lo.” Ucap balas Rehan.
“ yah secara gue inikan super duper sibuk banget jadi corry ya untuk orang yang lagi galau atas gak adanya gue.”sindir Diangga dengan tawa kecilnya.
“ idih males banget siapa juga yang galau karena lo, corry ya lo bukan level gue.” Sahut Rehat yang kelihatan salting.
“ ups, siapa yang bilang kalo itu lo? GR banget.” Sahut Diangga membalas.

Waktu itu salah tingkah dan wajah memerah tampak dalam wajah dan tingkah Rehan terhadap ucapan Diangga. Rehan yang tidak mau Diangga melihat kondisinya, ia mengusir Diangga dengan paksa keluar dari ruangannya. Diangga tertawa terpingkal-pingkal dengan salah tingkah Rehan.
“ hei Rehan, kenapa lo? Gue pingin lihat wajah lo yang merah tuh.” Ucap Diangga sambil tak kuasa menahan tawannya.

Dilain sisi tampak Sammy sedang memperhatikan Diangga, ia mencoba mendekati Diangga, “ lo kanapa? Tertawa sendiri di ruangan orang.” Seru Sammy. “ lo pasti ketawa banget Sam, baru kali ini gue ngelihat wajah Rehan tampak merah, lucu banget.” Jelas Diangga yang masih belum bisa mengendalikan tawannya.
“ benarkah? Wah ceritanya nih kalian udah akur?” jail Sammy.
“ yah nggak tahulah…” sahut Diangga
“ lo mau pulang?” Tanya Sammy
“ ya kenapa ?”
“ gue anterin lo mau?”

Diangga terkejut dengan tawaran Sammy terhadapnya, tak pernah sekalipun cowok didunia ini yang mau mengantar Diangga pulang.
“ boleh,,,,” ucap Diangga dengan gagapnya
Tiba-tiba Sammy menggandeng tangan Diangga dan menariknya berjalan menuju tempat parkir.

Malam yang bertaburan bintang-bintang yang bersinar dan bulan yang tampak bulat berseri menambah suasana indah malam untuk Sammy dan Diangga. Dengan mengendarai motor , tampak Diangga dan Sammy seperti pasangan yang baru saja menjalin hubungan sepasang kekasih, sangat cocok. Jujur hal itulah yang selalu diinginkan Diangga didalam hatinya. Tak lama mereka sudah sampai didepan rumah Diangga.
“ thanks ya Sam” ujar Diangga sambil turun dari motor Sammy.
“ its ok, jadi ini rumah lo.bagus juga.”
“ bukan, ini rumah ortu gue, gue belum punya rumah.”
“ ahhh, ya llo bener.” Ujar Sammy dengan senyuman la khas nya.
Saat itu pertemuan yang singkat antar Sammy dan Diangga, Sammy berpamitan pulang dan Diangga segera masuk karena hari sudah mulai larut.
…..

Pagi yang sudah menjelang siang, Diangga memutuskan untuk mampir sebentar ke rumah sakit. Kali ini ia bukan untuk menemui Rehan, tapi terlihat ia masuk di suatu ruangan. Disana ada dokter yang tengah menunggunya, dokter itu adalah dokter Miko.
“ kamu sudah datang. Duduklah!”ujar sang Dokter
“ ada apa? Kenapa ayah ingin bertemu denganku disini?”Tanya Diangga.
“ ayah ingin melihat perkembangan keadaan putrikku.” Ucap dokter Miko.
“ aku baik-baik saja ayah, aku masih rutin minum obat dan jalani kemo sesuai jadwal.” Sahut Diangga.
“ ayah mohon, segeralah operasi! Ayah tidak tahu apa yang terjadi padamu nanti.”
“ tunggu aku lulus menjadi dokter baru aku mau.”
“ Diangga…..”
“ ayah, percaya padaku aku bisa bertahan. Aku pergi dulu.” Sahut Diangga dengan tenang.

Diangga pun keluar dari ruangan itu, tampak raut wajahnya menjadi murung dan tak berekspresif. Ia terus berjalan tanpa menfokuskan jalannya. Saat itu Rehan yang juga sedang berjalan-jalan di sekitar rumah sakit tampak senang melihat diri Diangga, tapi Diangga terlihat tak focus jadi ia tak tahu ada Rehan, ia langsung saja jalan tanpa menyapa Rehan.
“ Diangga…..” panggil Rehan, tapi Diangga tetap saja tak membalas panggilannya. Rrehan sekejap menarik tangan Diangga untuk menghentikan jalan Diangga
“ kalau jalan harus focus, lo mikirin apa sih?” kata Rehan
“ lo…, nagapain lo?”Diangga yang tampak terkejut dengan Rehan.
“ gue tadi manggil lo, tapi lo malah nylonos aja, apa sih yang lo pikirin?” sahut Rehan yang memberi peerhatian terhadap Diangga.
“ please gue lagi gak ingin bertengkar.” Ujar Diangga dengan keadaan yang masih murung dan lemas.

Mendengar jawaban diangga yang sangat ketus, Rehan menarik tangan Diangga dan memakasa Diangga untuk ikut dengannya. Rehan tetap saja tak mau melepaskan Diangga meskipun Diangga berusaha keras untuk melepaskan tangannya dari Rehan. Sampai di suatu tempat yang sangat aneh tapi menawan, Rehan baru saja melepaskan tangan Diangga.
“ apa- apain sih lo, lo nggak berhak narik-narik tangan gue, dan juga tempat apa ini?”
“ udah ikut aja.” Sahut Rehan. Rehan melanjutkan langkahnya yang lurus kedepan . Diangga yang tak tahu maksud dari Rehan, ia hanya mengikuti langkah Rehan. Rehan meghentikan langkahnya, dan Diangga melihat sekitar tempat aneh itu penuh dengan bunga- bunga mekar indah. Terlihat ekspresi Diangga menunjukkan kekaguman.
“ ini bunga- bunga yang mekar hanya setiap bulan desember, karena perubahan cuaca ia jadi mekar setiap bulannya.” Jela Rehan.
“ darimana lo tau tempat sebagus ini?” Tanya Diangga.
“ ini tempat setiap harinya gue merenung, dan kalau sedang sedih gue biasa datang kesini.” Jelas Rehan.
“ lo sedih?jadi lo bisa sedih juga.” Sindir Diangga.
“jujur gue sangat kesepian, makanya gue terus bikin lo emosi, maaf ya.” Sahut Reno dengan penyesalan.
“ lo suka sama gue?” Tanya Diangga sambil memanndang wajah Rehan.
“ gue nggak tahu ini rasa suka atau apa, tapi perasaan gue lo adalah bunga bagi gue, bunga yang mekar yang selalu membuat gue bangkit dari apa yang gue alami. Lo penyemangat gue Diangga.”
Jelas Rehan sepenuhnya tulus mengungkapkan.
“ gue nggak tahu harus ngomong apa, gue bingung.”

Diangga mendesah pelan, hendak bergerak meninggalkan Rehan. Tiba –tiba suasana menjadi hening, ketika Rehan menyatakan perasaannya. Diangga merasa terkejut dengan ungkapan Rehan, karena kata-kata itu ingin ia dengar bukan dari mulut Rehan tapi Sammy pemuda yang ia sukai.
“ Diangga…., gue akan tunggu lo sampai l siap!”
Diangga tak menggubris ucapan Rehan, ia tetap saja berjalan meninggalkan Rehan disana.

Usai keluar dari tempat itu, Diangga berjalan dengan perasaan bingung dan resah. Dalam jalannya, ia selalu kepikiran tentang ucapan Rehan kepadanya.
“ kenapa harus dia, kenapa bukan Sammy?” Diangga bertanya-tanya dalam dirinya dengan sangat kesalnya.

Sekejab mata, Diangga melihat Sammy bersama Safa yang tengah asyik mengobrol bersama, terlihat Diangga merasa cemburu dan kesal. Diangga menghampiri mereka.
“ kalian?”
“ ya, lo tahu baru tadi pagi Sammy nembak gue, menurut gue kita cocok jadi gue terima,” jelas Safa ddengna gembiranya.
“ selamat untuk kalian.” Ucap Diangga yang perasaannya menjadi remuk dan hancur mendengar ungkapan Safa tentang dirinnya dan Sammy yang telah menjadi pasangan.

Diangga yang tak kuat, ia berlari sambil meneteskan air mata kesedihannya. Hatinya langsung saja terpuruk dan tak terbendung lagi kesedihannya. “ jahat, jahattttttttttttt…….., gue benci lo Sammy, gue benci lo.”
“ kenapa lo benci gue?” ujar Sammy yang tiba-tiba datang.
“karena gue suka sama lo, puas! Selama ini lo anggep gue apa,barang yang bisa lo permainin.” Ucap emosi Diangga
“ jujur gue juga suka sama lo, tapi nggak tahu kenapa gue nggak bisa ngungkapin itu ke lo, gue bingung. Jadi gue pacaran sama Safa untuk nglupain lo.” Jelas Sammy dengna rasa penyesalan.
“ sorry, lo lupain gue ya.” Sahut Sammy sambil memeluk Diangga dengan erat. Dan peristiwa itu disaksikan langsung oleh Rehan.
…..

Keesokan harinya, Diangga mampir sebentar ke tempat Rehan mengajaknya kemarin, ia merenungi perasaannya sejenak. Tak lama, Diangga kembali untuk menemui Rehan di ruangannya. Tampak disana sedang sibuk mempersiapkan sesuatu. Hari itu adalah hari operasi Rehan untuk mengangkat tumornya. Untung saja Rehan masih berada di ruangannya, Diangga segera menemui Rehan.
“ Rehan, gue bisa bicara sebentar?” kata Diangga
“ apa?” sahut Rehan dengan ketusnya.
“ kenapa lo suka gue?”
“ karena lo bunga bagi gue, bunga mekar yang kadang bikin jiwa gue nyaman ada disamping lo, tapi sekarang bunga yang gue idamkan memilih kupu-kupu, bukanlah lebah yang sangat membutuhkannya.”
“ memang bunga memilih kupu-kupu, tapi sang kupu- kupu menyerah karena disana ada lebah, ya meskipun lebah menyengat dan merugikan orang lain, tapi bagi bunga dia sangat menguntungkan. Bunga bukan hanya butuh kupu-kupu tapi dia juga butuh lebah untuk penyerbukannya.”
“ jadi menurutmu lebah lebih baik untuk bunga.”

Diangga mengganguk dan tersenyum kepada Rehan, Rehanpun tersenyum juga serta ia turun dari tempatnya dan segera memeluk Diangga dengan erat.
“ CINTA MEMANG TAK HARUS MEMILKI, LEBIH BAIK DICINTAI DARIPADA MENCINTAI, MENCINTAI LEBIH MENYAKITKAN DARI PADA DICINTAI”

Karya : Nadia hayu P.
[Continue reading...]

blogcerpen - AJALKU DATANG SAAT AKU BAHAGIA

Intan kirna nama sang gadis yang pintar dan cantik, dia dari keluarga yang kurang, namun dari kekurangannya itu dia sangat tidak terlihat karna kelebihan yang dia milikilah. Banyak guru yang suka dan kagum padanya selain dia mengharumkan namanya sendiri, dia juga mengharumkan nama sekolahanya, selain para guru yang suka padanya, para siswa dikelas bahkan disekolahnya pun tergila-gila pada Intan. Disekolah Intan hanya memiliki satu orang sahabat saja, bukan karna dia dimusuhi oleh para siswi melainkan dia hanya merasa nyaman hanya dengan satu sahabatnya itu. Devi, nama sahabat yang sejak kelas satu mereka bersama.

Waktunya masuk kelas, karna bel telah berbunyi. Saat jam pelajaran berlangsung bu rini bertanya pada intan, akan tetapi yang menjawab bukan intan, melainkan para siswa yang suka dengan intan, mereka berbondong-bondong mencari muka dengan intan, supaya intan jatuh hati pada mereka, namun karna intan siswi yang pendiam, dia hanya tertunduk malu sambil senyum kecil. “ nengok ke’sekaliii aja ke’ gw, intan ? “ teriak salah satu siswa dari belakang, namun intan hanya menunduk saja tidak memperdulikan ocehan orang lain. “ sudah… sudah kalian ini pada genit, sudah perhatikan kembali buku kalian !” ucap bu rini menenangkan kelas. “genit banget sie lo jadi cowok ? lagian apa bagusnya coba sie intan ? “ celoteh Dera karna tidak suka dengan Intan. “ lah… ngapa ? lo iri kan sebenarnya ama si, intan ? ngaku lo ?” serbu para siswa. “ sudah… sudah malah dilanjutkan lagi ? ayo kita belajar lagi “ angkat bicara bu rini dengan nada sedikit emosi
Waktu istirahat pun tiba
Saat Intan dan Devi ingin keluar kelas, di depan pintu kelas mereka dihadang dengan geng yang gak suka terhadap Intan dan Devi, mereka pun habis dipukuli oleh geng itu dan ketua geng itiu adalah Dera, tidak ada yang berani untuk melaporkan kepada guru, karna jika ada yang melaporkan maka geng itu akan memberikan hukuman yang sangat parah, geng itu sangat berkuasa satu sekolah, karna selain mereka kelas 3, mereka juga dari anak yang terlahir dari keluarga yang kaya, mereka terkenal kejam, mereka akan melakukan segalanya untuk bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, Intan pun banyak darah yang keluar dari bibir kecilnya itu, karna penganiayaan yang dilakukan geng itu.

Jam istirahat pun selesai
Saat jam istirahat selesai, Intan dan Devi masih belum masuk kedalam kelas, karna harus membersihkan darah yang keluar dari bibirya itu, saat selesai membersihkanya mereka berdua pun kembali kedalam kelas, dan saat mereka masuk kedalam kelas ternyata ada siswa baru, dia sedang memperkenalkan diri.
“ tunggu angga, maaf ibu potong yah ?”.
” oiyah bu, gpp” jawab angga
“ kalian berdua kenapa baru masuk kekelas ? dari mana kalian ? intan, kenapa sama bibir kamu ? Devi, kamu juga kok pada berantakan gini ?” Tanya bu hikmah yang terkenal crewet itu
1 jawaban belum dijawab bu hikmah langsung memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi . “ tadi kita habis jatuh bu, makanya kita jadi berantakan terus berdarah dech, maaf yah bu kita telat masuk kelasnya ibu “ jelas Devi ke bu hikmah, bu hikmah pun menganggukan kepalanya dan mempersilahkan mereka berdua duduk.
Pelajaran pun kembali dilanjutkan dan anak baru itu pun dipersilahkan duduk. Rangga memiliki wajah yang tampan, kulit yang putih, rambut yang hitam dan berdiri tegak, banyak siswi yang tertarik padanya.

3 Bulan kemudian
Waktu terus berjalan dan pertemanan antar Intan dan Angga pun terjalin dengan baik, bahkan Angga sudah memiliki rasa kepada Intan, namun dia hanya diam tidak berani untuk mengutarakannya, lagi pula Angga merasa takut jika Intan tau perasaannya maka dia akan menjauhi Angga.

6 bulan kemudia
Waktu Akhir Semester pun kini hampir tiba. Rangga sudah menceritakan semua perasaannya kepada sahabatnya Intan, yaitu Devi. Devi pun masih merahasiakannya dari Intan, dan rencananya mereka akan memberitahu intan setelah liburan nanti.

Waktu terus berjalan, waktu liburan pun kini tiba, walau belum dikasih tau tentang kabar kelulusan mereka, tapi mereka yakin kalau mereka itu akan lulus, suatu hari ditengah liburan berlangsung Devi mengajak Intan untuk berlibur disuatu villa, hingga akhirnya Intan pun setuju untuk semua rencana yang sudah Devi rencanakan, namun Devi tidak bilang kalau Angga juga ikut dengan mereka berdua.
Sesampainya divilla, Intan terkejut, karna seseorang yang membukaan pintu ternyata Angga, “ angga, kamu kok disini ?” ucap Intan karna terkejut,
“ oh iya, aku lupa kasih tau kamu intan, kalau villa yang kita datangi sekarang itu milik keluarga angga”, jawab Devi menjelaskan
“ hy, dev? Hay intan ?” sapa angga
“ oh gitu yah ? hy juga angga ?” jawab intan

Hingga dimalam yang dingin nan indah karna banyak bintang dilangit membuat suasana terlihat romantic, intan tidak tau menau tentang apa yang mereka berdua rencanakan, dalam lamunan, intan, sangat khusuk, sampai-sampai dia tidak sadar dengan kehadiran angga.
“ intan !” panggil angga ke intan yang masih khusuk menikmati bintang-bintang
“ eh kamu angga ? udah lama disini ?”intan pun bertanya kembali
“ aku tau, aku hanya seorang siswa baru, aku tau aku hanya orang baru diikehidupan kamu, intan jujur, setelah aku mengenal kamu sejauh ini, aku tuh sudah memiliki rasa sayang bahkan mungkin rasa cinta, dulu aku anggap kamu Cuma sebagai sahabat aku, tapi sekarang semua berbeda, aku sudah pendam rasa ini cukup lama, aku gak berani untuk mencurahkan isi hati ku. Intan… aku cinta sama kamu, mau kah kamu menjadi pacar ku ?”

Intan terkaget mendengar ucapan-ucapan angga, dia hanya terdiam, hingga akhirnya Devi pun datang untuk membantu angga.” Iya tan, angga tuh sebenarnya udah lama suka sama kamu, dia dari dulu udah bilang ama aku,Cuma ama dia disuruh rahasian dulu, intan, udah kamu terima aja ?” penjelasan Devi. Intan pun angkat bicara. “ iya, sebenarnya aku juga udah tau dari dulu, aku mendengar semuanya tanpa disengaja, Cuma aku pura-pura gak tau. Aku juga sayang sama kamu angga. Aku mau jadi pacar kamu !”
Itulah jawaban yang sangat diinginkan Angga, hingga akhirnya jawaban itulah yang keluar dari mulut yang sekarang sudah menjadi pacarnya itu.

Mereka bertiga lulus dengan nilai yang sangat baik, pesta pun diadakan disekolah mereka semua party untuk yang terakhir kalinya, dan tema yang diangkat dari party ini romeo and Juliet, dan akan diadakan lomba dalam party itu, siapa yang biasa dansa bersama pasangannya secara romantic dan banyak disukai dengan kawannya, maka itulah pemenanangnya

Angga dan Intan pun menerima ajakan Deva mantan musuhnya, mereka pun berdansa bersama. Lomba pun selesai dan pemenangnya adalah Angga dan Intan, mereka dinobatkan sebagai romeo and Juliet sampai tahun depan.

Sepulangnya dari party, Angga mengajak Intan kembali kerumah, dengan rasa yang sangat bahagia mereka selalu tertawa bersama, mereka berdua pulang dengan berjalan kaki, di jalan mereka bercanda dan tertawa dengan sangat lepas, namun ditengah candaan dan tawaan yang mereka lakukan, ternyata ada perasaan yang sangat mengganjilkan hati angga, namun entah apa yang angga rasakan, angga pun langsung memeluk Intan dari belakang. “ sayang, kamu tau ga kalau sekarang aku bahagia banget, aku harap hingga anak cucu kita tau kalau kita saling mencintai satu sama lain dan saling setia satu sama lain, kita harus menceritakan sedetail-detailnya kepada mereka kelak yah ?”. intan pun meng-iya-kan semua perkataan kekasihnya itu. “ sayang kamu kok nangis ?” ucap intan bertanya kepada angga. “ aku gak nangis kok sayang ! ini memang air mata, tapi air mata yang keluar dari mata itu bukan berarti air mata kesedihankan ?. ini air mata kebahagiaan, aku sayang banget sama kamu, kamu jangan pergi yah ?”.
Belum sempat intan menjawab pertanyaan angga, entah mobil apa yang berjalan seperti orang yang sedang mabuk mendekat kearah mereka berdua, duuuuar…. Suara tabrakan yang sangat keras pun terjadi.

Mereka pun terpental kedalam jurang, tidak ada yang tau kecelakaan ini, karna mobil yang menabrak mereka berdua kabur meninggalkannya, pagi pun tiba, pagi yang cerah dan sejuk ini adalah kesukaan intan, intan sangat suka dengan udara pagi, namun berbeda dengan pagi ini. Angga tersadar dari pingsannya, masih dalam keadaan yang cukup parah angga tidak memperdulikannya, angga langsung mencari keberadaan kekasihnya itu, mereka tidak begitu jauh terpisah. Angga pun bangkit dan dia pun langsung membangunkan kekasihnyanya. Angga mengecek denyut nadinya. Sudah tidak ada bunyi. “ tidak… intan sayang bangun, kamu udah janji sama aku kalau kamu gak akan ninggalin aku. Sayang bangun ?” tidak ada jawab dari intan. Ternyata intan memang sudah tiada. Angga pun mengangkat jenazah kekasihnya itu. dengan penuh nangisan.
 
Singkat cerita
Kini Angga sudah bukan menjadi angga yang dulu, yang selalu ceria atau pun bercanda, angga kini menjadi sangat pendiam, bahkan dia pergi villa kenangan itu, tidak ada yang tau keberadaannya, namun Devi sudah mengira/ sudah tau dimana dia berada. Seminggu kemudian Devi dan Sandra ( pacar Devi) pergi bersama ke villa itu untuk melihat keadaannya Angga.
Mereka berdua pun terkejut melihat keadaan didalam kamar Angga, karna
Angga mati bunuh diri, dia pun memberikan sepucuk surat untuk orang yang ditinggalkannya, dengan penuh tangisan yang sangat teramat Devi membacakan surat itu, Angga mati karna dia sangat merasa bersalah dengan apa yang terjadi dikehidupan ini, dia tidak terima kalau Intan hanya mati seorang diri, maka dari itu angga ingin menemani intan dikesendiriannya. Cinta mereka pun abadi.

Karya : shovi syarbini
[Continue reading...]

Blogcerpen - KADO TITIPAN TUHAN

Pagi seperti biasanya, Putri langkahkan kaki menelusuri lorong lorong koridor sekolah menapaki jejak menuju kelas. Saat itu hanya ada beberapa siswa yang hilir mudik berjalan santai menuju kelas masing masing. Terik matahari yang mulai meninggi. Namun, pagi itu tampak sepi. Langkah Putri yang perlahan berjalan santai agak lambat seakan akan tak berpijak lagi pada sang bumi. Tibalah Putri dikelas hanya seorang diri lalu segera duduk dikursinya yang berada di pojok belakang. Matanya agak terlihat sembab, sipit seperti anak cina. Tanpa kata hanya diam dalam berjuta bahasa. Namun matanya yang berbicara dengan apa yang telah terjadi, matanya sekali lagi menerawang waktu itu, sebelum terjadi sesuatu yang membuatnya jadi seperti ini, seperti kehilangan arah untuk hidup, seakan bila awan mendung yang berada di langit yang memuntahkan air matanya tak lagi menghadirkan cahaya cerahnya mentari, bahkan di saat air mata langit mulai mereda menetespun tak akan bisa ditemui lagi pelangi, serta waktu pun mungkin tak terasa berjalan lagi, dan satu hal yang ingin Putri inginkan hanyalah ingin pergi bersamanya... menyusulnya.... “ huft “ hela nafas Putri. 
Masih jelas memori ingatan seperti apa masa masa indah bersamanya, semua tampak begitu indah, keceriaan yang menghiasi kebersamaan mereka, dan apabila ada duka yang menghampiri tetap akan hadir keceriaan lagi. Putra, satu nama yang telah beberapa tahun belakangan ini mengisi hari hari yang Putri lalui. Tapi seketika ibarat pelangi tertutup kabut awan kelabu tanpa pernah lagi warna warna itu muncul, semenjak bermula satu minggu lalu dimana hari itu telah terjadi sesuatu pada Putra kekasihnya, Putra mengalami sebuah kecelakaan tertabrak bus yang sedang melintasi jalan yang mengakibatkan seketika itu juga menghembuskan nafas terakhir, pergi berada kealam yang berbeda. Putra telah pergi untuk selamanya tanpa pernah ada kesempatan untuk kembali.
 
Tanpa Putri sadari, dua sosok cowok sedari tadi telah memperhatikan Putri, salah satu dari mereka menghampiri Putri sementara yang satunya masih tetap berdiri memantau dari kejauhan.
“ hai ! “ sapa cowok misterius menghampiri Putri.

Tersentak dari lamunan, Putri menatap asal suara dan tanpa di sadari, satu sosok cowok telah berada duduk disampingnya.
“ kamu siapa ? “ mulai berbicara , Tanya Putri yang agak terkejut akan kehadiran cowok itu.
Sambil tersenyum cowok itupun menjawab. “ aku Ricky, kamu tentu sangat mengenalku Putri. “

Tersentak dari satu sosok yang berada di sebelahnya itu, Putri berusaha mengingat “ siapa dia ? mengapa bisa mengenal ku ? “ Tanya Putri pada dirinya. “ ah entahlah ! “ Putri pun membuyarkan fikirannya seakan ingatannya buntu untuk mengingat ingat apapun yang ada.
“ aku mengerti perasaan mu, kehilangan itu satu hal yang menyedihkan. “ ucapnya lembut

Putri merasa heran dengan sosok cowok tersebut. Seakan cowok itu tahu semua tentang Putri. “ Tapi siapa ? “ satu tanda Tanya yang muncul di dalam benak Putri.
“ apa yang harus kamu mengerti tentang aku ? diri ku dan keadaan ku ? “ ucap Putri agak sinis.
“ karena aku sama seperti mu Putri. Aku pun kehilangan ! “ raut wajah Ricky berubah muram, Ricky menunduk, Ricky pun mulai bercerita lagi. Sontak membuat Putri menjadi merasa bersalah atas ucapan yang baru saja Putri lontarkan.
“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put, Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “ ucap Ricky bercerita menerawang lurus kedepan.
“ kenapa kau harus meninggalkannya, jika kau tak ingin melihat kesedihannya ?. “ Tanya Putri merasa heran.
“ Put, kau tentu akan mengerti dengan sendirinya maksud dari kata yang baru saja aku lontarkan. “ nada Ricky yang misterius.

Tampak dari kejauhan satu sosok cowok yang melihat Putri dan Ricky. Ia ingin rasanya pergi mendekat menghampiri lalu memeluk Putri, ada rasa kesedihan yang memilukan melihat Putri yang seperti itu. Namun dari luar muncul dua cewek masuk kekelas yang sedang tengah berbincang bincang satu sama lain. Melihat Putri yang sedang duduk, mereka pun menghampiri.
“ Putri ! “ sapa Sesil lalu mendekat menghampiri Putri. Sontak Putri pun tersentak dan memandang mereka.
“ kamu yang sabar ya, gak terasa sudah satu minggu kamu baru masuk ke sekolah. Kami kangen sama kamu, tau...!. “ ucap Nindi agak centil mencoba menghibur Putri sambil memeluk sahabatnya itu.
“ gak ada yang kan abadi Put ! meski dia telah tiada, percayalah ! dia pasti gak akan inginkan orang yang Ia tinggalkan seperti kamu ini Put, murung gak habis habisnya ! masih ada warna lain dari cinta yaitu kita sahabat kamu. “ Ucap Sesil secara hati hati berusaha menghibur.
“ iya Sob, mungkin aku hanya belum terbiasa dengan keadaan seperti ini. “ ucap Putri menenangkan diri.

Teringat Putri akan sosok Ricky. Putri menelusuri sudut pandangnya kesegala arah. Tampak bingung raut wajahnya mencari cari satu sosok yang beberapa waktu lalu menemani Putri dan secepat kilat tanpa disadari dengan waktu yang bersamaan datangnya Sesil dan Nindi masuk kekelas menghampiri Putri. Sosok Ricky telah raib, ditelan bumi hilang entah kemana. Meninggalkan tanda Tanya yang menggantung.
“ ada apa Put ? apa yang sedang kamu cari ? “ Tanya Sesil agak heran.
“ aku mencari Ricky, Sil ! tadi sebelum kalian berada di sini, dia ada. Kalian ada gak ngeliat dia pergi ? “ Tanya Putri.
“ Ricky ? siapa dia ? kita hanya bertiga dikelas ini, gak ada yang lain. “ jawab Sesil.
“ ye…….. kamu ini Put, ngelawak ya ? gak lucu deh,,,,, masih pagi tau ! “ celoteh Nindi.

Putri tak menghiraukan ocehan Nindi, Putri malah merasa bingung, heran dan terus berusaha mencari sosok Ricky yang misterius. Datang secara tiba tiba dan pergi tanpa di duga. Putri melangkahkan kaki keluar teras kelas dari kejauhan Putri melihat Ricky dan satu sosok cowok, mereka menoleh kearah Putri dengan memandang tanpa ekspresi. Tak ada tawa maupun air mata. Tatapan yang tak bisa dijelaskan. Perlahan sosok mereka pergi semakin menjauh menghilang di lorong lorong kelas.
“ hei ! “ sapa Nindi mengejutkan.
“ oh ya, kenapa ? “ Putri terkejut.
“ masuk yuk, ada sesuatu yang pengen aku sampein nih... “ menarik Putri yang di teras luar menuju kedalam kelas.
“ Put. “ dengan hati hati kini Nindi berkata. “ dua hari yang lalu, teman yang di bonceng oleh Putra meninggal setelah koma beberapa hari di rumah sakit akibat kecelakaan itu. “
“ apa ? “

Putri tak mengetahui tentang hal itu, yang Ia tahu hanyalah kekasihnya. Putri shock pada berita meninggalnya kekasihnya. Semenjak saat itu tak ada lagi yang Putri tahu, Putri hanya mengurung dirinya di kamar tanpa mengetahui lagi tentang dunia luar. Baru seminggu setelah kejadiaan itu Putri pun berhenti menyendiri dan hingga tiba saat ini baru Putri melangkahkan kaki kesekolah.
“ temannya itu sama seperti kamu Put, Ia punya kekasih. Dan seperti sama yang kamu rasa. “ sambung Nindi bercerita lagi.
“ aku gak tau tentang temannya itu Nindi, siapa namanya ? “ tanya Putri masih dalam berduka
“ seingat aku kiki gitu deh namanya… aku juga kurang tahu banyak sih, tapi ets….. tunggu bentar ! “ Nindi mengeluarkan hanphone dari saku bajunya lalu mengotak atik dan memperlihatkan sebuah foto dan menunjuk salah satu dari mereka yang ada didalam foto itu. “ ini dia “ telunjuk tangan Nindi menunjuk satu sosok yang ada didalam foto tersebut.
Oo..o…,, Putri sontak lagi lagi terkejut, hari yang aneh penuh dengan kejadian yang membingungkan dengan misteri teka teki penuh tanda Tanya. Foto yang di tunjuk oleh Nindi tak lain ialah Ricky yang baru beberapa waktu lalu hadir disini menemui Putri. Sosok yang misterius meninggalkan tanda Tanya di kepala Putri kini sudah terjawab siapa dia. Putri hanya menahan air mata yang seakan memang telah habis terkuras kering tak berair. Terang saja, hal ini yang membuat matanya sembab. Keadaan hening walau secara normal suasana saat itu telah riuh. Tanpa di sadari bel pun telah berbunyi menandakan jam pelajaran pertma akan segera di mulai.
*****

“ aku juga seperti mu Put, aku juga turut merasakan apa yang Ia rasakan, kehilangan..... ! aku tak bisa mengelak kenyataan. takdir memang terkadang tak seirama dengan apa yang kita inginkan. Aku tak bermaksud meninggalkannya. Andai dia tahu, aku tak sanggup melihat Ia menangis. Ingin aku memeluknya, menenangkannya, menghapus kesedihannya dan satu hal yang aku ingin lakukan. Aku ingin membuat Ia tersenyum. Tapi, hal itu tak bisa tuk aku lakukan untuknya. Sikapnya seperti kamu saat ini Put. Membuat aku tidak tenang meninggalkannya pergi jauh ! “
Ucapan Ricky yang pagi tadi masih terngiang di telinga Putri. Entah mengapa, seakan kata kata itu menyiratkan punya pesan tersendiri untuk Putri. Putri melihat bintang dari jendela kamarnya menyendiri terus memandangi langit. “ engkau pasti berada di antara bintang itu, Putra. “ ucap Putri. Tatapan yang merasakan kesepian. Rasa kehilangan itu sampai detik ini pun masih terasa. Baru saja Putri bersama sama tertawa namun karena waktu, kini Putra pun telah tiada.
Malam pun semakin larut. Jam dinding telah menunjukkan pukul dua dini hari. Namun rasa kantuk belum juga menyerang mata Putri. Putri masih menatap langit dengan tatapan hampa terpaku menerawang dimensi lalu saat saat indah bersama Putra sang kekasihnya. Hingga Putri pun mulai lelah, beranjak menutup jendula. Putri pun merebahkan badannya di kasur dan mulai berkelana kealam bawah sadarnya.

Saat itu di mimpinya, Putri tengah berada di taman yang indah, tampak sebuah telaga dan ada sebuah kursi kecil di tepi telaga, tampak satu sosok cowok yang tak asing lagi bagi Putri. Putri sangat mengenalnya. Ya, itu adalah Putra kekasihnya. Putri pun berlari menghampiri Putra yang menyambut kedatangan Putri dengan sunyuman. “Sayang.... aku merindukan mu, aku kesepian tanpa kehadiran mu.” Sapa manja Putri sambil memeluk Putra.
“ sayang, aku juga merindukan mu.” Membalas pelukan Putri.
“ sayang, aku tak ingin melihat kau larut dalam kesedihan, maukah kau berjanji satu hal untuk aku ? Tanya Putra.
“ apa itu ? “
“ aku ingin kau selalu tersenyum meski tanpa ada aku menemani mu di samping mu sayang ? berjanjilah pada ku jika kau memang mencintai ku. “ ucap lembut Putra.
“ aku tak bisa Putra, aku tak bisa !. “ air mata Putri perlahan mulai menetes.
“ kamu pasti bisa ! mengertilah tentang hidup. Sadari keadaan ! apa yang ada di dalam hidup ini hanyalah sebuah titipan, tanpa kita sadari, Tuhan bisa saja mengambilnya. “ kata Putra lembut menjelaskan.
“ apa ini memang harus aku lakukan Putra ? “
“ iya sayang, tersenyumlah. Aku akan tenang berada diatas sana. Percayalah, aku selalu mengingatmu. Aku akan merasa sedih jika kau selalu menangis karena kepergian ku. Aku ingin kamu bisa jadi sosok yang tegar meski tanpa aku. Memang aku tak inginkan adanya perpisahan di antara kita. Namun, waktulah yang telah memanggil ku sayang…”

Dengan berat hati “ Putra, aku akan mencoba ! .” ucap Putri sambil berusaha menampakkan senyumannya.
“ aku ingin hati mu rela agar aku bisa tenang sayang. “ kata Putra.

Dari telaga itu, berlabuh sebuah kapal besar entah berasal dari mana. Tampak di atas kapal terlihat Ricky yang melambaikan tangan kearah Putri dan Putra.
“ sayang aku akan pergi, waktu ku telah menjemput ! ingat pesan ku.”
“ aku ingin ikut bersamamu Putra. Jangan tinggalkan aku,..” rengek Putri.
“ jangan sekarang sayang, percaya yakinkan aku di sana akan selalu menunggu mu.” Putra kecup kening Putri sebelum beranjak melangkah kan kaki kekapal.
“ sayang, biarkan aku tenang diatas sana tanpa kau usik dengan kesedihan mu karena aku. “ ucap Putra terakhir kalinya.
Kapalpun perlahan menjauh membawa Putra dan Ricky pergi, ada rasa enggan di hati namun Putra tak bisa berbuat apa apa terhadap keadaan. Ada tampak kesedihan diraut wajah putra. Sementara itu Putri dari pinggir telaga terus menerus memanggil manggil Putra “ jangan tinggalkan aku Putra…… jangan ……….! “ terus saja berteriak hingga Putri pun tersadar terbangun dari mimpinya itu. Tampak sepucuk surat telah tergeletak berada di sampingnya. Surat yang entah dari mana, Putri pun membuka untuk segera membacanya.
*****

Putri,,,,,
Terus tampakan selalu senyum mu untuk ku………
Ku tak kan ingin air mata mu menetes memancarkan kesedihan karena diri ku…..
Aku memang bukan jodoh mu di dunia ini,
yakinkanlah ada sesuatuu yang lebih indah dari aku di depan sana menunggu untuk mu……..
Aku mungkin bisa pergi meninggalkan mu……
Tapi tidak cinta ku….
Cinta ini akan tetap ada menanti mu di alam sana…..

Forever
Putra
****

Beberapa hari kemudian, Putri tak menampakkan raut wajah yang kusut seperti kaset kusut, murung tak menentu. Karena satu janji untuk mengenang cintanya. Tak ingin menampakan kesedihan itu lagi untuk Putra. Biarkan cerita ini mengendap dalam sebuah memori ingatan yang takkan terlupa menjadi sejarah kenangan indah bahwa dalam hidup Putri pernah ada Putra. “Senyum ini selalu ku persembahkan untuk mu… abdi ku yang terakhir atas cinta kita. Aku ingin kau tenang berada di alam sana.”ucap dalam hatinya tulus. Sambil menatap langit dan tersenyum Putri pun berkata lagi“ Putra, kau kado terindah yang pernah di titipkan Tuhan untuk ku” dari kejauhan di atas sana Putra membalas senyuman Putri.

Tamat

Karya Fhitri Mila Sary
[Continue reading...]

Senin, 30 Desember 2013

blogcerpen - AKU RELA TERLUKA ASALKAN DIA BAHAGIA

Ardi adalah sahabat baik Ria. Tapi sesungguhnya Ardi sangat mencintai Ria. Ardi ingin mengungkapkan perasaan itu tapi dia selalu mengurungkan niatnya,dia tidak ingin merusak persahabatanya dengan Ria hanya karena masalah ini.

Ardi selalu bangun pagi-pagi, lalu dia selalu menelefon Ria untuk membangunkannya. Ini di lakukan Ardi setiap pagi. Dan Ria mengangkatnya dengan masih menahan kantuk. Ria adalah cewek manis,tinggi dan suka banget shopping.Dia juga cewek yang baik, temen-temennya suka banget berteman sama Ria.
“Hallo...” Sapa Ria di seberang dengan masih menahan kantuk.
“Hoee..ayo bangun udah pagi ni.” Teriak Ardi di telefon.
“Wah biasa aja donk teriaknya, kuping gue budek nich.” Jawab Ria kaget.
“Makannya cepetan bangun sana terus mandi..udah siang nich!” Tambah Ardi
“Iya,iya...bawel banget sih..” Jawab Ria.
Walaupun Ria masih mengantuk akhirnya dia bangun juga.Ria langsung menuju kamar mandi, setelah dia mandi dan sudah berpakaian dia turun dari kamarnya menuju dapur, dia kelaparan.
“Bik nggak ada makanan?” Tanya Ria kepada pembantu kesayangannya Bik Minah.
“Ada non,non tunggu aja di meja makan, sebentar lagi siap non.” Jawab Bik Minah.

Setelah menunggu beberapa saat,akhirnya makanan Ria datang juga.
“Ini non makanannya,makan yang banyak ya? Biar gemuk? Hehe.” Canda Bik Minah.
“Bibik bisa aja,nanti kalau aku gemuk,jadi nggak cantik lagi donk hehehe.” Jawab Ria dengan tersenyum.
Selesai makan Ria menuju kamarnya,dia bingung mau ngapain hari libur gini. Ria memutar musik supaya pikirannya tidak jenuh,tapi dia masih aja jenuh. Lalu dia kepikiran buat ngajak teman-temannya untuk pergi ke mall,buat sekedar makan,supaya dia nggak jenuh. Ria langsung mengambil Hpnya yang ada di atas meja dan langsung menelepon Ardi,Syifa, Clara dan Aji.

Setengah jam kemudian Ria sampai di Mall naik mobilnya yang baru di belikan ayahnya. Teman-temannya sudah sampai duluan dan menunggu Ria. Ria bergegas masuk ke dalam Mall, Ria clingukan mencari temanya, karena sibuk mencari teman-temannya,Ria tidak melihat kalau di depannya ada seorang cowok yang membawa minuman. Bruckkkk..........................
“Aduh mbak maaf, saya tidak melihat ada mbak di situ..maaf ya mbak? Kata cowok itu dengan rasa bersalah.
“Hemzz...nggak apa-apa maz,saya yang salah karena sibuk mencari teman saya,sampai saya nggak tau kalau ada mas di depan saya, maaf mas.”Jawab Ria sambil sibuk membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman yang di bawa cowok tadi.
“Bukan mbak yang salah tapi saya,Saya benar-benar minta maaf mbak, sini mbak saya bersihkan.” Kata cowok itu lagi.
“Enggak mas terima kasih,nggak apa-apa saya yang salah.” Kali ini Ria menatap cowok yang di tabraknya.Dan... Degg.....“Gila ganteng banget ni cowok makan apaan sih kok bisa ganteng gini?” pikir Ria dalam hati. “Hemzz saya ganti ya mas minumannya?” Tambah Ria.
“Hemzz...nggak apa mbak saya bisa beli lagi nanti, ya udah mbak saya duluan. Sekali lagi maaf.”Kata cowok itu,dan berlalu. Tinggal Ria yang masih melongo melihat cowok itu.. setelah sadar dari lamunannya Ria bergabung dengan teman-temannya.
“Kemana aja sih Ya lama banget? Terus kenapa baju loe basah gitu?” Tanya Ardi dengan cemas,dan di tambah dengan teman-temannya.
“Sorry teman-teman tadi aku lagi da masalah dikit, tadi aku sibuk cari kalian ech aku nabrak cowok minumannya tumpah ke bajuku.” Jawab Ria.
“Ya syukur dech loe nggak apa-apa.” Tambah Clara.
“Hemzz tau nggak? Cowok yang aku tabrak tadi ganteng banget. Gila ganteng banget.” Kata Ria histeris.
“Memangnya siapa? kamu dah kenalan?” Tanya Ardi,dengan menahan rasa cemburu.
“Belum sih nggak sempat,ya semoga aja aku bisa ketemu lagi sama dia.”Jawab Ria.
***

Bel tanda usai pelajaran berbunyi. Ria masih sibuk membereskan buku-bukunya,sedangkan Ardi,Clara,Syifa dan Aji menunggu Ria di depan pintu.
“Cepetan donk Ya,katanya mau beli novel terbaru,keburu habis di sikat pembeli ni.” Teriak Syifa.
“Iya...bawel banget sih.” Jawab Ria dengan berteriak juga.

Selesai membereskan buku-bukunya,Ria langsung di tarik Ardi untuk buru-buru ketoko buku. Sesampainya di toko buku, Ria and friend langsung memasuki toko buku itu dan langsung menuju rak dimana buku yang mereka cari di pajangkan. Syifa,Clara dan Ria sibuk mencari novel-novel yang mereka suka,sedangkan Aji dan Ardi sibuk mencari komik.Ria menemukan novel yang ia suka dan ingin membelinya. Karena tidak menyadari kalau ada cowok di belakangnya yang juga ingin membelikan novel untuk sang adik. Saat Ria berbalik ingin menuju kasir untuk membayar novel yang di sukainya tiba-tiba......brakkk....Ria dan cowok itu bertabrakan lagi. Dan anehnya Ria malah seneng nabrak cowok itu, karena cowok yang di tabraknya sekarang adalah cowok yang di tabraknya waktu di malll,cowok yang membuat Ria nggak bisa tidur semalaman, dan cowok yang membuat Ria penasaran. Spontan temen-temen Ria menoleh semua,termasuk Ardi yang mulai merasakan hal yang tidak nyaman di hatinya.
“Aduh maaf-maaf.....” Kata Ria dengan membantu cowok itu mengambil bukunya yang jatuh karena di tabrak Ria.
“Ia nggak apa-apa kok. Santai aja.” Jawab cowok itu.
“Wah..kamu?? kita bertemu lagi.maaf ya udah nabrak kamu sampai dua kali?” Kata Ria.
“Och..iya kita bertemu lagi. Hemzz..gak apa-apa kok mungkin aku juga yang salah tadi. Ngomong-ngomong sama sapa kamu kesini?” Kata cowok itu.
“Sama teman-teman. Tu mereka lagi nglihatin kita. Oh iya nama kamu siapa kita belum sempat kenalan kan? Kenalin aku Ria.” Kata Ria memulai perkenalannya.
“Aku Revan. Oh iya sorry ya aku harus buru-buru soalnya di tungguin adhik aku di rumah, boleh minta no Hp kamu? Nanti aku hubungi kamu.” Jawab cowok itu.
Spontan Ria langsung shock sekaligus seneng cowok yang membuat dia nggak bisa tidur semalaman minta no Hpnya. Tanpa basa-basi lagi Ria langsung memberi tahunya. Cowok itu yang ternyata bernama Revan berterima kasih dan pergi sebelum pergi dia sudah berjanji akan menghubungi Ria nanti malam.
Di sisi lain Ardi merasa sangat cemburu melihat Ria dan Revan,tapi Ardi berusaha menyembunyikan perasaannya ini walau sebenarnya ingin sekali dia bertanya pada Ria,siapa cowok itu dan apa hubungannya dengan Ria. Ardi ingin bertanya sekarang,tapi dia rasa belum waktu yang tepat,karena suasana hatinya sekarang sedang kalut. Dia tidak ingin amarahnya meledak nanti di depan Ria. Ardi tidak mau itu terjadi. Dia tidak ingin menyakiti Ria.

Ardi,Syifa,Clara dan Aji pulang nebeng mobil Ria karena mereka tadi datang naik taksi mobil mereka di pakek nyokap-nyokap mereka semua. Di sepanjang perjalanan pulang Ardi sedikit beda,dia lebih banyak diam daripada bergurau dengan teman-temannya. Ria dan teman-temannya binggung melihat perubahan sikap Ardi yang tiba-tiba.
“Ar loe kenapa sih kok jadi pendiam gitu,aneh deh?” Tanya Syifa.
“Iya loe kenapa sih?Apa loe tadi lihat Ria kenalan ama cowok tadi loe jadi murung gini? Hahaha.” Ejek Aji.
“Jangan-jangan loe cemburu lihat Ria tadi?” Tambah Clara.
“Apa-apaan sih kalian, ya nggak lah Ria kan sahabat aku,aku seneng dia deket ama cowok.Kenapa harus cemburu?” Kata Ardi bohong.
“Iya bener kata Ardi,nggak mungkin lah Ardi cemburu.” Tambah Ria. Sedangkan Aji,Syifa dan Clara tersenyum dan saling berpandangan.
Malam harinya, di kamar,Ria menunggu telvon dari Revan. Setelah beberapa saat menunggu,akhirnya Revan telvon juga. Mereka berbasa-basi sesaat, dan mereka akirnya memutuskan untuk ketemuan keesokan harinya. Dan televon pun putus.
Hari ini Ria dan Revan bertemu di cafe ceria, mereka ngobrol dengan santai,dan beberapa saat saja mereka berdua sudah sangat akrab dan makin dekat.

Malam ini Ardi datang kerumah Ria Ardi nekat ingin mengungkapkan perasaanya kepada Ria,walaupun dia harus mengorbankan persahabatanya. Tok,tok.....terdengar pintu di ketok dan Ria langsung membukanya.
“Ardi....tumben kesini? Wah bawa apa nie? Masuk..!!” Kata Ria.
“Bawa makanan buat kamu pasti laper kan? Lagi bete di rumah jadi kesini aja” Jawab Ardi
“Hemzz donat coklat..enak nich kayaknya..aku makan ya?” Kata Ria senang mendapatkan donat coklat kesukaannya.
“Silahkan..!! Ya aku mau ngomong.. sesuatu.” Ardi memulai berbicara.
“Ngomong aja” Jawab Ria sambil mengunyah donatnya.
“Sebenernyaa........sebenernya aku......
“sebenernya apa Di?”
“Sebenernya aku....aku sa...sa...” Belum sempat Ardi ngomong HP Ria berbunyi dan itu dari Revan. Ardi hanya bisa pasrah..dan karena Ardi udah nggak tahan lagi mendengar Ria dan Revan telvon-telvonnan akhirnya Ardi pamit pulang.
***

Berkali-kali Ria dan Revan jalan bareng, dan suatu hari Revan menyatakan perasaannya kepada Ria di sebuah taman yang sudah di persiapkan Revan sejak awal.
“Ria...aku boleh ngomong sesuatu?” Kata Revan serius.
“Ya boleh lah,ngomong apa?” Jawab Ria serius juga.
“Sbenarnya aku...........aku......aku sayang kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Kata Revan.
“Apa.....? Kamu sayang aku? Beneran?” Jawab Ria dengan tidak percaya tapi di dalam hati dia seneng juga karena sebenarnya inilah yang di tunggu-tunggu Ria.
“Iya aku sayang sama kamu aku cinta kamu. Kamu mau kan jadi pacarku Ria,aku mohon.” Kata Revan dengan berlutut di depan Ria.
Tanpa basa-basi lagi Ria langsung mengangguk. Dan Revan langsung memeluk Ria.

Dirumah Ria langsung menelevon Ardi dan sobat-sobatnya. Dan yang pertama di televonya adalah Ardi.
“Hallo.” Sapa Ardi di seberang.
“Haloo Ardi sahabatku tersayang. Lagi ngapain nich?” Tanya Ria dengan sangat senang.
“Wah tumben kenapa nich? Kayaknya lagi seneng banget, habis dapat undian ya?” Tanya Ardi.
“Hahahaha....hemzzzz Ardi loe harus tau kenapa gue seneng banget hari ini. Langsung aja ya? Hemzz....Gue jadian sama Revan, gila gue seneng banget.” Kata Ria riang.

Degggg.........spontan jantung Ardi berdetak kenyang,dia shock mendengar perkataan Ria tadi. “Ria jadian sama Revan?” Nggak mungkin. Pikir Ardi.
“Hallo Ardi,loe masih di situ kan?” Tanya Ria yang mulai aneh karena Ardi diam saja.
“Ia Ya aku masih di sini kok. Hm selamat ya Ya moga langgeng aja. Aku ikut seneng.”Kata Ardi
“Makasih Ardi kamu emang sahabat aku yang paling baik. Bye Ardi sampai ketemu besok di sekolah ya?” Ria langsung menutup telvon. Tinggal Ardi yang shock mendengar Ria dan Revan jadian.
Ardi termenung dikamarnya di depan jendela dia bersedih karena cintanya kepada Ria bertepuk sebelah tangan. “Ria kenapa kamu nggak lihat aku di sini? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat mencintaimu kenapa kamu pilih Revan? Apa kurangnya aku Ya?” omel Ardi sendiri. Tak terasa air mata Ardi menetes, air mata kesedihan Ardi.

Setahun sudah berlalu Ria dan Ardi sudah lulus SMA dan mereka lama tidak bertemu karena mereka kuliah di fakultas yang berbeda. Ria masih dengan Revan dan Ardi masih sangat mencintai Ria.
5 tahun kemudian Ardi mendapat undangan pernikahan, dan di dalamnya tertulis nama Andria Karine dan Revan Andika betapa kagetnya Ardi membaca nama yang terpampang di undangan itu, Ria sahabatnya yang dicintainya menikah. Ardi bingung apakah dia harus senang ataupun bersedih. Ardi mendatangi pernikahan Ria dan Revan di lihatnya Ria sangat cantik dengan gaun pengantinnya, disampingnya Revan yang sangat tampan dengan jasnya.”Betapa sangat serasinya mereka.” Kata Ardi dalam hati. “Ria,semoga kamu bahagia selamanya. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu karena aku menyayangimu. Aku rela terluka asalkan kamu bahagia, selamat menempuh hidup baru sahabatku.”
...TAMAT...
  Karya : Elfrida DR

[Continue reading...]

blog cerpen - Aku Ingin Terus Bersamamu

Dikaca, aku melihat wajahku yang siap menuju pesta dansa dengan gaun putih yang indah. Aku sangat senang ke pesta dansa. Dengan dandananku yang “WOW” itu aku pun berangkat ke pesta dansa tersebut.
Namaku Feby, aku memang suka berdansa. Aku sering mengikiti lomba dansa. Sesampainya di pesta dansa itu, aku melihat lilin lilin indah di padukan lagu beralunan lembut yang sangat menyentuh hati. Disaat acara di mulai, semuanya mulai berdansa dengan pasangan dansa nya masing masing. Tapi mala mini aku tidak mendapatkan pasangan dansa. Aku hanya bisa duduk tersenyum melihat yang lain nya berdansa dengan pasangan dansa nya masing masing. Hingga tiba tiba ada seorang laki laki yang memberikan tangan nya kepadaku mengajak dansa. Disitulah pertama kali aku mengenal Rio. Dia pria baik yang pertamakali mengisi hatiku di pandangan pertama. Sejak saat itu aku mulai berteman dengan nya. Rio sangat perhatian denganku. Perhatiannya melebihi sebuah teman.
Dua bulan aku mengenal nya, aku mulai merajut cinta dengan nya. Aku takkan pernah berpisah dengan nya. Semakin lama aku samakin sayang sama Rio. Aku senang mendapatkan perhatian nya. Gak aku sangka sudah dua tahun aku pacaran dengan nya. Dia gak berubah. Rio tetap perhatian denganku. Sampai kapanpun aku percaya Rio pasti akan selalu sayang aku.
Hari hariku semakin indah dengan ada nya Rio. Rio semakin sayang sama aku. Aku harap cinta ku dengan nya akan abadi.
Besok adalah hari ulang tahunku yang ke 16. Aku harap Rio bisa datang. Jika Rio tidak datang rasanya hari istimewaku itu akan terasa hampa. Satu hari sebelum hari ulang tahunku rumahku seperti surga dengan pernak pernik di mana mana. Tapi semua itu biasa aja jika gak ada Rio. Rio bagaikan permata di hatiku. Aku gak mau kehilangan dia.

Keesokan harinya, tepat pukul lima sore aku mulai berdandan bagaikan putrid di istana. Aku berdandan seperti ini bukan karna ini hari ulang tahunku. Tapi karna hari ini Rio akan datang di acara ulang tahunku. Tepat pukul enam sore pesta ulang tahunkupun di mulai. Tapi aku hanya terdiam di depan pagar rumahku. Aku tidak peduli sudah banyak tamu yang datang. Aku hanya menunggu Rio.
Rio tidak kunjung datang. Aku mulai galau menantinya. Aku harap Rio bisa datang di pesta ulang tahunku ini. Aku terus menunggu, menunggu dan menunggu. Dari kejauhan aku melihat setitik cahaya lampu motor. Semakin dekat aku melihat motor Rio yang semakin dekat menuju kemari. Aku sangat senang. Aku kira Rio gak akan datang. Mulai terdengar suara motor Rio semakin keras.

Di hadapanku aku melihat Rio di tabrak mobil. Rio pun terjatuh bersimbah darah. Dan sebuah kado terlempar ke arahku. Kado itu berisi sebuah kalung dan surat kecil bertuliskan………
Selamat ulang tahun ya Feb. Semoga panjang umur. Walau waktu terus berjalan aku akan tetap sayang kamu. Aku hanya bisa kasi kamu kalung ini. semoga kamu suka ya sama kalung ini. I love You.
Kenapa dihari yang istimewa ini Rio harus pergi. Kenapa Tuhan memanggil orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Aku ingin terus bersamanya. Tapi sekarang sudah tidak bisa. Rio sudah pergi meninggalkanku tuk selamanya. Aku sudah pasrah. Sekarang aku hanya bisa terdiam dan berdoa agar rio bahagia di sana. Yang pasti aku sayang kamu Rio
I LOVE YOU

Sekarang aku sendirian tanpanya. Aku kesepian, aku hampa tanpanya. Jika bisa ku putar waktu, takkan ku biarkan Rio pergi. HAri hariku selalu di warnai dengan air mata, tidak seperti dulu. Dulu aku selalu bahagia bersama Rio. Sekarang dia udah gak ada disini, disini bersamaku. Aku selalu berharap dia kembali. Jika Tuhan tak mengijinkan Rio kembali mungkin aku gak bisa hidup lebih lama di dunia ini. Semoga kamu tetap inget aku ya di sana. Aku gak pa pa sendirian di sini. Yang penting kamu bahagia di sana.

Sudah satu tahun aku jalani hidup tanpa Rio. Walau Rio udah gak ada di dunia ini, tapi Rio masih ada di hatiku. Aku yakin gak bakal ada oang yang bisa ngegantiin posisi Rio di hatiku.
Hari ini adalah hari ualng tahunku yang ke 17 dan hariini juga hari kepergian Rio. Di hari ulang tahunku ini aku gak berdandan secantik dulu. Aku tau Rio udah gak ada. Andai Rio ada disini pasti pesta ini pasti terasa indah. Karena acara ini aku gak bisa mengunjungi makam Rio. Akupun memilih kabur dari rumah meninggalkan acara ulangtahunku. Aku menuju makam Rio. Aku terus menatapi makam Rio sambil sekali kali meneteskan air mata.
Rio Andai kamu ada disini pasti aku akan senang. Aku akan tetap sayang kamu Rio. Walau kamu udah gak ada di sisiku lagi, aku bakal tetap sayang kamu kok. Dan aku harap kamu juga sayang aku di sana. Aku sayang kamu Rio.
I LOVE YOU

Disitu, diatas makam Rio aku tertidur untuk selama lamanya meninggalkan semua orang yang aku cintai. Tapi aku senang, di sana aku bisa ketemu Rio dan cinta ku akan ABADI tuk selamalamanya.
***TAMAT***

Karya : Monica Sucianto
[Continue reading...]

blogcerpen - Rindu Sahabat Lama Ku

http://cerpenazza.blogspot.com/
Iseng-iseng bongkar lemari buku, aku menemukan sebuah kotak berwarna merah dan bermotif bunga-bunga kecil di sudut kanan rak buku paling bawah. “Masih cantik nih kotak” gumamku, sambil tersenyum. Hasratku sudah tak sabar ingin melihat kembali isinya. Maka, segeralah aku berlari ke kamar sebelah, dan kemudian mengusap-usap lemari yang ada disitu. Aha, segera ku ambil kunci-kunci yang tergantung ramai di satu mainan berbentuk strawberry. Setelah kunci tersebut berpindah ke tanganku, aku pun bergegas kembali berlari ke dalam kamar tempat lemari buku tadi. Setelah membuka kotak merah tersebut, aku makin tersenyum. Saat itu kulihat diary-diary usangku masih tersusun rapi di dalamnya.
Ah, kira-kira sudah 2 tahun aku tidak membuka kotak ini. Hmm, lama juga ya. Tapi untung, isinya masih bagus. Tidak ada hama ataupun kutu-kutu bandel yang menyerangnya. Alhamdulillah.
Setelah meneliti satu persatu diary yang kini telah berserakan di depan aku duduk. Mataku pun tertuju pada satu diary berwarna biru. Aku pun terkesima, seketika pikiranku pun mulai menerawang. Seperti menelusuri ruang waktu dan kembali ke masa lalu, anganku pun mulai melayang jauh. Cusss… sepertinya barusan badanku telah berbalik dan terbang mengikuti alur pikiranku, sehingga khayalanku telah membawaku lagi ke masa itu.
Saat lembaran demi lembaran diary tersebut berhasil ku lahap sedikit demi sedikit, aku makin membawa jiwaku terbang ke masa sekolah dulu. Aku sengaja mencoba membacanya lebih pelan-pelan, demi meresapi kembali masa itu. Sedikit pun rasanya tidak rela, jika harus kelewatan momen-momen berharga tersebut. Lebay sedikit yah, tapi benar, aku ingin mengingatnya kembali, sangat ingin mengingatnya. Kemudian mencoba merasai kembali rasa apa yang pernah terjadi saat itu.
Yogi, teman dekatku waktu SMA. Rasanya dia telah menjadi penghuni untaian cerita hidup yang pernah ku tulis di diary ini. Yogi bukan pacarku. Siapapun yang berani mengatakan dia pacarku, pasti akan aku marahi. Bukan karena tidak suka, bukan karena dia orang yang jahat. Tetapi karena dia Sahabatku. Tidak pernah terlintas di fikiran ku sedikit pun untuk pacaran dengan Yogi. Karena bagiku rasa sayang tidak harus dengan pacaran. Tetapi akan jauh lebih indah jika rasa itu tetap dibalut dengan kasih persahabatan. Sebuah persahabatan jauh lebih indah dari pada pacaran. Itulah menurutku, belum tentu menurutmu. Hihi
Mencoba menerawang kembali, “seperti apa ya wajah Yogi sekarang?” perlahan rasa rindu pada sahabatku itu mulai bergelayut di hati dan pikiranku. Sudah hampir dua setengah tahun aku tidak pernah lagi tahu kabar Yogi. Setelah tamat dari SMA kita memang langsung pisah kota. Aku kuliah masih di kota yang sama dengan SMA ku, sementara Yogi sudah terbang jauh, mengikuti keinginan orangtua nya untuk kuliah di Kalimantan. Selama beberapa bulan, aku masih ada kontak dengan Yogi, setelah itu tidak pernah lagi. Sejak terakhir kali dia memberi kabar kalau di daerahnya tersebut tidak bisa menggunakan kartu yang sama. Namun besar harapanku, Yogi masih akan menghubungiku. Tetapi, nyatanya tidak. Sejak itu nomornya tidak aktif. Rumahnya juga sudah kosong, kabarnya orang tuanya telah pindah juga. Aku tidak sempat menanyakan kontak yang bisa dihubungi disana. Jadi Yogi benar-benar seperti hilang di telan waktu. Hari-hari setelah kejadian itu aku selalu berharap Yogi akan menghunbungiku, dan pernah juga aku berusaha mencarinya lewat jejaring social, tetapi hasilnya tetapi nihil. Hingga perlahan aku pun mulai melupakannya seiring perjalanan masa, aku sudah sibuk dengan dunia baruku, yaitu dengan masa-masa kuliah.
Dan kini, aku sangat ingat kembali dengan Yogi. Dulunya, ibarat kunci dengan gantungannya. Dimana-dimana dan kemana-mana aku dan Yogi selalu bersama. Mulai dari pergi ke sekolah bareng, pulang sekolah juga selalu bareng. Meskipun jarak rumah kami sedikit lebih jauh, tetapi Yogi adalah sahabat yang setia. Dia tidak pernah bosan untuk mengantarkanku tiap hari. Tidak hanya itu, sepulang sekolah, bila ada waktu kosong kita juga sering pergi main bareng, jalan-jalan bersama di akhir pekan, belajar bersama, ke toko buku bersama. Hampir setengah hari habis untuk bersama. Tentu bisa dibayangkan begitu banyak cerita indah, ataupun haru yang akan terjadi pada kita. Diary ini saja tidak cukup untuk menceritakan semua yang pernah terjadi itu. Tetapi cukup lah, setiap goresan yang ada di diary ini benar-benar cerita murni persahabatan aku dengan Yogi.
Satu hal yang membuat aku makin kangen Yogi adalah, ketika ingat waktu dia diam-diam mencuri diary ini dan setelah membaca semuanya, dia mengembalikan diary ini sambil menertawaiku. Hingga membuat malu, dan mengejarnya untuk menjitak kepala setengah botaknya. Awalnya Yogi memang tidak pernah tahu kalau aku suka menulis diary tentang aku dan dia. Apalagi waktu itu Yogi, sok-sok terharu dan menyebutkan isi diary tersebut dengan muka sok memelas, padahal dia Cuma becanda. Aku pun jadi geli melihat tingkahnya tersebut, sehingga kembali mengejarnya dan mencubitnya sambil tertawa-tawa. Ah, begitu lah Yogi.
Bagaimanapun aku merindukannya saat ini, apa dayaku. Aku hanya bisa mengulas wajah lamanya, dan ku rasa sekarang Yogi pasti sudah berubah. Tidak botak lagi. Senyum terakhirku saat menutup lembaran diary ini diiringi dengan butiran bening yang tidak bisa kutahan lagi. Aku sengaja merebahkan badanku dan mencoba menikmati rasa rindu ini, hingga aku pun terlelap dan tertidur. “Yogi, semoga suatu saat kita dipertemukan kembali” harapan terbesar, kusandarkan pada-Nya.
Karya: Vivi Azze Laa
Facebook: Vivi Azze Laa
[Continue reading...]

blogcerpen - CINTA DI TOKO BUKU

“Hah? Pindah rumah? Berarti sekolah baru dong Ma?” tanyaku kepada Mama yg sedang mengemas pakaian. “Iya, kita akan tinggal di Bandung. Dan kamu akan sekolah di sekolah yang baru.” Jawab Mama. “Yah Ma, nanti kalau di sekolah baru aku di bully gimana?” tanyaku kembali. “Ya nggak lah! Kalau kamu baik sama mereka, mereka juga akan melakukan hal yang sama.” Ujar Mama. “Terserah Mama deh” imbas ku.

Setibanya di rumah yang baru. “Ma? Di dekat sini ada toko buku nggak?” tanyaku. “Ada kok, kamu tinggal jalan kaki 100m aja, terus nyebrang.” Jawab Mama. “Kalo gitu, aku mau ke toko buku dulu Ma. Assalammualaikum” kataku. “Waalaikumsalam” jawab balik Mama.
Di toko buku, aku melihat semua buku yang ceritanya sangat menarik. Aku pun mengambil buku itu. Ketika buku itu akan ku bawa ke kasir. Seorang pria menarik buku itu. “Hey, buku itu akan ku beli.” Kata Pria. “Enak aja, yang lihat pertama kali kan aku” jawabku. “aku duluan” jawab Pria “aku! aku! aku!” jawab balikku.

Tak lama, pemilik toko datang dan berkata “Ada apa kalian ini? Jangan buat onar disini!” “Maaf, pak. Laki-laki ini menarik buku yang akan ku beli. Dia bilang aku yang akan membelinya terlebih dahulu. Sementara bukunya kan aku yang pilih duluan” jawabku pada pemilik toko. “Dia bohong Pak, aku yang memilihnya terlebih dahulu. Tapi, aku tadi pergi ke rak buku lain untuk mencari buku yang lain. Jadi buku ini tetap ku letakkan di tempat yang semula. Ketika aku kembali, buku itu telah berada ditangannya.” Jawab Pria. “Sudah, nggak usah ribut. Gimana kalo bukunya kita lelang aja? Tawaran pertama 30.000” kata pemilik toko.
“32.000” Kata pria. “35.000” jawabku. “40.000” jawab pria kembali. Dan seterusnya hingga tawaran mencapai 55.000. Tiba-tiba, dari belakang terdengar suara “75.000 pak” jawab pria lain. “Loh, kamu siapa? Kok ikut-ikutan?” tanyaku. “Ayo? 75.000? ada yang lebih tinggi. Kalo nggak ada, buku ini jadi milik anak laki-laki di belakang itu.” Kata pemilik toko. Aku dan pria disampingku tak berani menawar harga lebih tinggi lagi. Aku pun segera pergi dari toko itu.

Diluar, aku bertemu pria yang berhasil membeli buku itu. “Hey, kenalkan, namaku Ray. Siapa namamu?” kata Ray. “Namaku Thefany.” Jawabku. “Anak baru ya disini? Belum pernah liat sebelumnya.” tanya Ray “Iya” jawabku kembali. “Oh, sekolah dimana?” tanya Ray kembali. “Kata Mamaku sih, besok aku akan mulai sekolah di SMA Tunas Bangsa kelas 10” ujarku. “Haha, aku juga sekolah disitu. Oke, sampai besok ya di sekolah. Aku tunggu kamu di depan pintu gerbang. Ini buku untukmu.” Kata Ray dengan memberikan buku yang gagal ku beli dan segera meninggalkanku. “Untukku?” kataku. Namun Ray tak menjawab pertanyaanku lagi, karena ia sudah jauh. “Terim kasih” teriakku.

Saat aku sampai di sekolah. Ray benar-benar menungguku di depan gerbang sekolah. “Selamat pagi Thefany? Mari akan ku ajak kau berkeliling sekolah ini.” Kata Ray dengan penuh senyum. “Pagi Ray. Terima kasih” jawabku. Aku diajaknya berkeliling sekolah. “Sekolah ini bagus. Dimana perpustakaannya?” tanyaku. “Oh, perpustakaan, itu disana.” Kata Ray dengan jari yang menunjuk ke arah perpustakaan. Setelah selesai melihat perpustakaan. Aku menuju ke kelasku. Dan ternyata aku sekelas dengan Ray.

Bel istirahat berbunyi, aku menuju ke kantin. Dan lagi-lagi diantar Ray. “Ini kantinnya, disini kau bisa memilih banyak makanan” kata Ray. Batinku “Baru kali ini aku bertemu seorang lelaki yang baik”
“Gimana sekolahnya?” tanya Mama sedikit khawatir karena ia mengira bahwa aku tak tahan dengan sekolah yang baru ini. “Enak kok Ma.” Kataku menuju tangga. “Udah punya teman? Siapa namanya?” tanya Mama kembali “Udah punya Ma, namanya Ray. Anaknya baik banget” teriakku karena sedang naik ke atas dengan tangga. Mamaku tersenyum simpul.

Ada pesan masuk di handphone ku. “Nanti sore, aku tunggu kamu di toko buku biasanya. Jangan sampe nggak dateng ya.” Isi pesan Ray. Sebelum aku pergi ke toko buku. Aku mengerjakan PR yang diberikan oleh Pak Juki. Setelah selesai, barulah aku pergi ke toko buku. Tepatnya pukul 16.30.
Ray telah menungguku di depan toko buku. Dengan menggunakan kemeja rapi. “Bukankah kemarin kita telah pergi ke toko buku ini?” tanyaku pada Ray. “Tidak, aku tidak mengajakmu untuk ke toko buku ini. Tapi aku akan mengajakmu berkeliling menyusuri kota Bandung. Dan mengajakmu ke toko buku yang lebih lengkap dan indah untukmu. Baiklah, ayo naik motorku” jawabnya aku pun di ajaknya berkeling-keliling kota Bandung. Sampai akhirnya, kami tiba disebuah toko buku yang sangat luas. Dan membeli beberapa buku yang kuinginkan.

Karena sudah lelah dan malam, Ray mengantarkanku pulang. “Sampai besok ya Thefany.” Kata Ray. “Iya, terima kasih atas hari ini Ray.” Kataku. “Ya, aku pulang ya. Assalammualaikum” katanya dan meninggalkanku “Waalaikumsalam” jawabku dengan segera masuk menutup pintu pagar. Di dalam, “Dari mana Thefany?” tanya Papa. “Dari toko buku buku yang lebih lengkap dari toko buku yang di sebrang jalan” jawabku. “Pasti sama Ray?” tanya Mama. “Iya, Ma. Kalo bukam Ray, siapa lagi?” jawabku menuju kamar.
“Ray, pulang sekolah nanti, temenin aku ke toko buku yang kemarin yuk? Ada buku yang ingin ku beli” pintaku pada Ray. “Boleh, sekaligus ada yang ingin ku katakan padamu.” Jawab Ray. Setelah jam sekolah selesai, aku dan Ray pergi dengan motor ke toko buku.

Di toko buku. “Ray, kamu mau beli buku apa?” tanyaku. “Nggak, aku nggak mau beli buku. Aku cuma mau temenin kamu doang. Ya udah, kamu pilih-pilih aja dulu bukunya. Aku tunggu di disini ya.” Jawab Ray dan menunggu di sebuah kursi.
Selang beberapa menit. “Ray, ayo pulang. Bukunya udah dapet. Terima kasih ya, udah mau nemenin aku” kataku pada Ray. “Iya, sama-sama. Pulangnya nanti ya, sebentar lagi. Ada yang mau aku omongin sama kamu. Duduk dulu.” Kata Ray. “Oh, ya udah omongin aja.” Kataku dengan senyum. “Sebenernya, aku suka sama kamu.” Kata Ray. Aku terdiam. “Kamu mau nggak jadi pacar aku?” tawar Ray. “Tapi, bukannya kita baru kenal beberapa hari?” tanya balikku. “Bukankah cinta tak mengenal waktu? Tanya Ray kembali. Batinku “Aku nggak tega jika harus menolak Ray, dia terlalu baik padaku. Sepertinya aku juga mencintainya” “Baiklah, aku terima” kataku.

Siang itu, adalah siang yang yang paling indah bagiku. Aku dan Ray pun pulang pukul 15.00. Setibanya dirumahku. “Thefany, makasih kamu sudah mau menerima cintaku. Aku janji, aku akan bahagiakanmu. Aku akan menjagamu. Aku akan selalu mencintaimu” kata Ray. “Ya, aku pun akan melakukan hal yang sama, seperti apa yang kau katakan tadi.” Jawabku. “Aku pulang dulu. Assalamualaikum” kata Ray. “Waalaikumsalam” jawabku.
Berbulan-bulan aku menjalani hidup yang indah bersama Ray. Semua itu terasa sangat indah, dia bener-bener cinta sama aku. Semua ku yang kulakukan selalu bersamanya. Mulai dari berangkat ke sekolah, ke toko buku, semua kami lakukan bersama.

Tak terasa, aku telah lulus SMA, begitu juga Ray. Syukur, hati ini masih mencintai Ray, dan Ray pun sama. 3 tahun kami bersama, menghabiskan waktu berdua. Dan sekarang, kami memilih universitas yang sama, yaitu ITB. Dan memilih jurusan yang sama , yaitu arsitektur.
Setelah beberapa tahun kuliah, kami lulus dengan nilai yang baik. Mama dan Papaku bangga dengan nilaiku. Keluargaku dan keluarga Ray, sepakat untuk mengadakan pernikahanku dan Ray bulan depan. Kami pun menerima kesepakatan itu.

Beberapa bulan setelah menikah, Ray mengalami kecelakaan saat pulang kerja. Kecelakaan itu membuat dirinya harus dirawat di rumah sakit, karena dia mengalami masa kritis. Aku sedih dengan keadaan ini. Aku tak cukup hati untuk menerima cobaan ini.
“Thefany?” panggil Ray dengan keadaan kritis. “Ya!” jawabku. “Mungkin jika aku pergi, tak ada yang bisa mengantarmu ke toko buku lagi. Sebab itu aku merancang sebuah bangunan yang akan ku jadikan sebuah toko buku. Ini hasil rancanganku. ” kata Ray dengan memberikan secarik kertas. Aku terdiam. “Kau harus melanjutkan pembangunan ini! kau harus mengembangkan hobimu membaca dengan membangun sebuah toko buku sendiri! Maaf, jika aku tak bisa menemanimu lagi. Tapi setidaknya kau akan memiliki toko buku sendiri. Kau harus menjalankan niatku ini. Buktikan cintamu padaku!” setelah mengatakan banyak hal tersebut, Ray meninggalkanku untuk selama-lamanya. Aku berjanji, akan menjalankan permintaanmu ini!

5 tahun kemudian, usaha toko bukuku ini sukses. Pengunjung sangat ramai dan puas dengan pelayanan kami. Saat ini aku tengah membangun cabang baru di Palembang, setelah Jakarta, Yogya, dan Makassar. Ray, ini bukti cintaku padamu. Ku harap kau puas dengan kesuksesanku ini. Hingga kau dapat tersenyum lebar disana..

Karya Bunga Alfiena Darissalamah
[Continue reading...]

Minggu, 29 Desember 2013

Blog cerpen - Maafkan aku Ayah

Perlahan kuarahkan badan yang dari tadi memintaku ke tempat ini. Tempat dimana terdapat sepetak ruangan yang terhiasi foto sesosok perempuan berhijab putih. Senyumnya yang menawan terlihat begitu mempesona dibaluti wajah yang bercahaya.
“Hallo bunda” tanyaku ke arah foto itu sambil mengusap lalu mencium foto itu.
“Bunda, hari ini hari pertamaku sekolah di SMA bunda tau? Aku punya banyak teman baru, rasanya senang sekali bunda. Besok juga hari ulang tahunku hari dimana aku dilahirkan dari rahimmu 16 tahun yang lalu” lirihku pelan. Ada yang aneh saat aku melihat foto bunda rasanya aku merasakan kerinduan yang mendalam.
Tidak jauh dari foto itu terdapat sebuah kasur kecil.
“oh kamarku” sambil kuhempaskan badan ke kasur itu, panjang kasur itu kira-kira hanya sampai betis kedua kakiku bahkan lebarnya hanya cukup untuk dua orang itu pun ukuran satu orang dewasa dan seorang anak kecil seperti dulu waktu aku tidur selalu ditemani bunda tepat di kasur ini. Aku pun terlelap sampai pagi hari.
Pagi harinya di ruang makan, ayah telah menungguku untuk sarapan pagi.
“Bagaimana del sekolahmu kemarin?” Tanyanya lembut.
“Menyenangkan sekali ayah, aku juga sudah menceritakan semuanya pada bunda. Oh iya ayah, Bunda masih tidur?” tanyaku sambil melirik kamar bunda.
Aku melihat jelas ayah memalingkan muka dariku dan aku tahu ayah menangis tapi ayah tidak ingin aku mengetahuinya. Aku benar-benar kebingungan kenapa saat ku tanya mengenai bunda ayah malah menagis, mungkin ayah sedang ada masalah dengan bunda pikirku.
Ayah pun kembali melihat ke arahku, tangan ayah mulai merangkulku dia memeluku erat tapi lirihan tangisannya masih terdengar.
“Deeel, kenapa dela?” perkataannya semakin membingungkan. Entah kenapa
melihat ayah seperti itu, aku seperti mengingat sesuatu yang pernah terjadi, sesuatu yang membuat ayah dan aku sakit. tapi kejadian apa itu?
“ayo del berangkat sekolah” suara ayah pelan tangannya terasa gemetaran saat melepaskan pelukannya tadi, aku pun bergegas menuju mobil.
Sepanjang jalan aku hanya memperhatikan ayah menyetir sesekali ayah menengok ke arahku lalu dia tersenyum. Tapi senyumnya seperti sedang menyuratkan kalau ayah sedang terluka. kenapa ayaah? ada apa ini ayah? teriak batinku.
Setiba di kelas aku masih merenungkan sikap ayah tadi hampir berapa pelajaran yang tidak aku perhatikan. Waktuku hanya kupakai untuk melamun sambil memutar-mutarkan pulpenku hinggga akhirnya lamunanku buyar saat mendengar bel di jam terakhir pelajaran.
Sambil berjalan pulang aku memutuskan untuk menelpon bunda. Tapi bunda tidak mengangkatnya, aku telpon lagi dan lagi tapi jawabannya tetap sama hanya bunyi “tut tut tut” yang terdengar. bunda kenapa bunda?” gumamku.
Sesampainya di rumah, aku langsung pergi ke kamar bunda tapi bunda tidak ada. Langsung saja aku pergi ke kamarku, rasanya aku sedang dipermainkan oleh tingkah laku ayah dan bunda. “braak” kubuka pintu kamarku dan ternyata bunda ada disana, duduk di kasur itu sambil tersenyum. Aku langsung menghampiri bunda “bunda kemana saja? bunda kenapa tidak mengangkat telponku? bunda, ada apa dengan bunda dan ayah?” kataku gelisah, tapi bunda tidak menjawabnya bunda hanya duduk dan tersenyum dari tadi. Kedua tanganku sudah gatal ingin memeluk bunda perlahan tanganku kuarahkan ke arah bunda. Tiba-tiba telpon rumah berbunyi tanganku batal memeluk bunda. “biar aku yang mengangkatnya bun, bunda tunggu disini sebentar yah” lagi-lagi bunda hanya diam.
“Hallo del, ini ayah. nanti pulang dari kantor, ayah akan menjeput kamu. kamu siap-siap yah ayah mau ngajak kamu ke teman ayah” ternyata itu telpon dari ayah.
“oh iyah. Tapi ayah bunda diajak atau tidak? di kamar ada bunda” jawabku.
“del, sabar yah del kamu pasti sembuh”
“sabar apa ayah? sembuh? aku tidak sakit kok yah”
Tak terdengar lagi jawaban ayah, ayah sudah menutup telponnya. pembicaraan ayah membuatku bingung, aku memperhatikan gagang telepon sambil menghentak-hentakan kaki ke lantai “aneh, ada yang aneh”. Hentakan kakiku kuhentikan aku teringat bunda, aku langsung berlari ke kamar dan tenyata bunda sudah tidak ada, aku cari ke sekitar rumah hasilnya tetap tidak ada, “bunda pergi lagi” bisiku sedih. Perasaanku kali ini benar-benar diambang kebingungan bukan hanya bingung rasanya aku ingin sekali marah pada ayah dan bunda.
Kutunggu ayah di depan rumah, terdengar dari jauh suara klakson ayah. Ayah melambaikan tangannya ke arahku, aku pun menghampirinya. Sekitar 5 menit semenjak berangkat ayah hanya diam tangannya sibuk membulak-balik setir”. Ayah, aku tadi ketemu bunda tapi kok bunda diam saja ya yah. Ayah apa bunda marah sama ayah? ayah, bunda…” tak sempat kuteruskan, lagi-lagi ayah menangis, mobilnya dihentikan tiba-tiba. Ayah melihat ke arahku tajam seperti orang yang akan marah, tapi ayah malah menangis lagi lalu melanjutkan laju mobilnya tapi bukan lagi ke arah depan melainkan balik lagi ke arah pulang. Ayah bilang besok saja ke rumah teman ayahnya.
Malam ini pun menjadi malam yang paling kubenci rasanya alam seperti sedang menertawakan apa yang sedang kualami, aku sendiri. bunda aku rindu, bibirku tak henti-hentinya mencium foto bunda. rasanya aku sudah tidak kuat, kulihat ada seseorang yang sedang memperhatikanku di luar jendela dan oh itu bunda, segera aku keluar dan menghampiri bunda.
Seperti biasa bunda hanya diam berdiri dan tersenyum tapi kali ini bunda menggenggam tanganku, tangisku pun pecah rasanya rasa rinduku tersampaikan. kami pun tersenyum bersama.
Di balik pintu aku melihat ayah melihat ke arahku dengan pandangan aneh, kemudian ayah menangis lagi ayah pun pergi dari pintu masuk ke dalam. Aku menghela nafas “bunda ayo masuk ayah menangis lagi bunda” kataku pada bunda. Seperti biasa bunda hanya diam. “Kalau bunda tidak mau masuk rumah, bunda masuk ke kamar saja lewat jendela” bunda hanya tersenyum. “aku masuk bunda” izinku kepada bunda. Aku pun pergi ke dalam rumah, baru sampai pintu aku melirik ke arah bunda tapi bunda sudah tidak ada, aku berfikir bahwa bunda takut terhadap ayah.
Aku masuk ke kamar ayah, ayah sedang duduk di kasur tangisannya kini tidak disembunyikan dariku, aku usap dengan jariku air yang keluar dari mata ayah itu. Aku menunggu sampai air mata ayah tak menetes setetes pun. “Ayah, ayah kenapa menangis terus? di luar ada bunda. Aku ingin ayah mengajaknya masuk ke dalam yah, kasihan bunda” mohonku kepada ayah. Mata ayah kini terbelalak “Della sudah cukup! di luar tidak ada siapa-siapa hapus bunda dari bayanganmu Della” teriak ayah. Aku terluka dengan perkataan ayah, ayah sudah tidak menganggap bunda. Bagaimana bisa ayah menyuruhku melupakan bunda? sosok paling sempurna? Aku keluar dari kamar ayah tanpa mengatakan sepatah kata pun, perkataan ayah tadi membuatku jadi benci dengan ayah”. Del, maafkan ayah del, ayah hanya..”. “bruuk” aku langsung menutup pintu kamarku keras tanpa menghiraukan ayah yang sedang berbicara padaku.
Aku menangis sejadinya, aku dibuat bingung oleh ayah lalu aku dibuat sakit juga oleh ayah. Bunda datang ke arahku lalu tidur di sampingku tapi ada yang berbeda kali ini, bunda datang tanpa senyuman bunda hanya diam dan menatapku sedih sepertinya bunda tidak menyukai sikap kerasku tadi pada ayah.
Pagi pun datang, Bunda hilang saat aku membuka mataku. Aku bersiap memakai seragam lalu pergi ke ruang tamu. Di ruang tamu ayah sedang makan lalu memandangku tapi ayah tidak berkata apa-apa. “Ayah, kenapa sikap ayah jadi begitu sama bunda? dulu ayah saungat menyayangi bunda begitu pun bunda. Buktinya tadi malam bunda sedih melihat aku bersikap seperti itu terhadap ayah? Bicaraku panjang.
“Bunda? Dimana kamu bertemu bunda? Dimana? Sudah ayah bilang jangan dipikirkan lagi del!” suara ayah keras.
“Ayah ada apa dengan ayah? Aku benci ayah! Aku benci. Tega sekali seorang ayah memisahkan anak dari bundanya”. Bentakku terhadap ayah “cukup dela, sekarang kamu tidak usah sekolah dulu, kamu harus bertemu dengan teman ayah” belum sempat aku menjawabnya tanganku sudah dipegang erat oleh ayah sampai ke mobil. Kali ini ayah benar-benar sedang marah. “aku benci ayah, aku benci ayah” ucapku sepanjang perjalan. Ayah hanya diam terlihat matanya berkaca-kaca tangannya gemetaran.
Akhirnya aku sampai di teman ayah “kenalkan del, ini om Jason teman ayah” aku melihat tanda pengenalnya yang tergantung di jasnya dan ternyata dia seorang psikiater. “Tapi kenapa ayah membawaku kesini” komentar batinku. Ayah meninggalkanku sendiri lalu aku duduk di kursi nyaman ini tempat duduku berhadapan dengan tempat duduk om Jason dan di tengah ada meja persis seperti pasien yang sedang berkonsultasi dengan psikiater karena ada sedikit gangguan jiwa.
“Della, kamu baik-baik saja kan”
“seperti yang om lihat aku sangat baik om”
“Bagaimana dengan ayah dan bundamu Del?”
“mereka baik juga om”
“om kan sudah bertemu ayah jadi tau keadaan ayahmu, tapi kabar bundamu bagaimana del?”
“bunda juga baik kok om”
“memangnya kapan terakhir kamu ketemu bunda? Bagaimana bundamu sekarang?”
“dia baik om” jawabku ketus karena menanyakan bunda terus.
“apa kamu sering ngobrol sama bunda, apa kamu ketemu bunda ketika kamu sedang menghayal?”
Aku tersinggung dengan perkataan om Jason, dia kira aku bertemu bunda hanya hayalan saja. Aku keluar ruangan tanpa pamit, di jalan aku teringat pertanyaan om Jason tadi kalau aku bertemu bunda ketika aku sedang menghayal saja. Aku merasa itu sedikit benar, tapi mungkin juga itu kebetulan saja bunda datang ketika aku sedang mengahayal, pikirku.
Di luar ayah menghentikanku yang berusaha menuju mobil “Della, tunggu della! Kamu harus konsul sama om Jason agar kamu cepat sembuh dell” teriak ayah dari kejauhan. “konsul? Aku tidak gila ayah, Aku waras ayah. Mulai sekarang aku tidak ingin jadi anak ayah lagi setelah ayah menyuruhku melupakan bunda kini ayah malah menganggapku gila. Aku benci ayah” jawabku gemetaran. Air mataku turun aku berlari ke jalan. Ayah berusaha mengejarku sambil berkali-kali meminta maaf kepadaku. Tapi aku sudah tidak sudi untuk menolehnya. Tiba-tiba terlihat mobil di depanku dan “braaak” mobil itu menabrak. Pengelihatanku buyar.
“tet, tet, tet” suara alat yang tergantung di sampingku terdengar menakutkan. Perlahan aku buka mataku, sedikit sakit. Ini bukan di rumah, ini di rumah sakit. Tapi tubuhku berada di sofa bukan di kasur pasien. Kepalaku menoleh ke arah pintu lalu ke arah kasur. Dan, ayah? Ayah sedang terbujur kaku di kasur itu kepalanya penuh perban. Selang terlilit dimana-mana. Ternyata tadi itu yang tertabrak mobil adalah ayah, ayah yang menolong aku saat itu. “Ayaaah” ucapku penuh penyesalan. Aku langsung menghampirinya, tangannya terasa dingin aku memeluknya tapi matanya tetap tidak terbuka.
Di saat seperti ini bunda tidak ada, rasanya aku ingin pergi ke tempat tinggi, dan benar saja sekarang aku sudah berhasil ada di gedung tertinggi di rumah sakit itu aku memutuskan untuk loncat dari sana. Dan kali ini pkiranku digenggam setan. Selangkah, dua langkah, selangkah lagi aku mungkin sudah menjadi mayat. Tapi langkahku ketiga terhenti oleh bayang-bayang ayah yang terbujur kaku di rumah sakit. Aku mengurungkan niatku untuk melakukan hal yang paling bodoh itu. Aku tatap awan itu lalu aku diingatkan oleh kebersamaan keluarga kecil kita ayah sangat menyayangi bunda. Kami tertawa bersama saat memberi kejutan di hari ulang tahun bunda. Nostalgiaku terhenti saat ingat perkataan ayah tentang aku harus bisa melupakan bunda, lalu beralih ke bunda yang setiap bertemu hanya diam dan yang terakhir pikiranku mengarah ke om Jason yang mengatakan kalau aku pasti sedang menghayal setiap kali bertemu bunda. “Ada yang tidak beres” sangkaanku.
Saat itu juga aku memutuskan untuk ke rumah om Jason. Sesampainya di rumah om Jason aku langsung menanyakan ada apa dengan semua ini.
“kamu sudah siap mendengar kebenarannya della” tanya om Jason.
“katakan, katakan sekarang!” jawabku sedikit emosi.
“Della, sebenarnya bunda kamu sudah meninggal sehari sebelum hari pertama sekolah SMA kamu. Bunda sakit dell, hanya saja kamu tidak akan ingat karena kamu mempunyai sedikit trauma (trauma ditinggalkan orang yang disayang) dan trauma itu yang menyebabkan kamu tidak ingat bahwa bunda sudah tiada. Trauma itu akan sembuh jika kamu sudah ingat dan salah satu orang yang melarang untuk memberitahumu adalah ayahmu. Dia tidak ingin melihat kamu terluka atas kenyataan bahwa bunda sudah meninggal. Dia berusaha mati-matian agar kamu tahu hal ini dengan sendirinya tanpa diberitahu orang lain. Dia ayah yang luar biasa dell”.
“Braaak” badanku tumbang ke lantai. Batinku hancur gemuruh emosi bergejolak di jiwa. Aku menyesal bertingkah laku seperti itu kepada ayah. Hati rasanya tertancap bambu paling runcing saat tau bunda sudah tiada.
Aku berlari secepatnya ke rumah sakit. Dan Ya Tuhan…
Badan ayah sudah ditutupi kain putih. Senyuman terakhir di mobil, pelukan terakhir di ruang tamu bahkan genggaman terakhir saat aku diseret ke mobil tak pantas rasanya ku dapatkan karena saat itu aku malah membalas dengan bantingan keras pintu kamar saat ayah meminta maaf, lalu saat aku mengatakan bahwa aku benci ayah, dan terakhir kali ketika ayah mengejarku sambil meminta maaf yang tak kuhiraukan sama sekali. Tuhaan ambil saja aku! jangan dia, seorang ayah paling sempurna.
Ayah, gagahnya ombak laut tak segagah ayah ketika sedang menjagaku.
Tegarnya para pahlawan menghadapi lawan, tak setegar ayah saat menghadapi aku yang berkali-kali mengatakan kata benci kepadamu ayah.
Sempurnanya para pujangga menyairkan sajak-sajak puisi tak sesempurna tanganmu ketika siap merangkulku saat aku diasingkan oleh dunia.
Ribuan kata cinta yang kuucapkan sekarang biar menjadi saksi bahwa aku menyesal yah.
Aku sayang padamu Bunda
Dan Ayah…
“Maafkan aku ayah”

Cerpen Karangan: Rida Rizki 
[Continue reading...]
 
Copyright © . Cerpenazza - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger