Tampilkan postingan dengan label cerpen sedih. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen sedih. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2014

Segenggam cinta suci meilan

CINTA FATHAN UNTUKKU.

Satu minggu sudah aku dipindahkan keruang rawat biasa. Ayah, Ibu, Kak Adrian menjagaku secara bergantian. Hari-hariku kian berhias bersama mereka. Keceriaan telah tercipta disetiap detikku. Keluargaku telah kembali, mereka rukun setelah komaku. Kami saling bercanda, tertawa saat mendengar ucapan Adinda dengan segala keluguannya. Begitu ia serius bila bercerita tentang sekolahnya. Apa lagi saat bicara tentang ibu gurunya yang sedikit cerewat pada anak-anak muridnya. Sungguh, ia sangat lucu menirukan gaya gurunya itu bila sedang marah-marah, mulutnya menyat-menyot, tangan bertelak pinggang dengan jari telunjuk menunjuk-nunjuk, benar-benar detail ia menirukannya. Aku sangat senang, suasana yang amat kurindukan sejak dulu.
Bukan hanya keluargaku datang merawat, Yuna, Anita dan Fathan pun mengunjungiku, menggantikan keluargaku kala mereka beristirahat. Kadang Yuna datang sendiri, kadang ia datang berdua dengan Anita, kadang bertiga bersama Fathan. Fathan pun seperti itu. Akan tetapi, kini Fathan sering datang sendiri. Ya, semakin lama aku semakin dekat dengan Fathan, memang kedekatan kami sudah terjalin selama aku sebelum dikurung dan akhirnya koma seperti seminggu yang lalu. Namun, kedekatan kami dulu hanya sebatas teman, teman curhat, teman bertukar pikiran tentang Islam selain dengan Yuna dan Anita. Tapi kini, kami kian dekat setelah kejadian aku terlepas dari ragaku. Bahkan kerap kali Yuna dan Anita meledek ku dengan Fathan, Fathan semakin menarik hatiku dengan sedikit kata gombalan-gombalan kaku ala anak-anak rohis.
Aku, Yuna dan Anita sering tertawa bila Fathan menggombal karena paksaan Yuna dan Anita. Bagaimana tidak, ia yang tidak biasa menggombal cewek. Jangankan menggombal, dekat dengan salah satu cewek dikampusku saja aku dan kedua temanku belum pernah melihatnya. Dia selalu menjaga jarak bila ada cewek mendekatinya. Bukan karena dia tidak suka cewek, tapi dia punya prinsip yang selalu ia serukan bila ada yang mendekatinya.
" Bunga mawar merah indah warnanya, tapi sayang ia penuh duri yang membuatku kadang tertusuk, tertusuk seperti saat aku menatap dirimu.. "
seperti itulah ucap Fathan kala ia dipaksa untuk menyatakan cinta secara langsung buatku. Gayanya yang kaku dan kikuk membuat aku tak bisa menahan tawa melihatnya. Fathan, Walau pun ia sangat populer dan sangat dikagumi cewek-cewek kampus ia tak berani bertindak gegabah dengan menyukai cewek sembarangan yang orang tua kriteriakan untuknya. Tiada hari tanpa tertawa. Silih berganti guyonan diantara keluargaku dan Anita juga Yuna, membuatku semakin merasakan kedekatan pada mereka.

****     ****     ****     ****

Hari ini, Kak Adrian dan keluarganya pulang balik ke Jawa saat Keadaanku kian membaik, tubuhku semakin sehat dan berat badanku sudah bertambah stabil. Kembali seperti semula. Setiap hari Dokter pun memeriksakan kesehatanku. Satu obat habis, Dokter memberikan resep obat baru untukku. Namun, selang infus masih menggelayut. Walau beberapa hari lagi aku sudah diperbolehkan pulang. Aaah, rasanya aku sudah bosan dan sudah kian tak sabar menunggu hari-hari kebebasanku dari makanan ala rumah sakit yang tak berasa bumbu.
Sore ini, Fathan datang berkunjung sendirian. Ia ingin mengajak aku jalan-jalan keluar rumah sakit sebentar. Biar aku tak bosan katanya. Aku hanya mengangguk, mengiyakan ajakannya. Ibu pun setuju usul Fathan saat ini. Setelah meminta ijin keluar pada dokter, aku pun dibawa Fathan entah kemana. Ia menutup mataku dengan kain hitam. Tak ingin aku tahu, kejutan ucapnya. Kejutan yang ingin ia berikan padaku. Hadiah untukku setelah kesadaranku dari koma.
Cara Fathan membuat keingin tahuanku tak sabar untuk menanti. Duduk diam dikursi roda, melaju sedang entah kemana ia akan membawaku. Aku cemas, penasaran dan berbagai rasa telah memenuhiku.
Entah sudah berapa lama ia membawaku pergi, entah sudah berapa lama aku duduk dikursi roda dengan mata tertutup, dan entah sudah berapa jauh jarak roda ini menempuh. Jalanan rusak terasa, jalanan mulus juga sudah dilalui. Aaah, aku pun juga tidak tahu kemana arah tujuan Fathan mengajakku pergi.
" Sudah sampai. " ucap Fathan ketika roda tak lagi berputar. Ketika ia tak lagi mendorong kursi rodanya, ia membukakan ikatan kain hitam dari mataku.
Lamat-lamat ku buka mataku. Kutatap hamparan air biru berpasir putih di sepanjang tepian. Deburan ombak berbunyi saling bersahutan. Awan putih saling arak berarak satu sama lain. Burung camar berkicau bagai satu melodi tentang cinta. Angin bertiup lembut menyentuh kulit wajahku.
Fathan memberikan kejutan pantai berpasir putih indah sekali. Air laut yang jernih, tampak beberapa ekor ikan saling berkejaran ditengah semak belukar tanaman laut. Sangat indah, keindahannya tampak serasi oleh tumbuhan bakau yang sengaja ditanami penduduk untuk menghadang ombak laut.Biota-biota laut nan asing tumbuh berkembang disekitar areal tanaman bakau yang tumbuh seperti semak belukar.
" Bagus sekali, Than? Jadi ini kejutannya? " tanyaku kagum akan keindahan lautnya. Fathan mengangguk dengan 1000 volt senyuman terindahnya buatku.
Mendadak saja aku begitu kaget, Fathan menyelimuti diriku dengan sweeter miliknya. Lalu ia memelukku dari belakang dengan erat. Seolah ia tak ingin melepaskan pelukan itu dariku. Aku diam, tak bisa bergerak. Tangan Fathan begitu kekar untuk ku lepaskan. Tak biasanya ia melakukan ini, seperti ada sesuatu yang ia ingin katakan padaku. Entahlah, aku juga tidak terlalu mengerti tentang sikap Fathan saat ini.
" Entah kenapa, aku sayang sama kamu! Sejak kita selalu berdua, aku merasa ada sesuatu diantara hatiku, berdebar, takut kehilangan bahkan bayangan dirimu selalu datang disetiap detikku. " serunya bercerita tentang perasaannya. Kali pertamanya ia serius berucap seperti ini secara langsung. Suara dengus nafasnya terdengar tak beraturan, degup jantungnya berasa sangat kencang dibalik pelukannya.
" Dua minggu aku menghilang, berusaha untuk melupakan, berusaha juga merenungi apa maksud hatiku yang selalu berdebar. Ternyata jawaban itu ada pada dirimu dan diriku. " ucapnya lagi, semakin ia mendekatkan wajahnya disamping telinga kiriku. Semakin dengus nafasnya terdengar menjalar keseluruh saraf daun telingaku, hembusannya sangat terasa kala nafasnya dihempaskan keseluruh permukaan kulitku.

Fathan memang sudah mengucapkan itu, tapi entah kenapa aku sangat merasa gugup dan berdebar seperti ini. Ternyata, ia benar mencintaiku. Suka padaku. Aku tak tahu, apa perasaanku sama sepertinya? Perasaan yang sama saat dekat dengannya, perasaan yang sama saat ia menyentuh kulitku. Jantungku berdegup kencang tanpa mampu ku kontrol saat ia tersenyum padaku.
" Mei..aku mohon, jangan kau melakukan itu lagi. Jangan kamu meninggalkan aku lagi seperti dua minggu yang lalu. Sungguh, aku tak bisa lepas dari bayang-bayang dirimu saat ku tahu kamu sedang sekarat. Aku mohon, aku mohon padamu. "
aku semakin tak bergerak, tubuhku seolah kaku dan tersihir oleh ucapannya. Ucapan Fathan mampu membuat hatiku merasa nyaman didekatnya. Aah, entah kenapa aku begitu terpesona semua yang ada pada dirinya. Tanganku tergugah, menggugah diriku untuk bergerak. Ku sentuh tangan itu kemudian. Kurekatkan mendekap lebih mendalam lagi. Getaran itu semakin hebat, darahku semakin mengalir deras keseluruh pembuluh darahku.
" Aku takkan meninggalkanmu, aku janji tak akan pernah mengulanginya lagi. " ucapku keluar begitu saja dari bibirku.
Angin terus berhembus, membawa deburan ombak kedaratan. Desir-desir indah saling beriringan membawa melodi dari kicauan burung yang berterbangan. Hari kian menjingga kala sang raja mentari turun dari singasananya. Menyaksikan matahari terbenam, berdua dengannya saling berpelukan dihamparan pasir putih.
Fathan melepaskan pelukannya padaku demikian. Ia berlulut dihadapanku. Merogoh saku celananya sebentar, lalu.. Aah, lagi-lagi ia memberikan sebuah kejutan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Sebuah cincin bermatakan berlian mungil ia tunjukan padaku.
" Maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Pendamping yang selalu setia menemaniku kala aku susah maupun senang? " tanya Fathan padaku.
Subhanallah. Sudah tiga kali ia memberikan aku kejutan tak terduga. Dan kali ini, kejutan yang luar biasa untukku. Ia melamarku, ia ingin menjadikan aku seorang istri untuknya. Untuk anak-anaknya kelak.
Ya Tuhan. Apa yang harus ku katakan? Entahlah? Haruskah aku gembira atau apa? Yang pasti aku inginkan hal itu. Namun, aku belum siap menjadi seorang istri. Mungkin waktunya saja belum tepat ia menyatakan ini untukku. Aku masih butuh waktu untuk menjawabnya. Tapi..aaah.., " Ya.. Aku mau menjadi istri kamu, Than!?! " jawabku tanpa berpikir panjang. Aku luluh oleh senyumanya, aku luluh oleh ucapannya.
Fathan melongo, seakan ia tak percaya apa yang barusan aku katakan jawaban untuknya.
" Benarkah itu, Mei? "
aku mengangguk. Fathan berjingkrak kegirangan. Lalu..,
" Ya Allaaaah, terima kasih atas semua ini. " teriak ia sekeras mungkin kearah lautan.
Kemudian, ia memasangkan cincin itu dijari tengah kiriku. Dia tersenyum padaku, dan aku membalas senyuman itu.
Ia menatapku sejenak. Dan..
" Terimakasih ya, Mei. Terimakasih kamu mau menerima lamaranku ini. " ujarnya sembari memelukku.
Aku melepaskan pelukannya.
" Iya.. Sekarang tinggal kamu harus bilang dan datang bersama keluargamu untuk melamarku secara langsung pada kedua orangtuaku. "
Fathan mengangguk mantap. Tiba-tiba..
" Fathan.., "
" Apa? " sahutnya.
Tanganku bergerak kearah wajahnya. Bergetar, seperti orang yang tak percaya apa yang sedang ku lihat diantara celah hidungnya. Kulihat lekat-lekat darah yang menempel dijari tanganku. Benar dugaanku, ini darah yang barusan menetes dari salah satu lubang hidung Fathan.
" Kamu..mi..misan? "
" A..apa? Mimi..san? " katanya mengulang ucapanku. Ia menyentuh lubang hidungnya, lalu melihat dengan seksama darah itu.
" Kamu..nggak apa-apa kan, Than? "
" Aaah.. Nggak apa-apa, kok! Mungkin ini karena aku dekat dengan kamu kali ya, jadi mimisan kayak gini. Bodoh ya aku? Masa dekat dengan cewek secantik kamu aku mimisan kayak gini.. " ujarnya mengalihkan kekuatiranku. Tersenyum terpaksa, menyembunyikan sesuatu dariku.
" Than?! "
" Ya, Mei? "
" Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu padaku? " selidikku penasaran.
" A..apa? A..aku, aku menyembunyikan sesuatu? Nggak lah, Mei! Masa sih aku menyembunyikan sesuatu dari kamu. " sergahnya gelagapan, sambil mengelap darah yang masih saja menetes dari celah hidungnya.
Mata itu tak bisa membohongiku. Bahasa tubuhnya begitu terlihat kalau dia sedang berbohong padaku. Ia tidak bisa berbohong dihadapanku. Terlihat jelas kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Gugup dan ketakutan atas rahasia yang sedang sembunyikan dariku akan ketahuan.
" Kamu lagi nggak membohongiku kan, Than? " selidikku sekali lagi. Aku ingin tahu, harus tahu apa yang sedang ia sembunyikan dariku.  
" Aah, nggak lah, Mei! Masa sih aku membohongi calon istriku sendiri? Percaya deh, aku nggak apa-apa kok! Dan aku nggak berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari kamu.., " sergahnya meyakinkanku. " Udah ah, yuuk, kita pulang! Udah sore. " serunya mengalihkan pembicaraan.
Sepanjang jalan, hatiku tak tenang. Aku bahagia memang, bahagia karena Fathan melamarku. Namun, aku tidak tenang karena ada sesuatu yang Fathan sembunyikan dariku. Darah keluar dari hidung tanpa henti, hal itulah yang membuatku takut kehilangan dirinya.

Dua hari sesudah Fathan melamarku ditepi pantai, dan dua hari sebelum aku pulang dari rumah sakit. Fathan berdiri melamun di depan jendela. Wajah kuatirnya sangat terlihat dibalik tatapan matanya begitu kosong kearah luar jendela. Sudah dua hari ini dia datang menjengukku dengan tampang seperti itu.
" Than, kok ngelamun sih? Ada apa? "
" Eeh, nggak apa-apa kok, Mei! Aku cuma kuatir kalau orang tua mu tidak setuju dengan lamaranku sama kamu! " serunya.
" Ooh, itu yang buat kamu melamun? "
Fathan mengangguk lemah.
" Sudah jangan dipikirin. Ibu dan Ayah pasti setuju kok dengan rencana kita ini! " seruku memberi semangat.
" Insya Allah Mei, ya sudah kamu istirahat dulu. Aku mau sholat dhuha dulu, biar tenang sedikit. "
" Oke. "
ku lihat dirinya berjalan dengan gontai, begitu berat langkahnya untuk keluar. Seakan ada beban berat yang sedang menggelayut dipundaknya. Beban apa yang sedang ia pikirkan saat ini, Aku pun tak mengerti. Tapi, Aku merasakan ada hal lain yang ia sembunyikan dariku.
Setelah Fathan keluar dengan segudang kebimbangan dan kekuatiran. Pikiranku mengingat akan darah yang menetes dari celah hidungnya. Tetesan darah yang sedikit membuatku kuatir akan kesehatannya. Mungkin itu yang dipikirkan Fathan saat ini. Pikirannya bukan pada masalah kekuatiran terhadap jawaban orang tuaku nanti akan lamarannya padaku.
" Aah, nggak mungkin? Mungkin saja benar, Fathan sedang kuatir dengan jawaban ibu dan ayah nanti tentang lamaran itu! " ujarku dihati.
Aku berusaha membuang segala pikiran burukku terhadapnya. Lalu, aku berbaring kembali diranjang. Berusaha tidur dan melupakan tentang darah yang menetes dari celah hidung Fathan. Tak berapa lama.. Pintu kamarku terbuka kembali oleh seseorang diluar sana. Ku lihat Ibu dan Ayahku berjalan beriringan memasuki ruang rawatku.
" Mei, Fathan mana? Katanya ada yang mau dibicarakan sama ibu dan ayah? " tanya ibu.
" Iya nih, Mei! Ayah jadi nggak sabar seperti yang kamu bilang ditelepon tadi?!? " timpal ayahku mengeluarkan beberapa macam buah-buahan dari dalam kantong plastik.
" Sabar dong Yah, Bu! Fathannya lagi sholat dhuha dulu. "
" Ooh gitu.. Ya deh, kami tungguin Fathan. " sahut ibuku sembari melirik dengan sedikit senyuman kearah ayahku.
Ku lirik jarum jam dipergelangan tangan Ayahku. Sudah jam 11, hampir 3 jam Fathan sholat dhuha. Ia juga belum selesai dan kembali ke kamar rawatku. Tak seperti biasanya ia berlama-lama dalam sholat dhuhanya. Ada sesuatu yang terjadikah? Aah, walaupun ada sesuatu hal Fathan akan selalu menghubungiku. Dan aku pun tahu, dia bukan orang yang suka mengingkari janji.
" Kok, lama ya, Mei? Ibu jadi nggak sabar nih, nungguinnya! " seru ibu.
" Nggak tahu, Bu! Mungkin dia sedang mengaji. " sahutku.
" Sabar dong, Bu! Mungkin Fathan gugup atau grogi barangkali. " Timpal ayahku.
" kreeek " Pintu kamarku terbuka dari luar. Ku lihat Fathan tampak tak semangat hari ini. Ia terlihat lesu setelah dari sholat dhuha.
" Fathan, dia kenapa ya? Lesu banget kayaknya? " tanya batinku.
" Om, Tante! " sapa Fathan langsung menyambar tangan kedua orangtua ku dan mencium tangan mereka.
" Hei, Than! Apa kabar? " tanya ibuku berbasa-basi.
" Baik tante, tante sendiri bagaimana kabarnya? "
" Baik juga! "
" Oiya Than, katanya ada yang mau kamu sampaikan pada kami? Apa? " sambar ayahku tak sabar.
" Iya Om, begini.., " katanya berjalan menuju kursi dan mengajak orang tuaku duduk. " Insya Allah kalau tidak ada halangan.., mmmh.. Minggu depan saya dan orangtua akan bertandang ke rumah Om dan tante untuk melamar Mei. " lanjut Fathan menjelaskan.
" Apa? Yang benar kamu, Than? " ucap Ibu setengah terkejut mendengar pernyataan Fathan.
Fathan mengangguk mantap.
" Kamu sudah yakin, Than, dengan semua keputusan kamu ini? Kamu tahu kan kalau kami ini non muslim? "
" Ya Om, aku tahu! Kalau Om dan Tante mengijinkan, aku ingin menjadikan Mei sebagai pendamping hidup saya. "
" Ya.., kalau kamu memang sudah yakin kami sih terserah Mei saja. Om dan Tante cuma bisa merestui hubungan kalian saja. " ujar ayahku sembari melihat ke arahku.
" Aku setuju kok, Yah! " seruku.
" Hmm, kalau ceweknya sudah setuju.. Jadi yah.., mau diapain lagi. " ucap ayahku pasrah. Senyum-senyum kearah Ibuku.
" Terimakasih Om, tante! " ujar Fathan sumringah. Tampak ia bahagia dengan segala ucapan kedua orangtua ku. Ia lalu melirikku dengan sejuta senyum kebahagian. Ku balas senyuman itu.

Karya : kamalsyah indra

[Continue reading...]

Selasa, 31 Desember 2013

blogCerpen - Kertas Putih

Semalam sudah aku menantikan kehadiran sesosok pangeran yang aku dambakan dimalam spesialku ini, aku berharap dia hadir dalam acara sweet seventeenku, Davit itu nama yang tak pernah asing di sekolah ini, siapa sich yang nggak suka dengan dia? Tegas, bijaksana, smart, dengan menguasai english yang cukup mendukung, dia tak pernah bermain dengan hal yang cukup ilvil di mata waanita, selalu tetap teguh pendirian i mint konsisten guys he >_<! Itulah yang membuat dia menarik perhatin banyak wanita di sekolahku ini.

Aku berjalan menusurui koridor sekolah dengan bola mata yang berputar sibuk mencari sosok lelaki tampan yang ingin aku temukan, tapi itu semua nihil,” kemana kak Davit, apa dia nggak masuk hari ini? Tumben banget orang serajin dia tak masuk sekolah di hari biasa ini? Apa dia sakit? Lalu kemana dia? Apa yang sudah terjadi dengannya? “ gumamku dalam hati yang mengkhawaatirkannya. Tapi sepertinya itu kak Beni aku melihatnya dari jarak kejauhan, Beni , dia adalah sahabat kak Davit yang gokil dan nggak jelas abis, tapi dia jago basket lho, nggak rugi juga kalau ngegebet dia hehehe, “Kak! ! ! !” teriakku memanggilnya, “ iya Cha? Kebetulan nich! “ jawabnya menyapaku dengan raut wajah yang begitu tegas dan menyambutku dengan senyuman yang cukup membuat para cewek di sekalah jadi klepek klepek “Lho kok kebetulan sich kak?” tanyaku dengan nada yang sedikit penasaran dengan jawaban kak beni tadi “ tenang Cha, aku tahu kamu mau tanya Davit khan? udah tenang aja dia nggak apa-apa kok, maafin dia yach semalam dia nggak bisa datang di acaranya kamu, dia harus keluar kota dadakan Cha , dan dia hanya nitippin ini buat kamu, maafin dia yach!” jelasnya menenangkanku, seolah dia tahu apa yang ingin aku tanyakan padanya “lalu , kak Davit tak berpesan apa-apa sama kakak?” “ hemh!!!!! Enggak Cha soalnya dia tadi malem udach keburu banget, waktunya mepet katanya” “ owh!! Ya udach kak makasih banyak yach udach buat Lucha tenang” “wahhh!!! Sayang banget nich yach sama Davit?” cletuknya mengejekku , aku hanya bis atersenyum dan tersipu malu.
Hari-hari yang telah aku jalani dalam minggu ini dan kemarin begitu aneh, aku sendiri entah tak mengerti apa maksud dari semua ini, setiap pagi mama selalu menemukan surat kaleng yang tak pernah tertera nama dan alamat di amplop itu, kertas putih itupun tak pernah penuh dengan tulisan, entah siapa pengirimnya aku juga bingung dengan itu, sudah satu minggu terakhir ini mama menemukan itu
For: Lucha kecilQw
Ceriyamu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin , sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: >_< harapan senyumu
Puitis sich, tapi kalau lama kelamaan seperti ini, buat aku jadi jengkel aja ni orang nggak da kerjaan banget sich gangguin aku mulu, dari tulisannya sich aku nggak pernah kenal, bahkan nggak pernah liat. Siapa sich orang ini? Hatiku gelisah penasaran dengan pengirim kertas putih yang tak penuh itu. Ihh mikirin dia keburu gila sendiri aku, biarlah nanti juga capek sendiri tuch orang >,~!

Kriiiiiiiiiinnnnngggggggggggggggggg ~ ~ ~ ~ ~ waktu menunjukkan jam 03:00
WIB, “ tumben Cha bangun pagi-pagi bener, lha wong biasanya kayak bagong tidur nggak bangun-bangun” cletuk mama padaku “ hehehe emang sengaja ma Lucha bangun pagi, penasaran ma orang yang sering ngasih Lucha surat kaleng itu, kira-kira orangnya ganteng nggak yach ma?” “kamu itu Cha yang di pikiri cowok melulu, sekolah masih nggak bener gitu” “ hehehe biasa ma khan udah remaja masak mau datar-datar aja, nggak asyik donk!” aku lari meninggalkan mama untuk menuju pintu rumah bagian depan Krrreeeeekkkkkk. . . . . pintu ku buka dengan perlahan-lahan
“ya ampun, , , ,” kejutku melihat itu “ sepagi ini udah ada lagi, siapa sich orang itu? Jadi tambah curiga dech!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!

For: Lucha kecilku
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah , karena aku sangat menyayangimu
Peri kecikQw yang selalu hadir dalam mimpiQw
By :>_< harapan senyumu

Ya tuhan , , , siapa seseorang ini? “mama, , , , ,, ,” teriakku memanggil mama “apa sich Cha pagi-pagi udah triak-triak “ “ ma, ini siapa sich ma sepagi ini kok udach da orang yang nggak jelas kayak gini?” “fenstermu mungking Cha, udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” jawab mama padaku “lho emangnya mama tau orangnya?” “ya enggak sich, tapi mungkin ajja nanti dia bakalan ngaku sendiri” hemh ya juga sich, mama bener juga ngapain aku susah-susah mikiri orang yang nggak jelas kayak gini, tapi, , , tunggu dulu tadi mama bilang “udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” kok mama bilang kayak gitu yach? Masak sich mama nggak tau orang itu? Toh mama setiap hari ada di rumah nggak kemana-mana , kalau mama bener-bener nggak tau orang itu ngapain mama bilang seperti itu? Aaarrrkkkggggg udahlah kok jadi su’udzon sama mama sich. Terangku menyadarkan lamunan itu
“woy! Kok nglamun terus sich Cha? Mang apa sich yang di lamunin? “ sapa poppy mengagetkan ku “ hemh aku bingung nich pop” “emangnya bingung kenapa sich cha?” “ surat kaleng itu masih ada sampai sekarang pop” “HAH! Yang bener kamu Cha, gila banget tuch orang ma kamu!” poppy kaget mendngarnya , siapa yang nggak kaget sich udah dua minggu ini di timbun terus sama surat kaleng yang nggak jelas banget, sebel juga khan? “ kenapa sich pop tuch orang nggak langsung bilang ajja sama aku gitu?” tanyaku pada poppy “ hemh mungkin dia nerves Cha, kamu khan orangnya cuek banget” hemh bener juga yach kata poppy, emang ada yang menakutkan pada diriku? Ahh biar lah aku harus tetap bersama kak Davit, bey the way sekarang kak Davit kok nggak pernah nongol yach? Apa dia masih belum pulang dari luar kota? Kok lama banget sich, emang ngapain ajja disna? Jangan jangan? ? ? ihhh nggak boleh mikir yang macem-macem Lucha, kamu harus semangat mendapatkannya OK! Spirit Lucha!!!

Kriiiiiiinnggggggggg!!!!! Bel berdering kencang, waktunya pulang sekolah!
Hemh! Kira-kira mama masak apa hari ini yach? Jadi nggak sabar nich, laper banget udach nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yach, hemh tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEEKKKKKK, , , , , ku buka pintu rumahku , lho kok ada surat kaleng ini lagi?
? ?
For : Lucha kecilQw
:: Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupQw, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Lagi-lagi Lucha kecilQw, peri kecilQw? Siapa sich ini? ? ? aku takpernah mempunyai inisiatif untuk membalas surat-surat itu semua , tapi kenapa saat ini aku berkeinginan untuk membalas meskipun itu hanya sekali? Tak apalah, mungkin dengan aku membalas itu semua aku bisa tau siapa orang itu, Ok aku akan mencoba!
For : someone who i don’t know
:: Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, takpernah bisa terlihat dengan mata dan rabahan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Itu yang aku ingin katakan kepadanya, apakah dia bisa membaca itu? Hemh! Terus aku kasihkan pada siapa? Oowwhh aku tahu, mungkin nanti malam aku taruh ini di tempat biasanya dia meletaktan surat-surat itu. Sipp ! ternyata aku pinter juga ya? Hahahaha GR sedikit nggak apa-apa khan?

“mau kemana Cha? “ triak mama bertanya “ mau ke halaman depan ma” sahutku keras “ emangnya ngapain malem-malem gini kamu ke halaman? Mau bersih-bersih? Tumben Cha bersih-bersih? “ “yeeee mama , masak malem-malem begini Lucha mau bersih-bersih ya nggak mungkin banget lah ma” bela Lucha “terus kamu mw ngapain jongkok disana?” tanya mama sewot pada ku “lagi nyari surat kaleng ma” “hemh! Ternyata kamu kangen juga ya Cha klo nggak ada surat sehari?” “yeeeee mama ya nggak lah ngapain Lucha kangen ma orang yang nggak jelas kayak gituan?” di fikir-fikir iya juga yach ngapain aku masih nyari surat yang nggak penting kayak gitu, hemh tapi aku penasaran dengan pengirim yang nggak pernah jelas dan nggak pernah nunjukin wajahnya di depanku, mungkin aja aku bisa tertarik dengan orang itu, bukan berarti aku suka dengan kak Davit terus aku nggak bakalan ada rasa dengan cowok lainnya gitu? Hemh mungkin aja suatu hari aku sudah nggak ada rasa lagi , ya khan? betul nggak? Sepertinya untuk malam ini nggak ada coretan lagi dech? “Udach lah lagian ngapain sich Cha kamu masih nyari-nyari hal yang nggak penting itu” gumamku dalam hati.

KRIIIIIIINNNNGGGGGGGG’’’’’’’’’’’’’’’ suara bekerku berdering keras pagi ini, mataku mulai terbuka secara perlahan untuk menyambut awal hari minggu ini, “Good morning weekend” senyuman keceriyaan selamat pagi dunia, hemh!!! Melihat embun dan kabut pekat rasanya kaki ingin berjalan menelusuri rumput yang basah. Menghirup udara segar lembab dingin dan basah.
Aku memasang sepatu untuk memulai pagi ku dengan joging bersama kak zeta tetangga samping rumah yang slalu siap kapan saja buat nemenin aku.
“mama............ Lucha mau joging dulu ya” teriakku pada mama , akupun mulai berjalan menuju rumah kak Zeta. 
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan terdengar suara triakan “Luchaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku menoleh untuk melihat orang itu, “ hemh ! kak Zeta., kok ada di sini, khan Lucha yang mau jemput kakak?” tanyaku padanya “ hemh nggak baek cewek kayak kamu sendirian” “ hemh , iya juga sich kak.”
aku mulai berlari-lari kecil bersama kak Zeta, tapi,,,,,,, tiba-tiba “Cha!!!!” panggil kak Zeta kepadaku “ hemhhhh” sahutku singkat “Cha kakak boleh ngomong sesuatu nggak?” tanyanya “ hemh boleh aja, langsung ngomong ajja kale kak, lagian kita udah biasa khan setiap minggu kayak gini, lagian kakak udah Lucha anggep seperti kakak Lucha sendiri.” Aku mulai merasa aneh dengan tinngkah kak Zeta saat ini, nggak biasanya dia merasa canggung dengan aku, memang sich akhir-akhir ini aku jarang menemuinya, tapi apa mungkin Cuma gara-gara nggak ketemu denganku beberapa hari jadi canggung seperti ini? Hemh! Jadi aneh mikirin dia, udachlah yang penting aku biasa aja dengannya ya khan? gumamku dalam hati.
“Cha kita main ke bukit sana aja yuk!” ajaknya padaku “ OK! Kak , mumpung masih pagi juga sich, tapi khan lebih dingin khan kak?” “ hemh! Nggak mungkin dingin Cha khan ada kakak yang nglindungin kamu.” “hemh bener juga sich kak hehehe.” Hemh aku mulai tercengan dengan tingkahnya kak Zeta, rasanya aneh banget tak seperti biasanya, biasanya khan kita bincang-bincang tak ada kecanggungan sedikitpun, tapi kalau sekarang ini sungguh aku tak menduga, memang dunia sering jungkir balik yach!.

Setelah menaiki bukit yang lumayan tinggi, dan cukup lelah untuk menaiki, tapi tak terasa kita sudah sampai di puncak bukit itu, saat aku melihat ke bawah Waw!!!!!!! Menabjupkan mata, embun, kabut , udara dingin dan pemandangan yang hijau alami dan sangat mempesona it is nature , semua yang masih alamai.
“Waw !!! kak kenapa kakak nggak pernah ngasih tau Lucha kalau disini ada tempat yang sangat indah dan sangat alami? Kenapa kakak nggak pernah ngajak Lucha ke tempat ini?” tanyaku pada kak Zeta “ Cha. . . . . . .” pangilnya dengan lembut “ kok jadi deg degan kayak gini yach? “ batinku dalam hati “Ea kak???” “Maafin kakak ya Cha?” tiba-tiba kak Zeta memelukku dengan sangat erat. Knpa seperti ini? Ada apa ini? “ iya kak kenapa? Kenapa kakak harus minta maaf? Khan kakak nggak punya salah sama Lucha?” tanyaku pada kak Zeta “ Lucha, apakah kamu tau tentang ini?” kak Zeta memberikan sepucuk kertas kecil pada ku, dan aku membukanya dan isinya, , , , , ,
For : Lucha kecilQw 
Saat ini aku bersamamu, menemanimu, dan menjagamu, dan aku ingin selamanya tuk mendekapmu. Apakah kau juga merasakan itu? Apakah aku tepat jika ingin menempati hatimu? Aku menyayangimu peri kecilku.
Aku terkejut saat aku membaca itu semua, apa maksud dari ini? Apakah selama ini kak Zeta yang mengirimkan surat-surat kaleng itu, lalu mengapa dia melakukan itu padaku? Aku sudah menganggapnya seperti kakak kadungku sendiri, lalu apa yang harus aku lakukan? Benar-bernat jungkir balik dunia ini. “ kak Zeta , apa maksud kakak memberi Lucha seperti ini? Apakah memang benar yang selam aini mengerimkan surat kaleng itu adalah kakak? Kenapa kakak tak berani menunjukan wajah kakak langsung? Apakah memang ini permainan kakak untuk membuat Lucha risih dan sebel?” tanyaku sedikit marah pada kak Zeta “ maafkan kakak Lucha , tapi kakak memendam ini sudah teralalu lama, kakak tak cukum mempunyai keberanian untuk itu. 
Dan kakak tau jika Lucha memendam rasa pada Davit khan?, lalu harus apa kakak? Agar Lucha bisa maafin kakak?” aku meraih dan mendekap tubuh kak Zeta “ kak kenapa kak Zeta beru bilang sekarang ini? Apakah kakak tau apa yang terpendam dalam hatinya Lucha? Kenapa kak Zeta tak pernah menanyakan hal ini?” kak Zeta melepas pelukanku, dan menatap mataku “ Cha tatap mata kakak” perintahnya padaku “ lihat mata kakak Cha , apakah dimata kakak ada keraguan? Apakah dimata kakak ada kebohongan, kakak hanya takut untuk kehilangan kamu peri kecilku, kakak takut jika kita bersatu kak Zeta kehilangan kamu, peri kecilku dengar kakak dengan baik, kakak menyayangimu, kakak tak ingin memilikimu hanya untuk sementara, kakak ingin memilikimu untyk selamanya peri kecilku, sekarang Lucha ngerti kenapa kakak takut untuk mengungkapkan ini?” “iya kak Lucha ngerti, tapi bagaimna lagi jika kenyataan bilang kita akan bersatu?” “maksudnya?” kejutnya mendengarku “ Lucha juga sayang kak Zeta” dengan mataku yang berkaca-kaca aku mengungkapkan itu, mungkin kalian berfikir jika aku hanya menyayangi kak Davit, tapi itu semua salah , aku menyayanginya hanya;lah untuk pelarian saja , karena aku telah memendam rasa ini pada kak Zeta sudah lama, aku yang menunggunya untuk mengungkapkan itu semua, tapi mungkin tuhanlah yang tahu tentang semua isi hatiku, aku menyayangi seseorang dan aku memendam sedalam mungkin dia hatiku agar aku bisa tetap mengingat siapa yang aku sayang dan siapa yang aku tunggu, “Cha, , , apakah kamu yakin dengan hatimu? Lalu bagaimana denga Davit? Apakah kamu tak ingin berusaha untuk mendapatkannya?” dia ragu denganku , itulah aku yang slalu membuat ragu kenyataan , aku tak pasti dan aku selalu menyembunyikan semua yang seharusnya aku tampakkan mungkin inilah saatnya aku untuk jujur tentang ini semua “ kak Zeta, sekarang Lucha yang meminta kakak untuk menatap mataLucha dengan tajam, Lucha ingin jujur dengan kakak, Lucha ingin meyakinkan kakak, kak Zeta, kakak tau kenapa Lucha bilang jika Lucha sayang denga kak Davit? Apakah kakak tau apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya Lucha? Selama ini Lucha hanya bisa melampiaskan itu semua pada kak Davit kak, karena Lucha tak mampu untuk mengungkapkan ini semua pada kenyataan, Lucha salah telah menyayangi kakak, salah kak salah besar, tak seharusnya Lucha seperti ini, Lucha hanya bisa menunggu kakak” “maafkan kakak yach peri kecilku, sudah membuatmu menunggu selama ini, maafkan kakak yang tak mempunyai keberanian sedikitpun untuk itu, maafkan kakak yach peri kecilku?” pintanya padaku “ iya kak, itulah yang seharusnya Lucha lakukan, tetap menunggumu sampai akhir hayatku, aku menyayangimu tanpa setitik bataspun” “Trimakasih Peri kecilku aku sangat menyayangimu I LOVE YOU.”

Akupun bahagia atas apa yang selama ini aku jalani ,di awal aku menjalani dengan banya rintangan yang datang pada ku, tapi aku tak pernah menyesal apa yang telah aku jalani , bahkan aku sangat bersyukur atas semua ini, akhirnya tuhan laha yang bertindak atas apa yang selama ini aku rasakan , terimakasih ya Rabb Engkaulah sahabat sejatiku Engakaulah yang slalu mengerti aku, aku menminta dan memohon padaMU dan Engkau telah mewujudkan itu, sungguh aku bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepadaku.
Setelah tangis, setelah sedih, setelah sakit, senyuman, keindahan, kecerahan dan kebahagiaan, itulah yang dinamakan harapan.
Memeluknya, mendekapnya, dan bersamanya itulah yang aku inginkan selama aku hidup dan menginjak dunia.

:: Selamat datang cinta
Cinta aku milikmu, aku telah belajar bersamamu, berjalan dan menuntunku di saat aku tertatih dan terbelenggu, terkadang kau menyakitkan hatiku, tapi aku tak pernah ingin melupakan dan menghapus jejak pelukmu.
Yang slalu aku harapkan dari cintaku adalah kamu yang slalu bersamaku di setiap gerak kaki dan langkahku, mengikatmu dan menciptakan rumah kecil untuk hidup ,itulah harapanku saat aku bersamamu. Untukmu yang menyayangiku.
 
Karya : Miftahaul Jannah
[Continue reading...]

blogcerpen - AJALKU DATANG SAAT AKU BAHAGIA

Intan kirna nama sang gadis yang pintar dan cantik, dia dari keluarga yang kurang, namun dari kekurangannya itu dia sangat tidak terlihat karna kelebihan yang dia milikilah. Banyak guru yang suka dan kagum padanya selain dia mengharumkan namanya sendiri, dia juga mengharumkan nama sekolahanya, selain para guru yang suka padanya, para siswa dikelas bahkan disekolahnya pun tergila-gila pada Intan. Disekolah Intan hanya memiliki satu orang sahabat saja, bukan karna dia dimusuhi oleh para siswi melainkan dia hanya merasa nyaman hanya dengan satu sahabatnya itu. Devi, nama sahabat yang sejak kelas satu mereka bersama.

Waktunya masuk kelas, karna bel telah berbunyi. Saat jam pelajaran berlangsung bu rini bertanya pada intan, akan tetapi yang menjawab bukan intan, melainkan para siswa yang suka dengan intan, mereka berbondong-bondong mencari muka dengan intan, supaya intan jatuh hati pada mereka, namun karna intan siswi yang pendiam, dia hanya tertunduk malu sambil senyum kecil. “ nengok ke’sekaliii aja ke’ gw, intan ? “ teriak salah satu siswa dari belakang, namun intan hanya menunduk saja tidak memperdulikan ocehan orang lain. “ sudah… sudah kalian ini pada genit, sudah perhatikan kembali buku kalian !” ucap bu rini menenangkan kelas. “genit banget sie lo jadi cowok ? lagian apa bagusnya coba sie intan ? “ celoteh Dera karna tidak suka dengan Intan. “ lah… ngapa ? lo iri kan sebenarnya ama si, intan ? ngaku lo ?” serbu para siswa. “ sudah… sudah malah dilanjutkan lagi ? ayo kita belajar lagi “ angkat bicara bu rini dengan nada sedikit emosi
Waktu istirahat pun tiba
Saat Intan dan Devi ingin keluar kelas, di depan pintu kelas mereka dihadang dengan geng yang gak suka terhadap Intan dan Devi, mereka pun habis dipukuli oleh geng itu dan ketua geng itiu adalah Dera, tidak ada yang berani untuk melaporkan kepada guru, karna jika ada yang melaporkan maka geng itu akan memberikan hukuman yang sangat parah, geng itu sangat berkuasa satu sekolah, karna selain mereka kelas 3, mereka juga dari anak yang terlahir dari keluarga yang kaya, mereka terkenal kejam, mereka akan melakukan segalanya untuk bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, Intan pun banyak darah yang keluar dari bibir kecilnya itu, karna penganiayaan yang dilakukan geng itu.

Jam istirahat pun selesai
Saat jam istirahat selesai, Intan dan Devi masih belum masuk kedalam kelas, karna harus membersihkan darah yang keluar dari bibirya itu, saat selesai membersihkanya mereka berdua pun kembali kedalam kelas, dan saat mereka masuk kedalam kelas ternyata ada siswa baru, dia sedang memperkenalkan diri.
“ tunggu angga, maaf ibu potong yah ?”.
” oiyah bu, gpp” jawab angga
“ kalian berdua kenapa baru masuk kekelas ? dari mana kalian ? intan, kenapa sama bibir kamu ? Devi, kamu juga kok pada berantakan gini ?” Tanya bu hikmah yang terkenal crewet itu
1 jawaban belum dijawab bu hikmah langsung memberikan pertanyaan yang bertubi-tubi . “ tadi kita habis jatuh bu, makanya kita jadi berantakan terus berdarah dech, maaf yah bu kita telat masuk kelasnya ibu “ jelas Devi ke bu hikmah, bu hikmah pun menganggukan kepalanya dan mempersilahkan mereka berdua duduk.
Pelajaran pun kembali dilanjutkan dan anak baru itu pun dipersilahkan duduk. Rangga memiliki wajah yang tampan, kulit yang putih, rambut yang hitam dan berdiri tegak, banyak siswi yang tertarik padanya.

3 Bulan kemudian
Waktu terus berjalan dan pertemanan antar Intan dan Angga pun terjalin dengan baik, bahkan Angga sudah memiliki rasa kepada Intan, namun dia hanya diam tidak berani untuk mengutarakannya, lagi pula Angga merasa takut jika Intan tau perasaannya maka dia akan menjauhi Angga.

6 bulan kemudia
Waktu Akhir Semester pun kini hampir tiba. Rangga sudah menceritakan semua perasaannya kepada sahabatnya Intan, yaitu Devi. Devi pun masih merahasiakannya dari Intan, dan rencananya mereka akan memberitahu intan setelah liburan nanti.

Waktu terus berjalan, waktu liburan pun kini tiba, walau belum dikasih tau tentang kabar kelulusan mereka, tapi mereka yakin kalau mereka itu akan lulus, suatu hari ditengah liburan berlangsung Devi mengajak Intan untuk berlibur disuatu villa, hingga akhirnya Intan pun setuju untuk semua rencana yang sudah Devi rencanakan, namun Devi tidak bilang kalau Angga juga ikut dengan mereka berdua.
Sesampainya divilla, Intan terkejut, karna seseorang yang membukaan pintu ternyata Angga, “ angga, kamu kok disini ?” ucap Intan karna terkejut,
“ oh iya, aku lupa kasih tau kamu intan, kalau villa yang kita datangi sekarang itu milik keluarga angga”, jawab Devi menjelaskan
“ hy, dev? Hay intan ?” sapa angga
“ oh gitu yah ? hy juga angga ?” jawab intan

Hingga dimalam yang dingin nan indah karna banyak bintang dilangit membuat suasana terlihat romantic, intan tidak tau menau tentang apa yang mereka berdua rencanakan, dalam lamunan, intan, sangat khusuk, sampai-sampai dia tidak sadar dengan kehadiran angga.
“ intan !” panggil angga ke intan yang masih khusuk menikmati bintang-bintang
“ eh kamu angga ? udah lama disini ?”intan pun bertanya kembali
“ aku tau, aku hanya seorang siswa baru, aku tau aku hanya orang baru diikehidupan kamu, intan jujur, setelah aku mengenal kamu sejauh ini, aku tuh sudah memiliki rasa sayang bahkan mungkin rasa cinta, dulu aku anggap kamu Cuma sebagai sahabat aku, tapi sekarang semua berbeda, aku sudah pendam rasa ini cukup lama, aku gak berani untuk mencurahkan isi hati ku. Intan… aku cinta sama kamu, mau kah kamu menjadi pacar ku ?”

Intan terkaget mendengar ucapan-ucapan angga, dia hanya terdiam, hingga akhirnya Devi pun datang untuk membantu angga.” Iya tan, angga tuh sebenarnya udah lama suka sama kamu, dia dari dulu udah bilang ama aku,Cuma ama dia disuruh rahasian dulu, intan, udah kamu terima aja ?” penjelasan Devi. Intan pun angkat bicara. “ iya, sebenarnya aku juga udah tau dari dulu, aku mendengar semuanya tanpa disengaja, Cuma aku pura-pura gak tau. Aku juga sayang sama kamu angga. Aku mau jadi pacar kamu !”
Itulah jawaban yang sangat diinginkan Angga, hingga akhirnya jawaban itulah yang keluar dari mulut yang sekarang sudah menjadi pacarnya itu.

Mereka bertiga lulus dengan nilai yang sangat baik, pesta pun diadakan disekolah mereka semua party untuk yang terakhir kalinya, dan tema yang diangkat dari party ini romeo and Juliet, dan akan diadakan lomba dalam party itu, siapa yang biasa dansa bersama pasangannya secara romantic dan banyak disukai dengan kawannya, maka itulah pemenanangnya

Angga dan Intan pun menerima ajakan Deva mantan musuhnya, mereka pun berdansa bersama. Lomba pun selesai dan pemenangnya adalah Angga dan Intan, mereka dinobatkan sebagai romeo and Juliet sampai tahun depan.

Sepulangnya dari party, Angga mengajak Intan kembali kerumah, dengan rasa yang sangat bahagia mereka selalu tertawa bersama, mereka berdua pulang dengan berjalan kaki, di jalan mereka bercanda dan tertawa dengan sangat lepas, namun ditengah candaan dan tawaan yang mereka lakukan, ternyata ada perasaan yang sangat mengganjilkan hati angga, namun entah apa yang angga rasakan, angga pun langsung memeluk Intan dari belakang. “ sayang, kamu tau ga kalau sekarang aku bahagia banget, aku harap hingga anak cucu kita tau kalau kita saling mencintai satu sama lain dan saling setia satu sama lain, kita harus menceritakan sedetail-detailnya kepada mereka kelak yah ?”. intan pun meng-iya-kan semua perkataan kekasihnya itu. “ sayang kamu kok nangis ?” ucap intan bertanya kepada angga. “ aku gak nangis kok sayang ! ini memang air mata, tapi air mata yang keluar dari mata itu bukan berarti air mata kesedihankan ?. ini air mata kebahagiaan, aku sayang banget sama kamu, kamu jangan pergi yah ?”.
Belum sempat intan menjawab pertanyaan angga, entah mobil apa yang berjalan seperti orang yang sedang mabuk mendekat kearah mereka berdua, duuuuar…. Suara tabrakan yang sangat keras pun terjadi.

Mereka pun terpental kedalam jurang, tidak ada yang tau kecelakaan ini, karna mobil yang menabrak mereka berdua kabur meninggalkannya, pagi pun tiba, pagi yang cerah dan sejuk ini adalah kesukaan intan, intan sangat suka dengan udara pagi, namun berbeda dengan pagi ini. Angga tersadar dari pingsannya, masih dalam keadaan yang cukup parah angga tidak memperdulikannya, angga langsung mencari keberadaan kekasihnya itu, mereka tidak begitu jauh terpisah. Angga pun bangkit dan dia pun langsung membangunkan kekasihnyanya. Angga mengecek denyut nadinya. Sudah tidak ada bunyi. “ tidak… intan sayang bangun, kamu udah janji sama aku kalau kamu gak akan ninggalin aku. Sayang bangun ?” tidak ada jawab dari intan. Ternyata intan memang sudah tiada. Angga pun mengangkat jenazah kekasihnya itu. dengan penuh nangisan.
 
Singkat cerita
Kini Angga sudah bukan menjadi angga yang dulu, yang selalu ceria atau pun bercanda, angga kini menjadi sangat pendiam, bahkan dia pergi villa kenangan itu, tidak ada yang tau keberadaannya, namun Devi sudah mengira/ sudah tau dimana dia berada. Seminggu kemudian Devi dan Sandra ( pacar Devi) pergi bersama ke villa itu untuk melihat keadaannya Angga.
Mereka berdua pun terkejut melihat keadaan didalam kamar Angga, karna
Angga mati bunuh diri, dia pun memberikan sepucuk surat untuk orang yang ditinggalkannya, dengan penuh tangisan yang sangat teramat Devi membacakan surat itu, Angga mati karna dia sangat merasa bersalah dengan apa yang terjadi dikehidupan ini, dia tidak terima kalau Intan hanya mati seorang diri, maka dari itu angga ingin menemani intan dikesendiriannya. Cinta mereka pun abadi.

Karya : shovi syarbini
[Continue reading...]

Senin, 30 Desember 2013

Blogcerpen - Keberhasilan AISYAH dan Ibunya

Tf Kisah ini berawal dari sebuah desa yang bernama desa Jeruk purut.
Disana ada seorang gadis cantik yang bernama Aisyah. Hidupnya sangat sederhana disebuah rumah peninggalan ayahnya. Aisyah tinggal bersama ibunya, ibunya bernama ibu Juleha,  Ibu juleha sangat hebat membuat kue bolu, sehingga banyak  tetangga yang memesan untuk minta dibuatin. Ayahnya sudah meninggal sejak berumur 4 tahun. Aisyah adalah gadis cantik yang memakai hijab, bahkan dia jadi idam-idaman para lelaki dikampungnya. Aisyah sangat turut apa yang dikatakan ibunya. Sosok Aisyah sangat ramah dan murah senyum kepada semua orang yang mengenalnya.
keesokan harinya..
Ibu. "Aisyah, tolong kamu kepasar ya beli sayur buat nanti siang" (kata ibu sambil tersenyum)
Aisyah. "iya bu" (Aisyah pun membalas dangan senyuman juga)
Ibu. "ini uangnya, kalo ada sisa uangnya nanti kamu simpan buat nanti kamu tabung" (kata ibu sambil ngasih uang kepada Aisyah)
Aisyah. "oh.. Iya bu, tadi ada ibu rindy yang mesen kue bolu, katanya buat acara ulangtahun untuk anaknya" (sambil  memakai Sendal)
Ibu. "iya. Nanti ibu buatkan, hati-hati dijalan ya Aisyah (sambil melambaikan tangan)
  setelah pulang dari pasar Aisyah pun panik melihat ibunya terbaring dilantai dapur, Aisyah pun berlari keluar untuk meminta pertolongan kepada tetangga, dan tetangga pun berlari berdatangan kerumah Aisyah.
Taklama kemudian ibu Aisyah sadar, dan tetangga pun kembali kerumahnya masing-masing.
"ibu, ibu sudah sadar, ibu tidak papakan" (tanya Aisyah kepada ibunya sambil berderaian air mata)
"iya ibu tidak papa kok, ibu tadi cuman pusing aja mungkin ibu kecapean" (kata ibu sambil menghilangkan rasa paniknya Aisyah)
"makanya kalo ibu merasa kurang enak badan ibu istirahat aja biar Aisyah yang ngerjainnya" (sahut Aisyah sambil memegang tangan ibu)
"oh iya pesenan kue ibu rindy belum ibu buatin" (ibu pun langsung bangun dari tempat tidur)
"jangan bu nanti Aisyah yang buatin kuenya, ibu istirahat aja disini (sambil menyandarkan ibu ketempat tidur ibu)
  Aisyah langsung kedapur untuk membuat kue yang dipesan oleh ibu rindy.
Setelah Aisyah membuatkan kue ibu rindy. Ternyata kue buatan Aisyah sangat enak sama dengan bikinan ibunya. Aisyah berfikir ingin membuka warung kecil didepan rumahnya,
keesokan harinya ada seseorang yang tak dikenal dia menawarkan pinjaman uang
"permisi" kata orang tersebut sambil mangetok pintu
"iya ada apa ya? Ayo masuk" sahut Aisyah sambil mempersilahkan duduk
"saya dari kantor peminjaman uang desa, saya hanya mau menawarkan apakah anda berminat untuk meminjam uang untuk membuka usaha" tanya orang tersebut
Aisyah pun terdiam Aisyah berfikir ingin meminjam uang kepada orang itu, untuk membuka warung kecil-kecilan didepan rumahnya mencual kue buatan ibunya.
"iya saya ingin meminjamnya" kata Aisyah sambil tersenyum gembira
Lalu orang itu pun meminjamkan sedikit uang untuk Aisyah bermodal
"ini ada uang buat kamu bermodal buka usaha, semoga menjadi sukses, bayar perbulannya cuman 200.000 ribu rupiah,kamu sanggup? Tanya orang itu kepada Aisyah
"insyaallah saya bisa membayarnya" sahut Aisyah dengan kepala menunduk
"baiklah itu saja yang bisa saya bantu"
Orang itu pun langsung pergi.
  beberapa minggu kemudian setelah Aisyah dan ibunya membuka warung kecil-kecilan di depan rumah mereka untuk menjual kue buatan ibunya yang banyak diminati banyak orang. Ternyata setiap Aisyah dan ibunya menjual kue semuanya habis terjual dan tidak tersisa lagi. Aisyah cukup senang bisa membantu ibunya untuk mencari uang, Aisyah sangat ingin membahagiakan ibunya, ibu Aisyah sangat ingin menunaikan ibadah Haji di Arab Saudi
  setiap harinya jumlah hasil jualan Aisyah dengan ibunya selalu meningkat dengan banyaknya pembeli dan banyaknya pemesan kue di daerah lain
Hingga Aisyah sudah punya toko sendiri buat menjual kue buatan ibunya. Uang yang Aisyah dan ibunya peroleh ternyata bisa menaikan ibunya Haji diMekah Arab Saudi.
Kini hidup Aisyah dan ibunya sudah tercukupi dengan keberhasilan menjual kue buatan ibunya.
"TAMAT"
Karya : ellya Safitri
Fb : lielie Quinnacharamel
[Continue reading...]

blogcerpen - AKU RELA TERLUKA ASALKAN DIA BAHAGIA

Ardi adalah sahabat baik Ria. Tapi sesungguhnya Ardi sangat mencintai Ria. Ardi ingin mengungkapkan perasaan itu tapi dia selalu mengurungkan niatnya,dia tidak ingin merusak persahabatanya dengan Ria hanya karena masalah ini.

Ardi selalu bangun pagi-pagi, lalu dia selalu menelefon Ria untuk membangunkannya. Ini di lakukan Ardi setiap pagi. Dan Ria mengangkatnya dengan masih menahan kantuk. Ria adalah cewek manis,tinggi dan suka banget shopping.Dia juga cewek yang baik, temen-temennya suka banget berteman sama Ria.
“Hallo...” Sapa Ria di seberang dengan masih menahan kantuk.
“Hoee..ayo bangun udah pagi ni.” Teriak Ardi di telefon.
“Wah biasa aja donk teriaknya, kuping gue budek nich.” Jawab Ria kaget.
“Makannya cepetan bangun sana terus mandi..udah siang nich!” Tambah Ardi
“Iya,iya...bawel banget sih..” Jawab Ria.
Walaupun Ria masih mengantuk akhirnya dia bangun juga.Ria langsung menuju kamar mandi, setelah dia mandi dan sudah berpakaian dia turun dari kamarnya menuju dapur, dia kelaparan.
“Bik nggak ada makanan?” Tanya Ria kepada pembantu kesayangannya Bik Minah.
“Ada non,non tunggu aja di meja makan, sebentar lagi siap non.” Jawab Bik Minah.

Setelah menunggu beberapa saat,akhirnya makanan Ria datang juga.
“Ini non makanannya,makan yang banyak ya? Biar gemuk? Hehe.” Canda Bik Minah.
“Bibik bisa aja,nanti kalau aku gemuk,jadi nggak cantik lagi donk hehehe.” Jawab Ria dengan tersenyum.
Selesai makan Ria menuju kamarnya,dia bingung mau ngapain hari libur gini. Ria memutar musik supaya pikirannya tidak jenuh,tapi dia masih aja jenuh. Lalu dia kepikiran buat ngajak teman-temannya untuk pergi ke mall,buat sekedar makan,supaya dia nggak jenuh. Ria langsung mengambil Hpnya yang ada di atas meja dan langsung menelepon Ardi,Syifa, Clara dan Aji.

Setengah jam kemudian Ria sampai di Mall naik mobilnya yang baru di belikan ayahnya. Teman-temannya sudah sampai duluan dan menunggu Ria. Ria bergegas masuk ke dalam Mall, Ria clingukan mencari temanya, karena sibuk mencari teman-temannya,Ria tidak melihat kalau di depannya ada seorang cowok yang membawa minuman. Bruckkkk..........................
“Aduh mbak maaf, saya tidak melihat ada mbak di situ..maaf ya mbak? Kata cowok itu dengan rasa bersalah.
“Hemzz...nggak apa-apa maz,saya yang salah karena sibuk mencari teman saya,sampai saya nggak tau kalau ada mas di depan saya, maaf mas.”Jawab Ria sambil sibuk membersihkan bajunya yang terkena tumpahan minuman yang di bawa cowok tadi.
“Bukan mbak yang salah tapi saya,Saya benar-benar minta maaf mbak, sini mbak saya bersihkan.” Kata cowok itu lagi.
“Enggak mas terima kasih,nggak apa-apa saya yang salah.” Kali ini Ria menatap cowok yang di tabraknya.Dan... Degg.....“Gila ganteng banget ni cowok makan apaan sih kok bisa ganteng gini?” pikir Ria dalam hati. “Hemzz saya ganti ya mas minumannya?” Tambah Ria.
“Hemzz...nggak apa mbak saya bisa beli lagi nanti, ya udah mbak saya duluan. Sekali lagi maaf.”Kata cowok itu,dan berlalu. Tinggal Ria yang masih melongo melihat cowok itu.. setelah sadar dari lamunannya Ria bergabung dengan teman-temannya.
“Kemana aja sih Ya lama banget? Terus kenapa baju loe basah gitu?” Tanya Ardi dengan cemas,dan di tambah dengan teman-temannya.
“Sorry teman-teman tadi aku lagi da masalah dikit, tadi aku sibuk cari kalian ech aku nabrak cowok minumannya tumpah ke bajuku.” Jawab Ria.
“Ya syukur dech loe nggak apa-apa.” Tambah Clara.
“Hemzz tau nggak? Cowok yang aku tabrak tadi ganteng banget. Gila ganteng banget.” Kata Ria histeris.
“Memangnya siapa? kamu dah kenalan?” Tanya Ardi,dengan menahan rasa cemburu.
“Belum sih nggak sempat,ya semoga aja aku bisa ketemu lagi sama dia.”Jawab Ria.
***

Bel tanda usai pelajaran berbunyi. Ria masih sibuk membereskan buku-bukunya,sedangkan Ardi,Clara,Syifa dan Aji menunggu Ria di depan pintu.
“Cepetan donk Ya,katanya mau beli novel terbaru,keburu habis di sikat pembeli ni.” Teriak Syifa.
“Iya...bawel banget sih.” Jawab Ria dengan berteriak juga.

Selesai membereskan buku-bukunya,Ria langsung di tarik Ardi untuk buru-buru ketoko buku. Sesampainya di toko buku, Ria and friend langsung memasuki toko buku itu dan langsung menuju rak dimana buku yang mereka cari di pajangkan. Syifa,Clara dan Ria sibuk mencari novel-novel yang mereka suka,sedangkan Aji dan Ardi sibuk mencari komik.Ria menemukan novel yang ia suka dan ingin membelinya. Karena tidak menyadari kalau ada cowok di belakangnya yang juga ingin membelikan novel untuk sang adik. Saat Ria berbalik ingin menuju kasir untuk membayar novel yang di sukainya tiba-tiba......brakkk....Ria dan cowok itu bertabrakan lagi. Dan anehnya Ria malah seneng nabrak cowok itu, karena cowok yang di tabraknya sekarang adalah cowok yang di tabraknya waktu di malll,cowok yang membuat Ria nggak bisa tidur semalaman, dan cowok yang membuat Ria penasaran. Spontan temen-temen Ria menoleh semua,termasuk Ardi yang mulai merasakan hal yang tidak nyaman di hatinya.
“Aduh maaf-maaf.....” Kata Ria dengan membantu cowok itu mengambil bukunya yang jatuh karena di tabrak Ria.
“Ia nggak apa-apa kok. Santai aja.” Jawab cowok itu.
“Wah..kamu?? kita bertemu lagi.maaf ya udah nabrak kamu sampai dua kali?” Kata Ria.
“Och..iya kita bertemu lagi. Hemzz..gak apa-apa kok mungkin aku juga yang salah tadi. Ngomong-ngomong sama sapa kamu kesini?” Kata cowok itu.
“Sama teman-teman. Tu mereka lagi nglihatin kita. Oh iya nama kamu siapa kita belum sempat kenalan kan? Kenalin aku Ria.” Kata Ria memulai perkenalannya.
“Aku Revan. Oh iya sorry ya aku harus buru-buru soalnya di tungguin adhik aku di rumah, boleh minta no Hp kamu? Nanti aku hubungi kamu.” Jawab cowok itu.
Spontan Ria langsung shock sekaligus seneng cowok yang membuat dia nggak bisa tidur semalaman minta no Hpnya. Tanpa basa-basi lagi Ria langsung memberi tahunya. Cowok itu yang ternyata bernama Revan berterima kasih dan pergi sebelum pergi dia sudah berjanji akan menghubungi Ria nanti malam.
Di sisi lain Ardi merasa sangat cemburu melihat Ria dan Revan,tapi Ardi berusaha menyembunyikan perasaannya ini walau sebenarnya ingin sekali dia bertanya pada Ria,siapa cowok itu dan apa hubungannya dengan Ria. Ardi ingin bertanya sekarang,tapi dia rasa belum waktu yang tepat,karena suasana hatinya sekarang sedang kalut. Dia tidak ingin amarahnya meledak nanti di depan Ria. Ardi tidak mau itu terjadi. Dia tidak ingin menyakiti Ria.

Ardi,Syifa,Clara dan Aji pulang nebeng mobil Ria karena mereka tadi datang naik taksi mobil mereka di pakek nyokap-nyokap mereka semua. Di sepanjang perjalanan pulang Ardi sedikit beda,dia lebih banyak diam daripada bergurau dengan teman-temannya. Ria dan teman-temannya binggung melihat perubahan sikap Ardi yang tiba-tiba.
“Ar loe kenapa sih kok jadi pendiam gitu,aneh deh?” Tanya Syifa.
“Iya loe kenapa sih?Apa loe tadi lihat Ria kenalan ama cowok tadi loe jadi murung gini? Hahaha.” Ejek Aji.
“Jangan-jangan loe cemburu lihat Ria tadi?” Tambah Clara.
“Apa-apaan sih kalian, ya nggak lah Ria kan sahabat aku,aku seneng dia deket ama cowok.Kenapa harus cemburu?” Kata Ardi bohong.
“Iya bener kata Ardi,nggak mungkin lah Ardi cemburu.” Tambah Ria. Sedangkan Aji,Syifa dan Clara tersenyum dan saling berpandangan.
Malam harinya, di kamar,Ria menunggu telvon dari Revan. Setelah beberapa saat menunggu,akhirnya Revan telvon juga. Mereka berbasa-basi sesaat, dan mereka akirnya memutuskan untuk ketemuan keesokan harinya. Dan televon pun putus.
Hari ini Ria dan Revan bertemu di cafe ceria, mereka ngobrol dengan santai,dan beberapa saat saja mereka berdua sudah sangat akrab dan makin dekat.

Malam ini Ardi datang kerumah Ria Ardi nekat ingin mengungkapkan perasaanya kepada Ria,walaupun dia harus mengorbankan persahabatanya. Tok,tok.....terdengar pintu di ketok dan Ria langsung membukanya.
“Ardi....tumben kesini? Wah bawa apa nie? Masuk..!!” Kata Ria.
“Bawa makanan buat kamu pasti laper kan? Lagi bete di rumah jadi kesini aja” Jawab Ardi
“Hemzz donat coklat..enak nich kayaknya..aku makan ya?” Kata Ria senang mendapatkan donat coklat kesukaannya.
“Silahkan..!! Ya aku mau ngomong.. sesuatu.” Ardi memulai berbicara.
“Ngomong aja” Jawab Ria sambil mengunyah donatnya.
“Sebenernyaa........sebenernya aku......
“sebenernya apa Di?”
“Sebenernya aku....aku sa...sa...” Belum sempat Ardi ngomong HP Ria berbunyi dan itu dari Revan. Ardi hanya bisa pasrah..dan karena Ardi udah nggak tahan lagi mendengar Ria dan Revan telvon-telvonnan akhirnya Ardi pamit pulang.
***

Berkali-kali Ria dan Revan jalan bareng, dan suatu hari Revan menyatakan perasaannya kepada Ria di sebuah taman yang sudah di persiapkan Revan sejak awal.
“Ria...aku boleh ngomong sesuatu?” Kata Revan serius.
“Ya boleh lah,ngomong apa?” Jawab Ria serius juga.
“Sbenarnya aku...........aku......aku sayang kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” Kata Revan.
“Apa.....? Kamu sayang aku? Beneran?” Jawab Ria dengan tidak percaya tapi di dalam hati dia seneng juga karena sebenarnya inilah yang di tunggu-tunggu Ria.
“Iya aku sayang sama kamu aku cinta kamu. Kamu mau kan jadi pacarku Ria,aku mohon.” Kata Revan dengan berlutut di depan Ria.
Tanpa basa-basi lagi Ria langsung mengangguk. Dan Revan langsung memeluk Ria.

Dirumah Ria langsung menelevon Ardi dan sobat-sobatnya. Dan yang pertama di televonya adalah Ardi.
“Hallo.” Sapa Ardi di seberang.
“Haloo Ardi sahabatku tersayang. Lagi ngapain nich?” Tanya Ria dengan sangat senang.
“Wah tumben kenapa nich? Kayaknya lagi seneng banget, habis dapat undian ya?” Tanya Ardi.
“Hahahaha....hemzzzz Ardi loe harus tau kenapa gue seneng banget hari ini. Langsung aja ya? Hemzz....Gue jadian sama Revan, gila gue seneng banget.” Kata Ria riang.

Degggg.........spontan jantung Ardi berdetak kenyang,dia shock mendengar perkataan Ria tadi. “Ria jadian sama Revan?” Nggak mungkin. Pikir Ardi.
“Hallo Ardi,loe masih di situ kan?” Tanya Ria yang mulai aneh karena Ardi diam saja.
“Ia Ya aku masih di sini kok. Hm selamat ya Ya moga langgeng aja. Aku ikut seneng.”Kata Ardi
“Makasih Ardi kamu emang sahabat aku yang paling baik. Bye Ardi sampai ketemu besok di sekolah ya?” Ria langsung menutup telvon. Tinggal Ardi yang shock mendengar Ria dan Revan jadian.
Ardi termenung dikamarnya di depan jendela dia bersedih karena cintanya kepada Ria bertepuk sebelah tangan. “Ria kenapa kamu nggak lihat aku di sini? Aku sangat mencintaimu, sangat, sangat mencintaimu kenapa kamu pilih Revan? Apa kurangnya aku Ya?” omel Ardi sendiri. Tak terasa air mata Ardi menetes, air mata kesedihan Ardi.

Setahun sudah berlalu Ria dan Ardi sudah lulus SMA dan mereka lama tidak bertemu karena mereka kuliah di fakultas yang berbeda. Ria masih dengan Revan dan Ardi masih sangat mencintai Ria.
5 tahun kemudian Ardi mendapat undangan pernikahan, dan di dalamnya tertulis nama Andria Karine dan Revan Andika betapa kagetnya Ardi membaca nama yang terpampang di undangan itu, Ria sahabatnya yang dicintainya menikah. Ardi bingung apakah dia harus senang ataupun bersedih. Ardi mendatangi pernikahan Ria dan Revan di lihatnya Ria sangat cantik dengan gaun pengantinnya, disampingnya Revan yang sangat tampan dengan jasnya.”Betapa sangat serasinya mereka.” Kata Ardi dalam hati. “Ria,semoga kamu bahagia selamanya. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu karena aku menyayangimu. Aku rela terluka asalkan kamu bahagia, selamat menempuh hidup baru sahabatku.”
...TAMAT...
  Karya : Elfrida DR

[Continue reading...]

blog cerpen - Aku Ingin Terus Bersamamu

Dikaca, aku melihat wajahku yang siap menuju pesta dansa dengan gaun putih yang indah. Aku sangat senang ke pesta dansa. Dengan dandananku yang “WOW” itu aku pun berangkat ke pesta dansa tersebut.
Namaku Feby, aku memang suka berdansa. Aku sering mengikiti lomba dansa. Sesampainya di pesta dansa itu, aku melihat lilin lilin indah di padukan lagu beralunan lembut yang sangat menyentuh hati. Disaat acara di mulai, semuanya mulai berdansa dengan pasangan dansa nya masing masing. Tapi mala mini aku tidak mendapatkan pasangan dansa. Aku hanya bisa duduk tersenyum melihat yang lain nya berdansa dengan pasangan dansa nya masing masing. Hingga tiba tiba ada seorang laki laki yang memberikan tangan nya kepadaku mengajak dansa. Disitulah pertama kali aku mengenal Rio. Dia pria baik yang pertamakali mengisi hatiku di pandangan pertama. Sejak saat itu aku mulai berteman dengan nya. Rio sangat perhatian denganku. Perhatiannya melebihi sebuah teman.
Dua bulan aku mengenal nya, aku mulai merajut cinta dengan nya. Aku takkan pernah berpisah dengan nya. Semakin lama aku samakin sayang sama Rio. Aku senang mendapatkan perhatian nya. Gak aku sangka sudah dua tahun aku pacaran dengan nya. Dia gak berubah. Rio tetap perhatian denganku. Sampai kapanpun aku percaya Rio pasti akan selalu sayang aku.
Hari hariku semakin indah dengan ada nya Rio. Rio semakin sayang sama aku. Aku harap cinta ku dengan nya akan abadi.
Besok adalah hari ulang tahunku yang ke 16. Aku harap Rio bisa datang. Jika Rio tidak datang rasanya hari istimewaku itu akan terasa hampa. Satu hari sebelum hari ulang tahunku rumahku seperti surga dengan pernak pernik di mana mana. Tapi semua itu biasa aja jika gak ada Rio. Rio bagaikan permata di hatiku. Aku gak mau kehilangan dia.

Keesokan harinya, tepat pukul lima sore aku mulai berdandan bagaikan putrid di istana. Aku berdandan seperti ini bukan karna ini hari ulang tahunku. Tapi karna hari ini Rio akan datang di acara ulang tahunku. Tepat pukul enam sore pesta ulang tahunkupun di mulai. Tapi aku hanya terdiam di depan pagar rumahku. Aku tidak peduli sudah banyak tamu yang datang. Aku hanya menunggu Rio.
Rio tidak kunjung datang. Aku mulai galau menantinya. Aku harap Rio bisa datang di pesta ulang tahunku ini. Aku terus menunggu, menunggu dan menunggu. Dari kejauhan aku melihat setitik cahaya lampu motor. Semakin dekat aku melihat motor Rio yang semakin dekat menuju kemari. Aku sangat senang. Aku kira Rio gak akan datang. Mulai terdengar suara motor Rio semakin keras.

Di hadapanku aku melihat Rio di tabrak mobil. Rio pun terjatuh bersimbah darah. Dan sebuah kado terlempar ke arahku. Kado itu berisi sebuah kalung dan surat kecil bertuliskan………
Selamat ulang tahun ya Feb. Semoga panjang umur. Walau waktu terus berjalan aku akan tetap sayang kamu. Aku hanya bisa kasi kamu kalung ini. semoga kamu suka ya sama kalung ini. I love You.
Kenapa dihari yang istimewa ini Rio harus pergi. Kenapa Tuhan memanggil orang yang paling aku sayangi di dunia ini. Aku ingin terus bersamanya. Tapi sekarang sudah tidak bisa. Rio sudah pergi meninggalkanku tuk selamanya. Aku sudah pasrah. Sekarang aku hanya bisa terdiam dan berdoa agar rio bahagia di sana. Yang pasti aku sayang kamu Rio
I LOVE YOU

Sekarang aku sendirian tanpanya. Aku kesepian, aku hampa tanpanya. Jika bisa ku putar waktu, takkan ku biarkan Rio pergi. HAri hariku selalu di warnai dengan air mata, tidak seperti dulu. Dulu aku selalu bahagia bersama Rio. Sekarang dia udah gak ada disini, disini bersamaku. Aku selalu berharap dia kembali. Jika Tuhan tak mengijinkan Rio kembali mungkin aku gak bisa hidup lebih lama di dunia ini. Semoga kamu tetap inget aku ya di sana. Aku gak pa pa sendirian di sini. Yang penting kamu bahagia di sana.

Sudah satu tahun aku jalani hidup tanpa Rio. Walau Rio udah gak ada di dunia ini, tapi Rio masih ada di hatiku. Aku yakin gak bakal ada oang yang bisa ngegantiin posisi Rio di hatiku.
Hari ini adalah hari ualng tahunku yang ke 17 dan hariini juga hari kepergian Rio. Di hari ulang tahunku ini aku gak berdandan secantik dulu. Aku tau Rio udah gak ada. Andai Rio ada disini pasti pesta ini pasti terasa indah. Karena acara ini aku gak bisa mengunjungi makam Rio. Akupun memilih kabur dari rumah meninggalkan acara ulangtahunku. Aku menuju makam Rio. Aku terus menatapi makam Rio sambil sekali kali meneteskan air mata.
Rio Andai kamu ada disini pasti aku akan senang. Aku akan tetap sayang kamu Rio. Walau kamu udah gak ada di sisiku lagi, aku bakal tetap sayang kamu kok. Dan aku harap kamu juga sayang aku di sana. Aku sayang kamu Rio.
I LOVE YOU

Disitu, diatas makam Rio aku tertidur untuk selama lamanya meninggalkan semua orang yang aku cintai. Tapi aku senang, di sana aku bisa ketemu Rio dan cinta ku akan ABADI tuk selamalamanya.
***TAMAT***

Karya : Monica Sucianto
[Continue reading...]

Minggu, 29 Desember 2013

Blog cerpen - Maafkan aku Ayah

Perlahan kuarahkan badan yang dari tadi memintaku ke tempat ini. Tempat dimana terdapat sepetak ruangan yang terhiasi foto sesosok perempuan berhijab putih. Senyumnya yang menawan terlihat begitu mempesona dibaluti wajah yang bercahaya.
“Hallo bunda” tanyaku ke arah foto itu sambil mengusap lalu mencium foto itu.
“Bunda, hari ini hari pertamaku sekolah di SMA bunda tau? Aku punya banyak teman baru, rasanya senang sekali bunda. Besok juga hari ulang tahunku hari dimana aku dilahirkan dari rahimmu 16 tahun yang lalu” lirihku pelan. Ada yang aneh saat aku melihat foto bunda rasanya aku merasakan kerinduan yang mendalam.
Tidak jauh dari foto itu terdapat sebuah kasur kecil.
“oh kamarku” sambil kuhempaskan badan ke kasur itu, panjang kasur itu kira-kira hanya sampai betis kedua kakiku bahkan lebarnya hanya cukup untuk dua orang itu pun ukuran satu orang dewasa dan seorang anak kecil seperti dulu waktu aku tidur selalu ditemani bunda tepat di kasur ini. Aku pun terlelap sampai pagi hari.
Pagi harinya di ruang makan, ayah telah menungguku untuk sarapan pagi.
“Bagaimana del sekolahmu kemarin?” Tanyanya lembut.
“Menyenangkan sekali ayah, aku juga sudah menceritakan semuanya pada bunda. Oh iya ayah, Bunda masih tidur?” tanyaku sambil melirik kamar bunda.
Aku melihat jelas ayah memalingkan muka dariku dan aku tahu ayah menangis tapi ayah tidak ingin aku mengetahuinya. Aku benar-benar kebingungan kenapa saat ku tanya mengenai bunda ayah malah menagis, mungkin ayah sedang ada masalah dengan bunda pikirku.
Ayah pun kembali melihat ke arahku, tangan ayah mulai merangkulku dia memeluku erat tapi lirihan tangisannya masih terdengar.
“Deeel, kenapa dela?” perkataannya semakin membingungkan. Entah kenapa
melihat ayah seperti itu, aku seperti mengingat sesuatu yang pernah terjadi, sesuatu yang membuat ayah dan aku sakit. tapi kejadian apa itu?
“ayo del berangkat sekolah” suara ayah pelan tangannya terasa gemetaran saat melepaskan pelukannya tadi, aku pun bergegas menuju mobil.
Sepanjang jalan aku hanya memperhatikan ayah menyetir sesekali ayah menengok ke arahku lalu dia tersenyum. Tapi senyumnya seperti sedang menyuratkan kalau ayah sedang terluka. kenapa ayaah? ada apa ini ayah? teriak batinku.
Setiba di kelas aku masih merenungkan sikap ayah tadi hampir berapa pelajaran yang tidak aku perhatikan. Waktuku hanya kupakai untuk melamun sambil memutar-mutarkan pulpenku hinggga akhirnya lamunanku buyar saat mendengar bel di jam terakhir pelajaran.
Sambil berjalan pulang aku memutuskan untuk menelpon bunda. Tapi bunda tidak mengangkatnya, aku telpon lagi dan lagi tapi jawabannya tetap sama hanya bunyi “tut tut tut” yang terdengar. bunda kenapa bunda?” gumamku.
Sesampainya di rumah, aku langsung pergi ke kamar bunda tapi bunda tidak ada. Langsung saja aku pergi ke kamarku, rasanya aku sedang dipermainkan oleh tingkah laku ayah dan bunda. “braak” kubuka pintu kamarku dan ternyata bunda ada disana, duduk di kasur itu sambil tersenyum. Aku langsung menghampiri bunda “bunda kemana saja? bunda kenapa tidak mengangkat telponku? bunda, ada apa dengan bunda dan ayah?” kataku gelisah, tapi bunda tidak menjawabnya bunda hanya duduk dan tersenyum dari tadi. Kedua tanganku sudah gatal ingin memeluk bunda perlahan tanganku kuarahkan ke arah bunda. Tiba-tiba telpon rumah berbunyi tanganku batal memeluk bunda. “biar aku yang mengangkatnya bun, bunda tunggu disini sebentar yah” lagi-lagi bunda hanya diam.
“Hallo del, ini ayah. nanti pulang dari kantor, ayah akan menjeput kamu. kamu siap-siap yah ayah mau ngajak kamu ke teman ayah” ternyata itu telpon dari ayah.
“oh iyah. Tapi ayah bunda diajak atau tidak? di kamar ada bunda” jawabku.
“del, sabar yah del kamu pasti sembuh”
“sabar apa ayah? sembuh? aku tidak sakit kok yah”
Tak terdengar lagi jawaban ayah, ayah sudah menutup telponnya. pembicaraan ayah membuatku bingung, aku memperhatikan gagang telepon sambil menghentak-hentakan kaki ke lantai “aneh, ada yang aneh”. Hentakan kakiku kuhentikan aku teringat bunda, aku langsung berlari ke kamar dan tenyata bunda sudah tidak ada, aku cari ke sekitar rumah hasilnya tetap tidak ada, “bunda pergi lagi” bisiku sedih. Perasaanku kali ini benar-benar diambang kebingungan bukan hanya bingung rasanya aku ingin sekali marah pada ayah dan bunda.
Kutunggu ayah di depan rumah, terdengar dari jauh suara klakson ayah. Ayah melambaikan tangannya ke arahku, aku pun menghampirinya. Sekitar 5 menit semenjak berangkat ayah hanya diam tangannya sibuk membulak-balik setir”. Ayah, aku tadi ketemu bunda tapi kok bunda diam saja ya yah. Ayah apa bunda marah sama ayah? ayah, bunda…” tak sempat kuteruskan, lagi-lagi ayah menangis, mobilnya dihentikan tiba-tiba. Ayah melihat ke arahku tajam seperti orang yang akan marah, tapi ayah malah menangis lagi lalu melanjutkan laju mobilnya tapi bukan lagi ke arah depan melainkan balik lagi ke arah pulang. Ayah bilang besok saja ke rumah teman ayahnya.
Malam ini pun menjadi malam yang paling kubenci rasanya alam seperti sedang menertawakan apa yang sedang kualami, aku sendiri. bunda aku rindu, bibirku tak henti-hentinya mencium foto bunda. rasanya aku sudah tidak kuat, kulihat ada seseorang yang sedang memperhatikanku di luar jendela dan oh itu bunda, segera aku keluar dan menghampiri bunda.
Seperti biasa bunda hanya diam berdiri dan tersenyum tapi kali ini bunda menggenggam tanganku, tangisku pun pecah rasanya rasa rinduku tersampaikan. kami pun tersenyum bersama.
Di balik pintu aku melihat ayah melihat ke arahku dengan pandangan aneh, kemudian ayah menangis lagi ayah pun pergi dari pintu masuk ke dalam. Aku menghela nafas “bunda ayo masuk ayah menangis lagi bunda” kataku pada bunda. Seperti biasa bunda hanya diam. “Kalau bunda tidak mau masuk rumah, bunda masuk ke kamar saja lewat jendela” bunda hanya tersenyum. “aku masuk bunda” izinku kepada bunda. Aku pun pergi ke dalam rumah, baru sampai pintu aku melirik ke arah bunda tapi bunda sudah tidak ada, aku berfikir bahwa bunda takut terhadap ayah.
Aku masuk ke kamar ayah, ayah sedang duduk di kasur tangisannya kini tidak disembunyikan dariku, aku usap dengan jariku air yang keluar dari mata ayah itu. Aku menunggu sampai air mata ayah tak menetes setetes pun. “Ayah, ayah kenapa menangis terus? di luar ada bunda. Aku ingin ayah mengajaknya masuk ke dalam yah, kasihan bunda” mohonku kepada ayah. Mata ayah kini terbelalak “Della sudah cukup! di luar tidak ada siapa-siapa hapus bunda dari bayanganmu Della” teriak ayah. Aku terluka dengan perkataan ayah, ayah sudah tidak menganggap bunda. Bagaimana bisa ayah menyuruhku melupakan bunda? sosok paling sempurna? Aku keluar dari kamar ayah tanpa mengatakan sepatah kata pun, perkataan ayah tadi membuatku jadi benci dengan ayah”. Del, maafkan ayah del, ayah hanya..”. “bruuk” aku langsung menutup pintu kamarku keras tanpa menghiraukan ayah yang sedang berbicara padaku.
Aku menangis sejadinya, aku dibuat bingung oleh ayah lalu aku dibuat sakit juga oleh ayah. Bunda datang ke arahku lalu tidur di sampingku tapi ada yang berbeda kali ini, bunda datang tanpa senyuman bunda hanya diam dan menatapku sedih sepertinya bunda tidak menyukai sikap kerasku tadi pada ayah.
Pagi pun datang, Bunda hilang saat aku membuka mataku. Aku bersiap memakai seragam lalu pergi ke ruang tamu. Di ruang tamu ayah sedang makan lalu memandangku tapi ayah tidak berkata apa-apa. “Ayah, kenapa sikap ayah jadi begitu sama bunda? dulu ayah saungat menyayangi bunda begitu pun bunda. Buktinya tadi malam bunda sedih melihat aku bersikap seperti itu terhadap ayah? Bicaraku panjang.
“Bunda? Dimana kamu bertemu bunda? Dimana? Sudah ayah bilang jangan dipikirkan lagi del!” suara ayah keras.
“Ayah ada apa dengan ayah? Aku benci ayah! Aku benci. Tega sekali seorang ayah memisahkan anak dari bundanya”. Bentakku terhadap ayah “cukup dela, sekarang kamu tidak usah sekolah dulu, kamu harus bertemu dengan teman ayah” belum sempat aku menjawabnya tanganku sudah dipegang erat oleh ayah sampai ke mobil. Kali ini ayah benar-benar sedang marah. “aku benci ayah, aku benci ayah” ucapku sepanjang perjalan. Ayah hanya diam terlihat matanya berkaca-kaca tangannya gemetaran.
Akhirnya aku sampai di teman ayah “kenalkan del, ini om Jason teman ayah” aku melihat tanda pengenalnya yang tergantung di jasnya dan ternyata dia seorang psikiater. “Tapi kenapa ayah membawaku kesini” komentar batinku. Ayah meninggalkanku sendiri lalu aku duduk di kursi nyaman ini tempat duduku berhadapan dengan tempat duduk om Jason dan di tengah ada meja persis seperti pasien yang sedang berkonsultasi dengan psikiater karena ada sedikit gangguan jiwa.
“Della, kamu baik-baik saja kan”
“seperti yang om lihat aku sangat baik om”
“Bagaimana dengan ayah dan bundamu Del?”
“mereka baik juga om”
“om kan sudah bertemu ayah jadi tau keadaan ayahmu, tapi kabar bundamu bagaimana del?”
“bunda juga baik kok om”
“memangnya kapan terakhir kamu ketemu bunda? Bagaimana bundamu sekarang?”
“dia baik om” jawabku ketus karena menanyakan bunda terus.
“apa kamu sering ngobrol sama bunda, apa kamu ketemu bunda ketika kamu sedang menghayal?”
Aku tersinggung dengan perkataan om Jason, dia kira aku bertemu bunda hanya hayalan saja. Aku keluar ruangan tanpa pamit, di jalan aku teringat pertanyaan om Jason tadi kalau aku bertemu bunda ketika aku sedang menghayal saja. Aku merasa itu sedikit benar, tapi mungkin juga itu kebetulan saja bunda datang ketika aku sedang mengahayal, pikirku.
Di luar ayah menghentikanku yang berusaha menuju mobil “Della, tunggu della! Kamu harus konsul sama om Jason agar kamu cepat sembuh dell” teriak ayah dari kejauhan. “konsul? Aku tidak gila ayah, Aku waras ayah. Mulai sekarang aku tidak ingin jadi anak ayah lagi setelah ayah menyuruhku melupakan bunda kini ayah malah menganggapku gila. Aku benci ayah” jawabku gemetaran. Air mataku turun aku berlari ke jalan. Ayah berusaha mengejarku sambil berkali-kali meminta maaf kepadaku. Tapi aku sudah tidak sudi untuk menolehnya. Tiba-tiba terlihat mobil di depanku dan “braaak” mobil itu menabrak. Pengelihatanku buyar.
“tet, tet, tet” suara alat yang tergantung di sampingku terdengar menakutkan. Perlahan aku buka mataku, sedikit sakit. Ini bukan di rumah, ini di rumah sakit. Tapi tubuhku berada di sofa bukan di kasur pasien. Kepalaku menoleh ke arah pintu lalu ke arah kasur. Dan, ayah? Ayah sedang terbujur kaku di kasur itu kepalanya penuh perban. Selang terlilit dimana-mana. Ternyata tadi itu yang tertabrak mobil adalah ayah, ayah yang menolong aku saat itu. “Ayaaah” ucapku penuh penyesalan. Aku langsung menghampirinya, tangannya terasa dingin aku memeluknya tapi matanya tetap tidak terbuka.
Di saat seperti ini bunda tidak ada, rasanya aku ingin pergi ke tempat tinggi, dan benar saja sekarang aku sudah berhasil ada di gedung tertinggi di rumah sakit itu aku memutuskan untuk loncat dari sana. Dan kali ini pkiranku digenggam setan. Selangkah, dua langkah, selangkah lagi aku mungkin sudah menjadi mayat. Tapi langkahku ketiga terhenti oleh bayang-bayang ayah yang terbujur kaku di rumah sakit. Aku mengurungkan niatku untuk melakukan hal yang paling bodoh itu. Aku tatap awan itu lalu aku diingatkan oleh kebersamaan keluarga kecil kita ayah sangat menyayangi bunda. Kami tertawa bersama saat memberi kejutan di hari ulang tahun bunda. Nostalgiaku terhenti saat ingat perkataan ayah tentang aku harus bisa melupakan bunda, lalu beralih ke bunda yang setiap bertemu hanya diam dan yang terakhir pikiranku mengarah ke om Jason yang mengatakan kalau aku pasti sedang menghayal setiap kali bertemu bunda. “Ada yang tidak beres” sangkaanku.
Saat itu juga aku memutuskan untuk ke rumah om Jason. Sesampainya di rumah om Jason aku langsung menanyakan ada apa dengan semua ini.
“kamu sudah siap mendengar kebenarannya della” tanya om Jason.
“katakan, katakan sekarang!” jawabku sedikit emosi.
“Della, sebenarnya bunda kamu sudah meninggal sehari sebelum hari pertama sekolah SMA kamu. Bunda sakit dell, hanya saja kamu tidak akan ingat karena kamu mempunyai sedikit trauma (trauma ditinggalkan orang yang disayang) dan trauma itu yang menyebabkan kamu tidak ingat bahwa bunda sudah tiada. Trauma itu akan sembuh jika kamu sudah ingat dan salah satu orang yang melarang untuk memberitahumu adalah ayahmu. Dia tidak ingin melihat kamu terluka atas kenyataan bahwa bunda sudah meninggal. Dia berusaha mati-matian agar kamu tahu hal ini dengan sendirinya tanpa diberitahu orang lain. Dia ayah yang luar biasa dell”.
“Braaak” badanku tumbang ke lantai. Batinku hancur gemuruh emosi bergejolak di jiwa. Aku menyesal bertingkah laku seperti itu kepada ayah. Hati rasanya tertancap bambu paling runcing saat tau bunda sudah tiada.
Aku berlari secepatnya ke rumah sakit. Dan Ya Tuhan…
Badan ayah sudah ditutupi kain putih. Senyuman terakhir di mobil, pelukan terakhir di ruang tamu bahkan genggaman terakhir saat aku diseret ke mobil tak pantas rasanya ku dapatkan karena saat itu aku malah membalas dengan bantingan keras pintu kamar saat ayah meminta maaf, lalu saat aku mengatakan bahwa aku benci ayah, dan terakhir kali ketika ayah mengejarku sambil meminta maaf yang tak kuhiraukan sama sekali. Tuhaan ambil saja aku! jangan dia, seorang ayah paling sempurna.
Ayah, gagahnya ombak laut tak segagah ayah ketika sedang menjagaku.
Tegarnya para pahlawan menghadapi lawan, tak setegar ayah saat menghadapi aku yang berkali-kali mengatakan kata benci kepadamu ayah.
Sempurnanya para pujangga menyairkan sajak-sajak puisi tak sesempurna tanganmu ketika siap merangkulku saat aku diasingkan oleh dunia.
Ribuan kata cinta yang kuucapkan sekarang biar menjadi saksi bahwa aku menyesal yah.
Aku sayang padamu Bunda
Dan Ayah…
“Maafkan aku ayah”

Cerpen Karangan: Rida Rizki 
[Continue reading...]

Blogcerpen - Laki-Laki di Toko Bunga





Laki-laki itu lagi!
Dadanya berdebar-debar.
Joanna lupa berapa kali sudah laki-laki itu datang ke toko ini, toko yang menjual bunga dimana ia bekerja. Yang ia ingat, laki-laki itu selalu hanya datang, melihat-lihat dan bertanya. Itu saja. Tapi tak membeli apa-apa.
Seperti yang seharusnya dilakukannya, ia sudah menyambut dengan cara terbaik pada setiap orang yang datang. Ia pun melakukannya pada laki-laki itu. Memperlihatkan wajah terbuka, senyum keramahan penuh rasa hormat, menemaninya melihat-lihat dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang bunga. Ia melakukannya pada mungkin ratusan orang yang telah datang, dan ia senang hati melakukannya. Ia sudah terbiasa sejak bekerja disana, dan ia merasa begitulah seharusnya orang yang melakukan pekerjaan menjual. Seringkali orang menjadi semakin ingin membeli ketika ia menemukan sesuatu yang diinginkan atau sesuatu yang dibutuhkan mendapat penghargaan dari seseorang yang menjualnya, yang mampu membuat kesan sesuatu itu sedemikian bernilai dimana ia memang pantas membelinya, dan begitulah seharusnya. Keinginan akan menjadi semakin kuat ketika ia menemukan penghargaan pada dirinya, tulus dari seseorang yang menjualnya.
Semua orang yang datang membeli bunga pada akhirnya, tapi tidak dengan laki-laki itu. Ia hanya datang dan datang saja. Mula-mula Joanna berpikir tentang apa yang mungkin belum dilakukannya yang bisa membuat laki-laki itu kemudian memutuskan untuk membeli bunga.
‘Aku sudah melakukannya, dan tak pernah gagal pada orang lainnya.’ Demikian ia menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri.
Ia berkesimpulan, laki-laki itu barangkali tak punya cukup uang, atau mungkin ia belum terbiasa membeli bunga untuk sesuatu, tapi ia ingin mencobanya. Atau, ia memang datang bukan untuk membeli bunga. Lalu untuk apa? Untuk membuatnya merasa sia-sia saja melakukan pekerjaannya menjual bunga dengan cara terbaik?
Beberapa waktu sebelumnya ketika ia tak juga menemukan jawaban tentang pertanyaannya sendiri mengenai apa sebenarnya keinginan laki-laki itu, selalu datang tapi tak membeli apa-apa, ia mulai merasa kesal.
Siang ini Joanna sudah merasa kesal begitu ia menangkap bayangan laki-laki itu memasuki pintu, berjalan tenang dengan kedua tangan dimasukkannya ke dalam saku jaket seperti biasa dan kembali berkeliling melihat-lihat.
“Boleh saya bertanya?” Joanna mendekat. Ia menahan rasa kesal yang sejenak sudah terbit dan menyembunyikannya di balik senyum ramahnya seperti biasa. Untuk pertama kalinya ia sadar bahwa ia tak mengulas senyum dengan setulusnya pada tamu di toko bunga ini.
“Silakan.” Sahut laki-laki itu. Seperti biasa, datar dan tanpa ekspresi apapun.
“Apa yang sebenarnya anda inginkan datang ke sini?”
“Saya ingin membeli bunga.” Jawab laki-laki itu tenang dengan suara tanpa tekanan.
Membeli bunga katanya? Apakah ia lupa bahwa ia selalu hanya merepotkanku dalam setiap kedatangannya?
“Anda belum membelinya sejak pertama kali anda datang.” Kata Joanna. Ia ingin laki-laki di depannya tak melupakan hal itu. Perkataannya mungkin akan melukai perasaan laki-laki itu, tapi ia tak ingin merasa bersalah karena mengucapkannya. Laki-laki itu harus tahu.
“Saya akan membelinya pada saat yang tepat.”
Jawaban aneh, pikir Joanna. Seharusnya ia tahu kapan saat yang tepat. Untuk apa ia datang jika ia tahu saatnya belum tepat.
“Saya berharap sekarang ini adalah saat yang tepat!” Kata Joanna. Ia mencoba membicarakan kemungkinan-kemungkinan baik untuk mengurangi kekesalan dalam hatinya yang terus berduyun-duyun.
Laki-laki itu menggeleng. Joanna menghela nafas, sia-sia ia menahan dirinya. Laki-laki itu tak seperti kelihatannya, tenang, tapi membuatnya kesal.
“Setiap saat adalah saat yang tepat, tapi saya merasa akan sia-sia saja.” ujar laki-laki itu lagi.
Kenapa kau tak keluar saja, menjauh dari toko ini? Apa kau tak tahu kau mulai membuatku merasa kesal? Aku mengerahkan segala rasa hormat tapi kau menukarnya dengan kata-kata aneh, kau pikir itu kata-kata yang bagus? Kata-kata yang menyenangkan menurutmu? Kau tahu, itu konyol sama sekali!
“Sia-sia? Anda yakin akan sia-sia saja?”
“Benar! Kadang saya memutuskan untuk mengirim padanya bunga, agar ia tahu saya memiliki mimpi untuk memiliki hatinya.” Kata laki-laki itu tepat pada saat Joanna beringsut dan memutuskan untuk membiarkan saja laki-laki itu sampai ia bosan sendiri dan melangkah keluar dari toko ini. “Tapi saya merasa akan sia-sia saja!”
Langkah Joanna terhenti oleh kata-kata itu.
“Bukankah menundanya akan membuat mimpi anda lebih sia-sia? Tentu tak hanya anda seorang yang memiliki mimpi untuk memiliki hati seseorang itu bukan?” Joanna mencoba memberinya gambaran, agar laki-laki itu segera berkeputusan. Membeli bunga atau tidak, ia tak peduli lagi.
Tapi, berhentilah membuatku kesal, orang lain yang datang nanti akan ikut merasakan kekesalanku, mereka akan mendapat kesan tak baik, dan itu tak baik untuk toko ini.
“Ya!”
“Bagi saya tak menjadi masalah kalau pun anda tak jadi membeli bunga, tapi mungkin akan menjadi masalah bagi mimpi anda. Bukan tentang bunga, tapi tentang memberitahu mimpi anda padanya. Anda tak harus mengungkapkannya dengan bunga jika anda memang tak ingin membelinya!”
“Saya pertama kali melihatnya sungguh terkesan, saya tak percaya tentang cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin baru melihat saja seseorang bisa jatuh cinta! Tapi saya mengalaminya, saya memikirkannya dan setiap hari saya pergi ke tempat di mana pertama kali saya bertemu dengannya.” Laki-laki itu bercerita.
“Sebaiknya temui saja seseorang itu, menceritakannya pada saya akan sia-sia saja!” Sahut Joanna. “Saya mungkin bisa membantu kalau anda bertanya tentang bunga apa yang paling tepat untuk anda beli dan anda gunakan untuk mengungkapkan cinta pada pandangan pertama anda pada seseorang itu!”
“Bunga apa yang paling tepat menurutmu?”
“Saya sudah memberitahu pada anda sebelumnya bukan? Anda akan menanyakannya itu terus menerus sedangkan anda sama sekali tak membelinya?”
“Maafkan saya, tapi saya akan membelinya suatu saat, saya tak tahu kapan persisnya, tapi saya akan membelinya dan memberikan padanya.” Kata laki-laki itu. “Saat itu adalah saat yang tepat dan itu tak akan sia-sia!”
“Saran saya adalah, jangan terlalu lama menundanya, meskipun tanpa menundanya sekalipun bukan berarti mimpi akan pasti tergenggam. Tapi setidaknya anda tak terlambat! Anda takkan bisa melakukan apa-apa lagi jika seseorang itu telah dimiliki orang lain!”
“Saya tak terlalu berharap dengan mimpi itu, tapi saya ingin memberitahunya tentang mimpi itu sendiri pada saat yang tepat, agar saya tak membuatnya sia-sia!”
“Saya tak mengerti maksud anda!” Joanna mulai tidak sabar. Kata-kata laki-laki itu tak masuk akal. Rasanya laki-laki itu tak berani untuk mendekati seseorang yang telah membuatnya jatuh cinta. Ia hanya kebingungan dengan keinginannya.
“Maaf, telah membuat ketidaknyamanan di sini. Ketika semuanya sudah tak mungkin, saya tak akan melakukannya. Tapi percayalah, saya akan membeli bunga suatu ketika!” Laki-laki itu mengangguk sedikit, lalu berbalik dan berjalan menuju pintu, lalu keluar.
Terserah, kau mau membelinya atau tidak! Lebih baik kalau kau tak datang lagi! Batin Joanna memekik menumpahkan kekesalannya. Ia lalu menghampiri kursi dan duduk.
Selama berhari-hari Joanna kehilangan semangat untuk bekerja. Laki-laki itu pasti akan datang dan datang lagi. Berbicara tak keruan dan membuat suasana jauh dari menyenangkan seperti pada saat laki-laki belum datang.
Tapi sejak kedatangan terakhir yang membuatnya sangat kesal, laki-laki itu belum datang lagi. Sedikitnya Joanna merasa senang, orang-orang yang datang membeli bunga untuk bermacam keperluan mereka semuanya menyenangkan dan ia melayaninya dengan senang hati.
Hingga terlewat waktu sebulan, laki-laki itu tak datang lagi. Joanna lega, meski kadang ketika siang datang ia masih takut laki-laki itu akan datang lagi.
“Selamat siang, mau membeli bunga apa?” Joanna bertanya pada seorang perempuan cantik yang baru saja masuk dan melihat-lihat bunga-bunga yang dipajang. Perempuan itu tersenyum padanya. Senyumnya manis sekali.
“Saya ingin sekali membeli mawar ini!” Sahut perempuan cantik itu menunjuk setangkai mawar merah.
“Pasti anda akan memberikannya pada suami atau pacar anda.” Kata Joanna disertai senyum untuk menyenangkan hati pembelinya.
Perempuan cantik itu tertawa kecil.
“Anda selalu tahu!” Katanya sambil mengerling pada Joanna dan tetap dengan senyumnya. “Tapi, sebelumnya saya ingin sekali bertanya, mungkin anda tahu, atau ingat sesuatu!”
“Dengan senang hati, kalau saya tahu, atau ingat sesuatu yang anda maksud.” Sahut Joanna. Ia menyodorkan sebuah kursi plastik pada perempuan cantik itu.
“Silakan duduk!”
“Terima kasih!”
Perempuan cantik itu lalu duduk. Joanna mengambil kursi berbeda dan kini mereka duduk berhadapan.
“Apakah pernah ada seorang laki-laki datang ke sini? Maksud saya dia masih muda dan hampir setiap hari datang ke sini?” Tanya perempuan cantik itu. Joanna berusaha menyembunyikan ekspresinya yang terkejut sebenarnya. Semoga laki-laki yang dimaksud perempuan cantik itu bukan laki-laki menyebalkan itu. Ia baru beberapa hari bisa tenang dan menemukan kembali mood-nya bekerja setelah selalu merasa terganggu oleh kedatangan laki-laki itu.
“Saya tak tahu siapa yang anda maksudkan, tapi mungkin saya bisa mengingat orang-orang yang sering datang ke sini.” Kata Joanna.
“Dia bercerita bahwa dia setiap hari datang ke sini, tapi ia tak membeli bunga, hanya melihat-lihat saja!”
Benar, dia menanyakan laki-laki itu. Ada apa dengan perempuan cantik itu?
Hei, mungkin ini seseorang yang dimaksud laki-laki itu? Seorang perempuan cantik yang telah membuat laki-laki itu jatuh cinta tepat pada pandangan pertama? Ia mengerti sekarang, mungkin laki-laki itu telah berhasil mendekati seseorang itu, ya, perempuan cantik ini!
Artinya laki-laki itu takkan merepotkannya lagi hanya karena kebingungannya sendiri. Mungkin ia memikirkan kata-kataku dan sekarang telah berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Mungkin laki-laki itu bercerita pada perempuan cantik ini betapa selama berhari-hari ia kebingungan di toko bunga. Pasti lucu sekali.
“Saya tak tahu persis, tapi apakah anda menanyakan seorang laki-laki yang mengenakan jaket baseball dan berambut agak panjang?” Tanya Joanna.
Perempuan itu mengangguk dan tersenyum. Di mata Joanna perempuan cantik itu terlihat senang sekali. Tentu sebuah kisah luar biasa tengah mulai mereka jalin saat ini.
“Ya, benar sekali! Ia memang sering datang kemari kira-kira dua atau tiga bulan lalu?” Wajah perempuan cantik itu sepertinya ingin sekali tahu. Mungkin perempuan itu ingin bersenang-senang dengan cerita tentang laki-laki yang memujanya dariku? Tentang yang dilakukannya di sini selama ini?
“Maafkan saya!” Ujar Joanna. “Di hari terakhir dia datang, saya merasa sangat kesal. Karena dia hanya selalu bertanya atau bercerita saja. Saya harus mengakui bahwa saya terganggu sebenarnya. Saya berusaha melayaninya dengan baik, tapi saya merasa dia sangat merepotkan saya. Kadang saya memang tak selalu bisa berhasil menghadapi setiap orang yang datang ke sini.”
Perempuan cantik itu tersenyum.
“Maaf soal sikap saya ini.” Kata Joanna.
“Tak apa. Saya sangat bisa mengerti, terkadang begitulah seseorang yang jatuh cinta, sulit untuk tak berbuat bodoh.” Sekali lagi perempuan cantik itu tersenyum. “Anda tahu, itu tak mudah baginya. Membuat anda merasa tidak nyaman bukan keinginannya, tapi itu bukan tanpa alasan.” Kata perempuan cantik. Joanna menyembunyikan kebingungannya akan kata-kata perempuan cantik itu yang sama sekali tak dimengertinya.
“Dia akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkannya pada anda?” Tanya Joanna.
“Maaf, maksud anda?” Perempuan cantik itu balas bertanya.
“Dia bercerita tentang cinta pada pandangan pertama, tentang mimpinya untuk memiliki hati seseorang. Ia ingin mengirim bunga pada anda, tapi ia tak tahu kapan saat yang tepat. Menurut saya mungkin dia tak cukup memiliki keberanian untuk mendekati anda dan mengungkapkan semuanya.” Ujar Joanna. “Melihat anda, saya bisa mengerti kenapa bisa begitu. Saya pikir mendekati wanita secantik anda membutuhkan keberanian bagi seorang laki-laki.”
“Mendekati saya?” Perempuan cantik itu tampak keheranan.
“Saya pikir seseorang yang diceritakannya itu anda, bukan begitu?” Joanna menegaskan.
“Sebenarnya tidak!” Perempuan cantik itu membetulkan kembali posisi duduknya. “Begini, saya datang memang ingin menceritakan sesuatu tentang dia.”
Menceritakan sesuatu tantang dia padaku? Untuk apa? Joanna merasa perempuan di depannya itu aneh.
“Maaf, saya tak tahu, tapi, apakah itu penting untuk saya?”
“Ini memang tentang anda!” Jawab perempuan cantik.
“Tentang saya?”
Perempuan itu mengangguk. Joanna merasa keheranan. Apa maksud perempuan cantik itu sebenarnya. Ia tiba-tiba merasa tak nyaman.
“Saya tak memiliki urusan apa-apa dengan dia, bagaimana mungkin tiba-tiba anda berbicara mengenai saya. Saya pikir ini tentang anda dan dia!”
“Ini memang tentang anda. Laki-laki itu membicarakan tentang seseorang dan sebenarnya, seseorang itu adalah anda!”
“Saya?”
Kembali perempuan cantik itu mengangguk.
“Tidak mungkin!” Sahut Joanna. “Anda salah orang!”
“Tidak mungkin saya salah!” Kata perempuan cantik. “Ini toko bunga Andalusia Florist, bukan?”
“Ya, benar!”
“Maaf, mungkin ini adalah sesuatu yang konyol. Pada mulanya saya juga menganggapnya begitu ketika dia mulai bercerita tentang seorang gadis di toko bunga Andalusia Florist.”
Joanna merasakan dadanya berdesir-desir mendengar ucapan perempuan cantik itu. ia benar-benar merasa tak nyaman sekarang. Dulu laki-laki menyebalkan, sekarang seorang perempuan cantik yang aneh. Apakah mereka memang ingin bergantian untuk membuatku kesal?
“Maaf, tapi saya benar-benar tidak mengerti!” Joanna mulai berpikir lebih baik jika perempuan itu pergi saja. Tak membeli bunga bukanlah sebuah masalah besar bagi toko ini, tapi membeli satu bunga dan meninggalkan kegelisahan jelas suatu masalah.
“Laki-laki itu adalah kakak saya!” Perempuan cantik itu menatap Joanna lekat-lekat. “Dia bercerita bahwa suatu hari dia melintas di depan toko ini dan melihat anda sedang menata bunga di luar. Dia mengatakan tak bisa menahan diri untuk datang setiap siang ketika beristirahat, karena dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anda!”
Jelas sekarang, ia salah menduga. Tapi Joanna merasa malas untuk berpikir, kecuali satu kesimpulan saja bahwa laki-laki itu memang aneh, laki-laki pengecut. Ia tak menyesal dengan rasa kesal padanya. Pasti ia seorang pecundang yang selalu banyak alasan.
Sekarang ia menyuruh adiknya untuk mendekatiku? Laki-laki macam apa itu? Joanna berjanji dalam hatinya sendiri akan membiarkannya kalau ia datang lagi kesini. Kapanpun, besok, atau lusa, atau… terserah!
“Saya rasa, saya harus kembali bekerja!” Kata Joanna akhirnya. Perempuan itu mencegahnya berdiri dengan memegang tangannya.
“Maaf kalau anda mendapat kesan kurang menyenangkan dari kakak saya.” Kata perempuan cantik.
“Anda selalu menolong kakak anda kalau ia ingin mendekati seseorang?” Tanya Joanna sedikit sinis. Sulit dipercaya seorang laki-laki menyuruh adik perempuannya untuk mendekati seorang gadis yang dimimpinya.
“Kakak saya telah divonis dokter bahwa umurnya mungkin tak lama lagi. Saat itu ia masih kuliah. Tapi entahlah, vonis dokter kadang bisa kebetulan sama dengan apa yang digariskan Tuhan melalui takdirnya, tapi seringkali salah! Kakak saya ternyata bertahan sampai ia bekerja, ia membiayai kuliah saya, dan dia sendiri kuliah lagi. Kanker otak yang menghantuinya tak membuat semangatnya bekerja hilang. Ia bahkan terlampau bersemangat, dan seringkali ia lupa bahwa ia mengidap penyakit mematikan dan semestinya dia juga memperhatikan dirinya.” Perempuan itu bercerita. Joanna mendengarkannya setengah hati saja. Apa yang menarik dari cerita itu? Drama yang sudah sering didengarnya.
“Penyakit itu tak mampu menggerogoti juga semangat hidupnya. Tapi tentang cinta, penyakit itu membuat penderitaan lain baginya.”
Perempuan itu diam sejenak. Memandangi Joanna mencari-cari sesuatu. Apa yang dia cari? Kau akan menemukan tumpukan kekesalanku!
“Jika membicarakan tentang masa depan, seakan ia akan hidup jauh lebih lama dari orang lain yang sehat sekalipun. Tapi ketika membicarakan tentang cinta, ia terlihat seperti seseorang yang benar-benar tak punya harapan hidup lagi. Ya, penyakit itu membuat ia memilih meninggalkan kekasihnya.”
Joanna memilih diam mendengar lanjutan cerita tentang laki-laki itu. Baginya perempuan itu tak lebih dari seseorang yang tengah mempromosikan sesuatu. Tepatnya sesuatu yang dramatis. Barangkali untuk menarik simpatinya, atau, ah! Orang selalu memiliki akal. Teruskan saja, tapi maaf kalau aku tak tertarik. Rasanya itu bukan sesuatu yang seharusnya.
“Ia selalu mengatakan pada saya bahwa ia merasa tenang dengan menyibukkan diri tenggelam dengan pekerjaan. Ia merasa akan hidup lebih lama. Ia mulai mencoba melupakan hatinya sendiri yang kosong. Membiarkannya kosong selalu lebih baik, sebab ketika hatinya terisi, ia kembali pada sebuah pemikiran yang terlanjur tertanam di hatinya, ia tak mempunyai banyak waktu hingga saat ajalnya datang!”
“Suatu malam ia bercerita tentang seorang gadis di toko bunga. Ia berkata bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia merasa sangat sedih, tapi juga bahagia! Sedih karena di hati yang telah dibiarkan kosong dan mana ia menutup rapat-rapat, tiba-tiba dimasuki seseorang yang menggetarkannya. Tapi juga membuatnya merasa bahagia. Saat itu ia mulai berkata bahwa ia mungkin takkan lebih lama lagi bertahan. Ia meminta pada saya untuk menemui anda ketika dia telah meninggal, membeli bunga dan menceritakan semuanya. Saya sedikit merasa kesal dengan perkataannya yang mendahului kehendak Tuhan menurut saya. Tapi, dia memang unfall untuk yang terakhir kali dan dia benar-benar pergi!”
Laki-laki itu telah meninggal?
“Ya, ia telah meninggal!” Kata perempuan cantik itu seakan tahu pertanyaan dalam hatinya. “Ia berkata, kalau aku mendekatinya, apapun akan sia-sia saja. Ia memilih datang setiap siang sekedar untuk melihat anda.”

Joanna tercenung. Ia masih belum bisa melupakan perempuan cantik yang datang kemarin hari dengan ceritanya yang masih sulit untuk bisa dimengerti. Perempuan itu akhirnya membeli setangkai mawar lalu memintanya untuk menerima bunga itu sendiri dan sepucuk surat.
Aneh, tapi ia tak bisa menolaknya.
“Seperti yang telah saya janjikan, saya membeli setangkai mawar. Saya hadiahkan mawar itu untuk seorang gadis di toko bunga ini. Saya merasa bersalah membuatnya tak nyaman untuk waktu yang cukup lama. Maafkan saya.
Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan hati gadis di toko bunga. Tapi, sungguh tak adil kalau saya berusaha mendekati seorang gadis dan mati-matian untuk membuatnya jatuh cinta dan memiliki hatinya, tapi setelah itu saya hanya akan membuatnya kecewa. Itulah kenapa saya katakan sia-sia saja saya mengungkapkan keinginan saya memiliki hati gadis di toko bunga.
Sedikit saya ceritakan, saya telah divonis dokter takkan hidup lebih lama lagi. Saya telah meninggalkan kekasih saya karena saya tak ingin membuatnya merana kehilangan, jika tiba-tiba saya mati. Tak bijaksana bukan jika saya berusaha memiliki hati gadis di toko bunga itu, sedangkan itu hanya akan membuatnya kehilangan?
Maaf atas kesan kurang baik saya dalam setiap kedatangan saya. Saya ingin anda mendapat kesan itu. Karena saya telah jatuh cinta pada gadis di toko bunga. Jatuh cinta adalah sesuatu yang sangat indah. Membuat lupa segalanya, bahkan terkadang membuat seseorang menjadi berbuat bodoh. Maafkan atas kekonyolan ini!”
Ini memang konyol sekali.
Joanna melipat kembali surat dari laki-laki yang dibawa oleh perempuan cantik itu. Ia berharap hari segera berganti dan ia tak ingin mengingat-ingat lagi. Tentang laki-laki yang selalu datang di toko bunga.

Magelang, November 2012
Cerpen Karangan: Adri Wahyono
kompasiana.com/adriwahyono
[Continue reading...]
 
Copyright © . Cerpenazza - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger