Tampilkan postingan dengan label CERPEN SAHABAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERPEN SAHABAT. Tampilkan semua postingan

Selasa, 07 Januari 2014

Segenggam cinta suci meilan

CINTA FATHAN UNTUKKU.

Satu minggu sudah aku dipindahkan keruang rawat biasa. Ayah, Ibu, Kak Adrian menjagaku secara bergantian. Hari-hariku kian berhias bersama mereka. Keceriaan telah tercipta disetiap detikku. Keluargaku telah kembali, mereka rukun setelah komaku. Kami saling bercanda, tertawa saat mendengar ucapan Adinda dengan segala keluguannya. Begitu ia serius bila bercerita tentang sekolahnya. Apa lagi saat bicara tentang ibu gurunya yang sedikit cerewat pada anak-anak muridnya. Sungguh, ia sangat lucu menirukan gaya gurunya itu bila sedang marah-marah, mulutnya menyat-menyot, tangan bertelak pinggang dengan jari telunjuk menunjuk-nunjuk, benar-benar detail ia menirukannya. Aku sangat senang, suasana yang amat kurindukan sejak dulu.
Bukan hanya keluargaku datang merawat, Yuna, Anita dan Fathan pun mengunjungiku, menggantikan keluargaku kala mereka beristirahat. Kadang Yuna datang sendiri, kadang ia datang berdua dengan Anita, kadang bertiga bersama Fathan. Fathan pun seperti itu. Akan tetapi, kini Fathan sering datang sendiri. Ya, semakin lama aku semakin dekat dengan Fathan, memang kedekatan kami sudah terjalin selama aku sebelum dikurung dan akhirnya koma seperti seminggu yang lalu. Namun, kedekatan kami dulu hanya sebatas teman, teman curhat, teman bertukar pikiran tentang Islam selain dengan Yuna dan Anita. Tapi kini, kami kian dekat setelah kejadian aku terlepas dari ragaku. Bahkan kerap kali Yuna dan Anita meledek ku dengan Fathan, Fathan semakin menarik hatiku dengan sedikit kata gombalan-gombalan kaku ala anak-anak rohis.
Aku, Yuna dan Anita sering tertawa bila Fathan menggombal karena paksaan Yuna dan Anita. Bagaimana tidak, ia yang tidak biasa menggombal cewek. Jangankan menggombal, dekat dengan salah satu cewek dikampusku saja aku dan kedua temanku belum pernah melihatnya. Dia selalu menjaga jarak bila ada cewek mendekatinya. Bukan karena dia tidak suka cewek, tapi dia punya prinsip yang selalu ia serukan bila ada yang mendekatinya.
" Bunga mawar merah indah warnanya, tapi sayang ia penuh duri yang membuatku kadang tertusuk, tertusuk seperti saat aku menatap dirimu.. "
seperti itulah ucap Fathan kala ia dipaksa untuk menyatakan cinta secara langsung buatku. Gayanya yang kaku dan kikuk membuat aku tak bisa menahan tawa melihatnya. Fathan, Walau pun ia sangat populer dan sangat dikagumi cewek-cewek kampus ia tak berani bertindak gegabah dengan menyukai cewek sembarangan yang orang tua kriteriakan untuknya. Tiada hari tanpa tertawa. Silih berganti guyonan diantara keluargaku dan Anita juga Yuna, membuatku semakin merasakan kedekatan pada mereka.

****     ****     ****     ****

Hari ini, Kak Adrian dan keluarganya pulang balik ke Jawa saat Keadaanku kian membaik, tubuhku semakin sehat dan berat badanku sudah bertambah stabil. Kembali seperti semula. Setiap hari Dokter pun memeriksakan kesehatanku. Satu obat habis, Dokter memberikan resep obat baru untukku. Namun, selang infus masih menggelayut. Walau beberapa hari lagi aku sudah diperbolehkan pulang. Aaah, rasanya aku sudah bosan dan sudah kian tak sabar menunggu hari-hari kebebasanku dari makanan ala rumah sakit yang tak berasa bumbu.
Sore ini, Fathan datang berkunjung sendirian. Ia ingin mengajak aku jalan-jalan keluar rumah sakit sebentar. Biar aku tak bosan katanya. Aku hanya mengangguk, mengiyakan ajakannya. Ibu pun setuju usul Fathan saat ini. Setelah meminta ijin keluar pada dokter, aku pun dibawa Fathan entah kemana. Ia menutup mataku dengan kain hitam. Tak ingin aku tahu, kejutan ucapnya. Kejutan yang ingin ia berikan padaku. Hadiah untukku setelah kesadaranku dari koma.
Cara Fathan membuat keingin tahuanku tak sabar untuk menanti. Duduk diam dikursi roda, melaju sedang entah kemana ia akan membawaku. Aku cemas, penasaran dan berbagai rasa telah memenuhiku.
Entah sudah berapa lama ia membawaku pergi, entah sudah berapa lama aku duduk dikursi roda dengan mata tertutup, dan entah sudah berapa jauh jarak roda ini menempuh. Jalanan rusak terasa, jalanan mulus juga sudah dilalui. Aaah, aku pun juga tidak tahu kemana arah tujuan Fathan mengajakku pergi.
" Sudah sampai. " ucap Fathan ketika roda tak lagi berputar. Ketika ia tak lagi mendorong kursi rodanya, ia membukakan ikatan kain hitam dari mataku.
Lamat-lamat ku buka mataku. Kutatap hamparan air biru berpasir putih di sepanjang tepian. Deburan ombak berbunyi saling bersahutan. Awan putih saling arak berarak satu sama lain. Burung camar berkicau bagai satu melodi tentang cinta. Angin bertiup lembut menyentuh kulit wajahku.
Fathan memberikan kejutan pantai berpasir putih indah sekali. Air laut yang jernih, tampak beberapa ekor ikan saling berkejaran ditengah semak belukar tanaman laut. Sangat indah, keindahannya tampak serasi oleh tumbuhan bakau yang sengaja ditanami penduduk untuk menghadang ombak laut.Biota-biota laut nan asing tumbuh berkembang disekitar areal tanaman bakau yang tumbuh seperti semak belukar.
" Bagus sekali, Than? Jadi ini kejutannya? " tanyaku kagum akan keindahan lautnya. Fathan mengangguk dengan 1000 volt senyuman terindahnya buatku.
Mendadak saja aku begitu kaget, Fathan menyelimuti diriku dengan sweeter miliknya. Lalu ia memelukku dari belakang dengan erat. Seolah ia tak ingin melepaskan pelukan itu dariku. Aku diam, tak bisa bergerak. Tangan Fathan begitu kekar untuk ku lepaskan. Tak biasanya ia melakukan ini, seperti ada sesuatu yang ia ingin katakan padaku. Entahlah, aku juga tidak terlalu mengerti tentang sikap Fathan saat ini.
" Entah kenapa, aku sayang sama kamu! Sejak kita selalu berdua, aku merasa ada sesuatu diantara hatiku, berdebar, takut kehilangan bahkan bayangan dirimu selalu datang disetiap detikku. " serunya bercerita tentang perasaannya. Kali pertamanya ia serius berucap seperti ini secara langsung. Suara dengus nafasnya terdengar tak beraturan, degup jantungnya berasa sangat kencang dibalik pelukannya.
" Dua minggu aku menghilang, berusaha untuk melupakan, berusaha juga merenungi apa maksud hatiku yang selalu berdebar. Ternyata jawaban itu ada pada dirimu dan diriku. " ucapnya lagi, semakin ia mendekatkan wajahnya disamping telinga kiriku. Semakin dengus nafasnya terdengar menjalar keseluruh saraf daun telingaku, hembusannya sangat terasa kala nafasnya dihempaskan keseluruh permukaan kulitku.

Fathan memang sudah mengucapkan itu, tapi entah kenapa aku sangat merasa gugup dan berdebar seperti ini. Ternyata, ia benar mencintaiku. Suka padaku. Aku tak tahu, apa perasaanku sama sepertinya? Perasaan yang sama saat dekat dengannya, perasaan yang sama saat ia menyentuh kulitku. Jantungku berdegup kencang tanpa mampu ku kontrol saat ia tersenyum padaku.
" Mei..aku mohon, jangan kau melakukan itu lagi. Jangan kamu meninggalkan aku lagi seperti dua minggu yang lalu. Sungguh, aku tak bisa lepas dari bayang-bayang dirimu saat ku tahu kamu sedang sekarat. Aku mohon, aku mohon padamu. "
aku semakin tak bergerak, tubuhku seolah kaku dan tersihir oleh ucapannya. Ucapan Fathan mampu membuat hatiku merasa nyaman didekatnya. Aah, entah kenapa aku begitu terpesona semua yang ada pada dirinya. Tanganku tergugah, menggugah diriku untuk bergerak. Ku sentuh tangan itu kemudian. Kurekatkan mendekap lebih mendalam lagi. Getaran itu semakin hebat, darahku semakin mengalir deras keseluruh pembuluh darahku.
" Aku takkan meninggalkanmu, aku janji tak akan pernah mengulanginya lagi. " ucapku keluar begitu saja dari bibirku.
Angin terus berhembus, membawa deburan ombak kedaratan. Desir-desir indah saling beriringan membawa melodi dari kicauan burung yang berterbangan. Hari kian menjingga kala sang raja mentari turun dari singasananya. Menyaksikan matahari terbenam, berdua dengannya saling berpelukan dihamparan pasir putih.
Fathan melepaskan pelukannya padaku demikian. Ia berlulut dihadapanku. Merogoh saku celananya sebentar, lalu.. Aah, lagi-lagi ia memberikan sebuah kejutan yang tak pernah kuduga sebelumnya. Sebuah cincin bermatakan berlian mungil ia tunjukan padaku.
" Maukah kamu menjadi pendamping hidupku? Pendamping yang selalu setia menemaniku kala aku susah maupun senang? " tanya Fathan padaku.
Subhanallah. Sudah tiga kali ia memberikan aku kejutan tak terduga. Dan kali ini, kejutan yang luar biasa untukku. Ia melamarku, ia ingin menjadikan aku seorang istri untuknya. Untuk anak-anaknya kelak.
Ya Tuhan. Apa yang harus ku katakan? Entahlah? Haruskah aku gembira atau apa? Yang pasti aku inginkan hal itu. Namun, aku belum siap menjadi seorang istri. Mungkin waktunya saja belum tepat ia menyatakan ini untukku. Aku masih butuh waktu untuk menjawabnya. Tapi..aaah.., " Ya.. Aku mau menjadi istri kamu, Than!?! " jawabku tanpa berpikir panjang. Aku luluh oleh senyumanya, aku luluh oleh ucapannya.
Fathan melongo, seakan ia tak percaya apa yang barusan aku katakan jawaban untuknya.
" Benarkah itu, Mei? "
aku mengangguk. Fathan berjingkrak kegirangan. Lalu..,
" Ya Allaaaah, terima kasih atas semua ini. " teriak ia sekeras mungkin kearah lautan.
Kemudian, ia memasangkan cincin itu dijari tengah kiriku. Dia tersenyum padaku, dan aku membalas senyuman itu.
Ia menatapku sejenak. Dan..
" Terimakasih ya, Mei. Terimakasih kamu mau menerima lamaranku ini. " ujarnya sembari memelukku.
Aku melepaskan pelukannya.
" Iya.. Sekarang tinggal kamu harus bilang dan datang bersama keluargamu untuk melamarku secara langsung pada kedua orangtuaku. "
Fathan mengangguk mantap. Tiba-tiba..
" Fathan.., "
" Apa? " sahutnya.
Tanganku bergerak kearah wajahnya. Bergetar, seperti orang yang tak percaya apa yang sedang ku lihat diantara celah hidungnya. Kulihat lekat-lekat darah yang menempel dijari tanganku. Benar dugaanku, ini darah yang barusan menetes dari salah satu lubang hidung Fathan.
" Kamu..mi..misan? "
" A..apa? Mimi..san? " katanya mengulang ucapanku. Ia menyentuh lubang hidungnya, lalu melihat dengan seksama darah itu.
" Kamu..nggak apa-apa kan, Than? "
" Aaah.. Nggak apa-apa, kok! Mungkin ini karena aku dekat dengan kamu kali ya, jadi mimisan kayak gini. Bodoh ya aku? Masa dekat dengan cewek secantik kamu aku mimisan kayak gini.. " ujarnya mengalihkan kekuatiranku. Tersenyum terpaksa, menyembunyikan sesuatu dariku.
" Than?! "
" Ya, Mei? "
" Apa kamu sedang menyembunyikan sesuatu padaku? " selidikku penasaran.
" A..apa? A..aku, aku menyembunyikan sesuatu? Nggak lah, Mei! Masa sih aku menyembunyikan sesuatu dari kamu. " sergahnya gelagapan, sambil mengelap darah yang masih saja menetes dari celah hidungnya.
Mata itu tak bisa membohongiku. Bahasa tubuhnya begitu terlihat kalau dia sedang berbohong padaku. Ia tidak bisa berbohong dihadapanku. Terlihat jelas kalau dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku. Gugup dan ketakutan atas rahasia yang sedang sembunyikan dariku akan ketahuan.
" Kamu lagi nggak membohongiku kan, Than? " selidikku sekali lagi. Aku ingin tahu, harus tahu apa yang sedang ia sembunyikan dariku.  
" Aah, nggak lah, Mei! Masa sih aku membohongi calon istriku sendiri? Percaya deh, aku nggak apa-apa kok! Dan aku nggak berbohong atau menyembunyikan sesuatu dari kamu.., " sergahnya meyakinkanku. " Udah ah, yuuk, kita pulang! Udah sore. " serunya mengalihkan pembicaraan.
Sepanjang jalan, hatiku tak tenang. Aku bahagia memang, bahagia karena Fathan melamarku. Namun, aku tidak tenang karena ada sesuatu yang Fathan sembunyikan dariku. Darah keluar dari hidung tanpa henti, hal itulah yang membuatku takut kehilangan dirinya.

Dua hari sesudah Fathan melamarku ditepi pantai, dan dua hari sebelum aku pulang dari rumah sakit. Fathan berdiri melamun di depan jendela. Wajah kuatirnya sangat terlihat dibalik tatapan matanya begitu kosong kearah luar jendela. Sudah dua hari ini dia datang menjengukku dengan tampang seperti itu.
" Than, kok ngelamun sih? Ada apa? "
" Eeh, nggak apa-apa kok, Mei! Aku cuma kuatir kalau orang tua mu tidak setuju dengan lamaranku sama kamu! " serunya.
" Ooh, itu yang buat kamu melamun? "
Fathan mengangguk lemah.
" Sudah jangan dipikirin. Ibu dan Ayah pasti setuju kok dengan rencana kita ini! " seruku memberi semangat.
" Insya Allah Mei, ya sudah kamu istirahat dulu. Aku mau sholat dhuha dulu, biar tenang sedikit. "
" Oke. "
ku lihat dirinya berjalan dengan gontai, begitu berat langkahnya untuk keluar. Seakan ada beban berat yang sedang menggelayut dipundaknya. Beban apa yang sedang ia pikirkan saat ini, Aku pun tak mengerti. Tapi, Aku merasakan ada hal lain yang ia sembunyikan dariku.
Setelah Fathan keluar dengan segudang kebimbangan dan kekuatiran. Pikiranku mengingat akan darah yang menetes dari celah hidungnya. Tetesan darah yang sedikit membuatku kuatir akan kesehatannya. Mungkin itu yang dipikirkan Fathan saat ini. Pikirannya bukan pada masalah kekuatiran terhadap jawaban orang tuaku nanti akan lamarannya padaku.
" Aah, nggak mungkin? Mungkin saja benar, Fathan sedang kuatir dengan jawaban ibu dan ayah nanti tentang lamaran itu! " ujarku dihati.
Aku berusaha membuang segala pikiran burukku terhadapnya. Lalu, aku berbaring kembali diranjang. Berusaha tidur dan melupakan tentang darah yang menetes dari celah hidung Fathan. Tak berapa lama.. Pintu kamarku terbuka kembali oleh seseorang diluar sana. Ku lihat Ibu dan Ayahku berjalan beriringan memasuki ruang rawatku.
" Mei, Fathan mana? Katanya ada yang mau dibicarakan sama ibu dan ayah? " tanya ibu.
" Iya nih, Mei! Ayah jadi nggak sabar seperti yang kamu bilang ditelepon tadi?!? " timpal ayahku mengeluarkan beberapa macam buah-buahan dari dalam kantong plastik.
" Sabar dong Yah, Bu! Fathannya lagi sholat dhuha dulu. "
" Ooh gitu.. Ya deh, kami tungguin Fathan. " sahut ibuku sembari melirik dengan sedikit senyuman kearah ayahku.
Ku lirik jarum jam dipergelangan tangan Ayahku. Sudah jam 11, hampir 3 jam Fathan sholat dhuha. Ia juga belum selesai dan kembali ke kamar rawatku. Tak seperti biasanya ia berlama-lama dalam sholat dhuhanya. Ada sesuatu yang terjadikah? Aah, walaupun ada sesuatu hal Fathan akan selalu menghubungiku. Dan aku pun tahu, dia bukan orang yang suka mengingkari janji.
" Kok, lama ya, Mei? Ibu jadi nggak sabar nih, nungguinnya! " seru ibu.
" Nggak tahu, Bu! Mungkin dia sedang mengaji. " sahutku.
" Sabar dong, Bu! Mungkin Fathan gugup atau grogi barangkali. " Timpal ayahku.
" kreeek " Pintu kamarku terbuka dari luar. Ku lihat Fathan tampak tak semangat hari ini. Ia terlihat lesu setelah dari sholat dhuha.
" Fathan, dia kenapa ya? Lesu banget kayaknya? " tanya batinku.
" Om, Tante! " sapa Fathan langsung menyambar tangan kedua orangtua ku dan mencium tangan mereka.
" Hei, Than! Apa kabar? " tanya ibuku berbasa-basi.
" Baik tante, tante sendiri bagaimana kabarnya? "
" Baik juga! "
" Oiya Than, katanya ada yang mau kamu sampaikan pada kami? Apa? " sambar ayahku tak sabar.
" Iya Om, begini.., " katanya berjalan menuju kursi dan mengajak orang tuaku duduk. " Insya Allah kalau tidak ada halangan.., mmmh.. Minggu depan saya dan orangtua akan bertandang ke rumah Om dan tante untuk melamar Mei. " lanjut Fathan menjelaskan.
" Apa? Yang benar kamu, Than? " ucap Ibu setengah terkejut mendengar pernyataan Fathan.
Fathan mengangguk mantap.
" Kamu sudah yakin, Than, dengan semua keputusan kamu ini? Kamu tahu kan kalau kami ini non muslim? "
" Ya Om, aku tahu! Kalau Om dan Tante mengijinkan, aku ingin menjadikan Mei sebagai pendamping hidup saya. "
" Ya.., kalau kamu memang sudah yakin kami sih terserah Mei saja. Om dan Tante cuma bisa merestui hubungan kalian saja. " ujar ayahku sembari melihat ke arahku.
" Aku setuju kok, Yah! " seruku.
" Hmm, kalau ceweknya sudah setuju.. Jadi yah.., mau diapain lagi. " ucap ayahku pasrah. Senyum-senyum kearah Ibuku.
" Terimakasih Om, tante! " ujar Fathan sumringah. Tampak ia bahagia dengan segala ucapan kedua orangtua ku. Ia lalu melirikku dengan sejuta senyum kebahagian. Ku balas senyuman itu.

Karya : kamalsyah indra

[Continue reading...]

Selasa, 31 Desember 2013

Blogcerpen - batal jadi cinta pertamaku

Namaku sabrina umurku baru 15 tahun, kami tinggal dengan keluargaku di gang cendana bersama ibu dan bapa. Kami baru saja pindahan sekitar 1 bulan yang lalu ketempat ter sebut. Aku mempunyai 2 kaka laki-laki yang sudah menikah, jadi hanya aku yang masih tinggal bersama ibu dan bapakku, aku sangat manja terutama dengan ibuku Jika ada masalah apapun itu aku selalu berbagi cerita dengannya. Pekerjaan ayahku pedagang kaki lima jual nasi goreng setiap malam aku selalu bantu beliau. Hingga pada suatu hari aku mengagumi seorang cowo penjual kue di seberang tokoku, awalnya aku hanya mengaguminya dia sangat ramah dan tampan Lama kelamaan rasa kagum itu jadi rasa cinta. Hingga aku memberanikan diriku untuk mendekatinya. Hari pertama : aku mencoba membeli kue ke tokonya, sesampai toko aku gugup rasanya ingin kembali dan ga jadi beli, pas waktu itu bertemu dengan tanteku, dia menanyakan padaku " mau kemana kamu rina " aku jawab " itu te mau beli kue tapi takut sendirian" "kenapa harus takut emang di dalam situ ada apaan rin " " ngga ada apa-apa, bisa temenin aku ngga te ke toko situ aku mau beli kue" " owh iya dengan senang hati tante membantu" ucap tanteku lalu kami masuk ketoko tersebut aku terus bersembunyi di belakang tanteku karena merasa gugup dan malu. " kenapa sih kamu rin " tanya tanteku sesekali "ngga ada apa-apa aku bilang" karna tingkah ku tadi cowo itu memandangku.. Aku malah tambah jadi gugup sampai salah tingkah "cepat kamu mau beli apa " tegur tanteku. Ya aku ambil sembarang aja kuenya kan tujuan aku kesitu bukan beli kue tapi ketemu dia. Pas kasih uangnya tante suruh aku yang kasih tapi aku malu malah jadi dorong-dorongan...rasanya sangat memalukan. cowo itu hanya tersenyum melihat tingkahku. Terus malamnya jadi ngga bisa tidur sesekali merasa malu karna kejadian tadi, sesekali aku berhayal memilikinya Hari kedua : Siang itu cuaca panas aku sempatkan melihat dia waktu beli es serut, ampun perasaan ini makin parah aku malah ingin bertemu dengannya terus menerus saja, aku ingin kenalan tapi kalau langsung sapa dia rasanya aneh dan itu pasti jadi tambah memalukan, aku berpikir bagaimana kalau aku cari fbnya. ? Aku berusaha mencarinya kebetulan aku berteman dengan adik sepupunya jadi aku bisa bertanya. Nama adik sepupunya adalah manda. "manda itu yang jual kue itu kaka mu ya" aku bertanya pada manda seolah-olah cuman basa basi, lalu manda jawab "iya dia kaka aku tapi kaka sepupu, ada apa rin" tanya baliknya "ngga ada apa-apa , owh ya dia itu punya fb atau twiterr kya kita ngga " ucapku dengan rasa ingin tau Manda langsung tersenyum kepadaku "ada apa ya, jangan-jangan kamu suka dengan kaka sepupuku ya" ejek manda, ya aku merasa malu tapi gmana lagi yang dikatakan manda itu benar. "tenang aku dukung kamu ko rin " ucap manda aku tersenyum dan merasa lega karna ada org terdekatnya yang akan membantuku, Lalu manda memberi tahukan nama dan fb cowo tersebut namanya adalah johan , malam harinya aku coba invite fb cowo tersebut dan mencoba kirim pesan pertama ku, Yang isinya " hay salam kenal maaf kalau ganggu aku sabrina aku cew yang kmaren bersama tante aku " trus aku send. Setelah itu aku menunggu sampai keesokannya juga tidak ada balasannya. Aku sempat berpikir munkin aku bukan tipenya, aku berbicara dalam hati Rasanya memalukan saja aku naksir dengannya secara dia cowo tampan bagiku, mana munkin dia suka dengan gadis jelek sepertiku, Aku terlihat murung pada waktu itu, sampai ibuku bertanya "ada apa rin " ya aku diam aku masih belum siap ceritakan kepada ibuku. Hingga waktu malam selesai sholat magrib aku cek fb aku, dan ternyata ada balasan dari sidia, aku senang dan langsung cek pesannya, Isipesan : " hi juga sabrina, siapa ya maaf aku lupa " ternyata dia lupa dengan kejadian yang cukup memalukan bagiku lalu aku balas pesannya Dengan : "aku cewe yang bantu bapak aku jualan nasi goreng di depan toko mu" ku balas sepontan seperti itu, Ternyata setelah itu dia cukup lama membalasnya. Lalu ku putuskan untuk bertanya pada manda untuk meminta no telponnya..dan ternyata manda langsung kasih nonya johan, Hmm sepertinya manda kasih no nya tanpa komfrimasi kaka sepupunya , setelah itu aku langsung coba sms lagi Isi smsnya Aku : " hy johan ini aku sabrina yang di fb kemaren, maaf aku minta no kamu tanpa izin" Johan : " owh iya ngga apa-apa ada apa ya " Aku jadi bingung mau balas apa ya.....masa langsung so perhatian gitu sama dia lalu aku balas Aku : "ngga ada apa-apa maaf kalau aku ganggu " Johan : " iya ngga apa-apa, owh ya aku tau nama kamu sabrina kan biasa di panggil rin, tadi manda yang cerita" Baca sms itu aku terkejut, apa manda ceritakan semunya aku tanyakan lagi pada johan Aku :" manda cerita apa ya " Johan : " ya dia bilang kamu pengenkenalan gitu, benar ya " Serontak aku teriak dikamarku " aaaaahhh, , " rasanya malu banget, jadi gelisah mau balas apa jadinya. "Apa aku jujur aja ya..." gumamku dalam hati Aku : " iya kalau boleh " Johan : " iya kita boleh aja ko temenan" Ya sih wajar aja dia sms kaya gitu, tapi masa cuman temenan tapi aku ingin lebih dari sekedar teman, sabar rin isarat hatiku. Besoknya aku berencana ingin beli kue lagi, aku meminta uang jajan pada ibuku untuk membeli kue itu dan langsung berangkat ketoko tersebut. Pas sesampainya di toko Ternyata ada seorang cewe yang menjaga toko tersebut, siapa ya ku tanya dalam hati lalu aku mendekat ternyata cewe itu sedang hamil sekitar 5 bln lebih karna perutnya sudah sangat besar , lalu aku bertanya pada cewe itu "maaf anda yang jaga toko ini ya " lalu dia berpaling dan tersenyum "iya kebetulan suami aku lagi pergi sebentar, munkin ada yang bisa aku bantu " aku dengar itu ya kecewa terkaget-kagetnya. Aku pikir dia masih single atau paling engga dia udah punya pacar, ini udah punya istri. lalu aku jawab pertanyan cewe itu seperti orang plinplan

" iya aduh.. aku lupa mau beli apa tadi. , bentar aku pulang dulu ya " alasan singkatku, lalu akuergi tinggalkan toko itu Setahu aku johan ngga perna dengar akan menikah atau apa. "Aku harus tanya manda " Sesampai dirumah aku telpon manda. ? Pas diangkat aku langsung to do point aja nanya nya, munkin karna rasa kecewa tadi, Aku : "manda apa benar johan udah punya istri.. ? ko kamu ngga kasih tau sih " Manda : " iya rin, nanti aku jelaskan, sekarang ngga bisa lagi banyak orang" Aku : " terus kapan kamu kerumah ku " Manda : " sore ini aku kerumah mu munkin jam15:30" Aku : "aku tunggu ya " Manda : " iya" kami mengakhiri percakapan kami cukup singkat, Aku sangat penasaran hal apa yang akan manda sampaikan. Sesambil aku merasa kecewa, cowo yang ku taksir ternyata mendadak udah punya istri Sekitar jam 15:00 lewat manda datang, ibuku berteriak memanggilku, "rin, ini temanmu datang" Aku kelur dan benar itu manda, manda menceritakan tentang apa yang tejadi dengan johan, ternyata itu bekas mantan kekasih jarak jauhnya , pas hamil cewe itu minta pertanggung jawaban johan tapi johan tinggalkan pergi katanya akan beritahukan pada ibunya ternyata tidak, johan malah tak menemui gadis itu lagi, sekarang johan sudah ngga bisa mngelak lagi dia terpaksa harus kawin dengan cewe itu kmaren malam, " maaf rin aku ngga sempat kasih tau. Aku pun sama terkejutnya denganmu." ucap manda

" iya ngga papa ko," ucapku sambil tersenyum sebenarnya sih kecewa tapi mau gimana lagi. Sisi positifnya aku bersukur cinta pertamaku bukan cowo seperti itu.. Yang tak bertanggung jawab Munkin jika aku berpacaran dengannya nasibku bisa seperti cewe itu. Munkin lebih parah. Hayal ku dalam hati.:-)

Selesai Trimakasih bagi yang telah mau mebacanya......

Karya : guzty zeromaki

[Continue reading...]

blogCerpen - Kertas Putih

Semalam sudah aku menantikan kehadiran sesosok pangeran yang aku dambakan dimalam spesialku ini, aku berharap dia hadir dalam acara sweet seventeenku, Davit itu nama yang tak pernah asing di sekolah ini, siapa sich yang nggak suka dengan dia? Tegas, bijaksana, smart, dengan menguasai english yang cukup mendukung, dia tak pernah bermain dengan hal yang cukup ilvil di mata waanita, selalu tetap teguh pendirian i mint konsisten guys he >_<! Itulah yang membuat dia menarik perhatin banyak wanita di sekolahku ini.

Aku berjalan menusurui koridor sekolah dengan bola mata yang berputar sibuk mencari sosok lelaki tampan yang ingin aku temukan, tapi itu semua nihil,” kemana kak Davit, apa dia nggak masuk hari ini? Tumben banget orang serajin dia tak masuk sekolah di hari biasa ini? Apa dia sakit? Lalu kemana dia? Apa yang sudah terjadi dengannya? “ gumamku dalam hati yang mengkhawaatirkannya. Tapi sepertinya itu kak Beni aku melihatnya dari jarak kejauhan, Beni , dia adalah sahabat kak Davit yang gokil dan nggak jelas abis, tapi dia jago basket lho, nggak rugi juga kalau ngegebet dia hehehe, “Kak! ! ! !” teriakku memanggilnya, “ iya Cha? Kebetulan nich! “ jawabnya menyapaku dengan raut wajah yang begitu tegas dan menyambutku dengan senyuman yang cukup membuat para cewek di sekalah jadi klepek klepek “Lho kok kebetulan sich kak?” tanyaku dengan nada yang sedikit penasaran dengan jawaban kak beni tadi “ tenang Cha, aku tahu kamu mau tanya Davit khan? udah tenang aja dia nggak apa-apa kok, maafin dia yach semalam dia nggak bisa datang di acaranya kamu, dia harus keluar kota dadakan Cha , dan dia hanya nitippin ini buat kamu, maafin dia yach!” jelasnya menenangkanku, seolah dia tahu apa yang ingin aku tanyakan padanya “lalu , kak Davit tak berpesan apa-apa sama kakak?” “ hemh!!!!! Enggak Cha soalnya dia tadi malem udach keburu banget, waktunya mepet katanya” “ owh!! Ya udach kak makasih banyak yach udach buat Lucha tenang” “wahhh!!! Sayang banget nich yach sama Davit?” cletuknya mengejekku , aku hanya bis atersenyum dan tersipu malu.
Hari-hari yang telah aku jalani dalam minggu ini dan kemarin begitu aneh, aku sendiri entah tak mengerti apa maksud dari semua ini, setiap pagi mama selalu menemukan surat kaleng yang tak pernah tertera nama dan alamat di amplop itu, kertas putih itupun tak pernah penuh dengan tulisan, entah siapa pengirimnya aku juga bingung dengan itu, sudah satu minggu terakhir ini mama menemukan itu
For: Lucha kecilQw
Ceriyamu tak pernah hilang dari pandangan mataku, senyummu menyejukan hatiku seperti embun pagi yang tersebar di bumi ini, dingin , sejuk dan indah, kabut putihmu yang selalu menenangkan hati kusamku
By: >_< harapan senyumu
Puitis sich, tapi kalau lama kelamaan seperti ini, buat aku jadi jengkel aja ni orang nggak da kerjaan banget sich gangguin aku mulu, dari tulisannya sich aku nggak pernah kenal, bahkan nggak pernah liat. Siapa sich orang ini? Hatiku gelisah penasaran dengan pengirim kertas putih yang tak penuh itu. Ihh mikirin dia keburu gila sendiri aku, biarlah nanti juga capek sendiri tuch orang >,~!

Kriiiiiiiiiinnnnngggggggggggggggggg ~ ~ ~ ~ ~ waktu menunjukkan jam 03:00
WIB, “ tumben Cha bangun pagi-pagi bener, lha wong biasanya kayak bagong tidur nggak bangun-bangun” cletuk mama padaku “ hehehe emang sengaja ma Lucha bangun pagi, penasaran ma orang yang sering ngasih Lucha surat kaleng itu, kira-kira orangnya ganteng nggak yach ma?” “kamu itu Cha yang di pikiri cowok melulu, sekolah masih nggak bener gitu” “ hehehe biasa ma khan udah remaja masak mau datar-datar aja, nggak asyik donk!” aku lari meninggalkan mama untuk menuju pintu rumah bagian depan Krrreeeeekkkkkk. . . . . pintu ku buka dengan perlahan-lahan
“ya ampun, , , ,” kejutku melihat itu “ sepagi ini udah ada lagi, siapa sich orang itu? Jadi tambah curiga dech!” ku ambil amplop itu dan ku buka dengan rasa penasaran yang tinggi, seolah seseorang yang mengharapkanku tau ketika aku akan melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengannya, apakah ada orang rumah yang tau tetang ini? Aku juga cukup bingung dengan semua ini, aku sering bertanya pada mama, apakah beliau tahu tentang semua ini? Tapi mama hanya menjawab tidak tahu dan tidaak mengerti, apa yang ia inginkan dariku? Hemh!

For: Lucha kecilku
Bulat matamu mengingatkanku pada peri kecil yang ku temui di dalam mimpiku, kamu yang selalu ku buat resah dengan kehadiranku, maafkan aku peri kecil, jika aku selalu membuatmu gelisah , karena aku sangat menyayangimu
Peri kecikQw yang selalu hadir dalam mimpiQw
By :>_< harapan senyumu

Ya tuhan , , , siapa seseorang ini? “mama, , , , ,, ,” teriakku memanggil mama “apa sich Cha pagi-pagi udah triak-triak “ “ ma, ini siapa sich ma sepagi ini kok udach da orang yang nggak jelas kayak gini?” “fenstermu mungking Cha, udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” jawab mama padaku “lho emangnya mama tau orangnya?” “ya enggak sich, tapi mungkin ajja nanti dia bakalan ngaku sendiri” hemh ya juga sich, mama bener juga ngapain aku susah-susah mikiri orang yang nggak jelas kayak gini, tapi, , , tunggu dulu tadi mama bilang “udach lah nggak usah di fikiran nanti juga bakalan ketemu ma orangnya kok” kok mama bilang kayak gitu yach? Masak sich mama nggak tau orang itu? Toh mama setiap hari ada di rumah nggak kemana-mana , kalau mama bener-bener nggak tau orang itu ngapain mama bilang seperti itu? Aaarrrkkkggggg udahlah kok jadi su’udzon sama mama sich. Terangku menyadarkan lamunan itu
“woy! Kok nglamun terus sich Cha? Mang apa sich yang di lamunin? “ sapa poppy mengagetkan ku “ hemh aku bingung nich pop” “emangnya bingung kenapa sich cha?” “ surat kaleng itu masih ada sampai sekarang pop” “HAH! Yang bener kamu Cha, gila banget tuch orang ma kamu!” poppy kaget mendngarnya , siapa yang nggak kaget sich udah dua minggu ini di timbun terus sama surat kaleng yang nggak jelas banget, sebel juga khan? “ kenapa sich pop tuch orang nggak langsung bilang ajja sama aku gitu?” tanyaku pada poppy “ hemh mungkin dia nerves Cha, kamu khan orangnya cuek banget” hemh bener juga yach kata poppy, emang ada yang menakutkan pada diriku? Ahh biar lah aku harus tetap bersama kak Davit, bey the way sekarang kak Davit kok nggak pernah nongol yach? Apa dia masih belum pulang dari luar kota? Kok lama banget sich, emang ngapain ajja disna? Jangan jangan? ? ? ihhh nggak boleh mikir yang macem-macem Lucha, kamu harus semangat mendapatkannya OK! Spirit Lucha!!!

Kriiiiiiinnggggggggg!!!!! Bel berdering kencang, waktunya pulang sekolah!
Hemh! Kira-kira mama masak apa hari ini yach? Jadi nggak sabar nich, laper banget udach nggak ketulungan, hehehe
Menempuh perjalan selama 15 menit itu cukup menguras tenaga juga yach, hemh tapi nggak apalah yang penting aku sudah sampai di rumah sekarang, KRIIIEEEEKKKKKK, , , , , ku buka pintu rumahku , lho kok ada surat kaleng ini lagi?
? ?
For : Lucha kecilQw
:: Duduk
Termenung manis menunggu seorang peri kecil yang hadir dalam hidupQw, untuk mencurahkan rasa rinduku pada seorang peri kecil yang lugu.
Lagi-lagi Lucha kecilQw, peri kecilQw? Siapa sich ini? ? ? aku takpernah mempunyai inisiatif untuk membalas surat-surat itu semua , tapi kenapa saat ini aku berkeinginan untuk membalas meskipun itu hanya sekali? Tak apalah, mungkin dengan aku membalas itu semua aku bisa tau siapa orang itu, Ok aku akan mencoba!
For : someone who i don’t know
:: Berjalan & Berlari
Langkah demi langkah kau berjalan, lebih cepat kau mengejar, begitu dengan perasaan, takpernah bisa terlihat dengan mata dan rabahan tangan yang memegang, begitu juga dengan mu yang tak pernah kulihat dan tak pernah hadir di dalam hidupku, jika kau ijinkan aku bertanya Siapakah dirimu? Apakah kau bisa hadir untuk menemuiku? Dan apa maksudmu dengan permainan mu ini?
Itu yang aku ingin katakan kepadanya, apakah dia bisa membaca itu? Hemh! Terus aku kasihkan pada siapa? Oowwhh aku tahu, mungkin nanti malam aku taruh ini di tempat biasanya dia meletaktan surat-surat itu. Sipp ! ternyata aku pinter juga ya? Hahahaha GR sedikit nggak apa-apa khan?

“mau kemana Cha? “ triak mama bertanya “ mau ke halaman depan ma” sahutku keras “ emangnya ngapain malem-malem gini kamu ke halaman? Mau bersih-bersih? Tumben Cha bersih-bersih? “ “yeeee mama , masak malem-malem begini Lucha mau bersih-bersih ya nggak mungkin banget lah ma” bela Lucha “terus kamu mw ngapain jongkok disana?” tanya mama sewot pada ku “lagi nyari surat kaleng ma” “hemh! Ternyata kamu kangen juga ya Cha klo nggak ada surat sehari?” “yeeeee mama ya nggak lah ngapain Lucha kangen ma orang yang nggak jelas kayak gituan?” di fikir-fikir iya juga yach ngapain aku masih nyari surat yang nggak penting kayak gitu, hemh tapi aku penasaran dengan pengirim yang nggak pernah jelas dan nggak pernah nunjukin wajahnya di depanku, mungkin aja aku bisa tertarik dengan orang itu, bukan berarti aku suka dengan kak Davit terus aku nggak bakalan ada rasa dengan cowok lainnya gitu? Hemh mungkin aja suatu hari aku sudah nggak ada rasa lagi , ya khan? betul nggak? Sepertinya untuk malam ini nggak ada coretan lagi dech? “Udach lah lagian ngapain sich Cha kamu masih nyari-nyari hal yang nggak penting itu” gumamku dalam hati.

KRIIIIIIINNNNGGGGGGGG’’’’’’’’’’’’’’’ suara bekerku berdering keras pagi ini, mataku mulai terbuka secara perlahan untuk menyambut awal hari minggu ini, “Good morning weekend” senyuman keceriyaan selamat pagi dunia, hemh!!! Melihat embun dan kabut pekat rasanya kaki ingin berjalan menelusuri rumput yang basah. Menghirup udara segar lembab dingin dan basah.
Aku memasang sepatu untuk memulai pagi ku dengan joging bersama kak zeta tetangga samping rumah yang slalu siap kapan saja buat nemenin aku.
“mama............ Lucha mau joging dulu ya” teriakku pada mama , akupun mulai berjalan menuju rumah kak Zeta. 
Tiba-tiba dari arah yang berlawanan terdengar suara triakan “Luchaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” aku menoleh untuk melihat orang itu, “ hemh ! kak Zeta., kok ada di sini, khan Lucha yang mau jemput kakak?” tanyaku padanya “ hemh nggak baek cewek kayak kamu sendirian” “ hemh , iya juga sich kak.”
aku mulai berlari-lari kecil bersama kak Zeta, tapi,,,,,,, tiba-tiba “Cha!!!!” panggil kak Zeta kepadaku “ hemhhhh” sahutku singkat “Cha kakak boleh ngomong sesuatu nggak?” tanyanya “ hemh boleh aja, langsung ngomong ajja kale kak, lagian kita udah biasa khan setiap minggu kayak gini, lagian kakak udah Lucha anggep seperti kakak Lucha sendiri.” Aku mulai merasa aneh dengan tinngkah kak Zeta saat ini, nggak biasanya dia merasa canggung dengan aku, memang sich akhir-akhir ini aku jarang menemuinya, tapi apa mungkin Cuma gara-gara nggak ketemu denganku beberapa hari jadi canggung seperti ini? Hemh! Jadi aneh mikirin dia, udachlah yang penting aku biasa aja dengannya ya khan? gumamku dalam hati.
“Cha kita main ke bukit sana aja yuk!” ajaknya padaku “ OK! Kak , mumpung masih pagi juga sich, tapi khan lebih dingin khan kak?” “ hemh! Nggak mungkin dingin Cha khan ada kakak yang nglindungin kamu.” “hemh bener juga sich kak hehehe.” Hemh aku mulai tercengan dengan tingkahnya kak Zeta, rasanya aneh banget tak seperti biasanya, biasanya khan kita bincang-bincang tak ada kecanggungan sedikitpun, tapi kalau sekarang ini sungguh aku tak menduga, memang dunia sering jungkir balik yach!.

Setelah menaiki bukit yang lumayan tinggi, dan cukup lelah untuk menaiki, tapi tak terasa kita sudah sampai di puncak bukit itu, saat aku melihat ke bawah Waw!!!!!!! Menabjupkan mata, embun, kabut , udara dingin dan pemandangan yang hijau alami dan sangat mempesona it is nature , semua yang masih alamai.
“Waw !!! kak kenapa kakak nggak pernah ngasih tau Lucha kalau disini ada tempat yang sangat indah dan sangat alami? Kenapa kakak nggak pernah ngajak Lucha ke tempat ini?” tanyaku pada kak Zeta “ Cha. . . . . . .” pangilnya dengan lembut “ kok jadi deg degan kayak gini yach? “ batinku dalam hati “Ea kak???” “Maafin kakak ya Cha?” tiba-tiba kak Zeta memelukku dengan sangat erat. Knpa seperti ini? Ada apa ini? “ iya kak kenapa? Kenapa kakak harus minta maaf? Khan kakak nggak punya salah sama Lucha?” tanyaku pada kak Zeta “ Lucha, apakah kamu tau tentang ini?” kak Zeta memberikan sepucuk kertas kecil pada ku, dan aku membukanya dan isinya, , , , , ,
For : Lucha kecilQw 
Saat ini aku bersamamu, menemanimu, dan menjagamu, dan aku ingin selamanya tuk mendekapmu. Apakah kau juga merasakan itu? Apakah aku tepat jika ingin menempati hatimu? Aku menyayangimu peri kecilku.
Aku terkejut saat aku membaca itu semua, apa maksud dari ini? Apakah selama ini kak Zeta yang mengirimkan surat-surat kaleng itu, lalu mengapa dia melakukan itu padaku? Aku sudah menganggapnya seperti kakak kadungku sendiri, lalu apa yang harus aku lakukan? Benar-bernat jungkir balik dunia ini. “ kak Zeta , apa maksud kakak memberi Lucha seperti ini? Apakah memang benar yang selam aini mengerimkan surat kaleng itu adalah kakak? Kenapa kakak tak berani menunjukan wajah kakak langsung? Apakah memang ini permainan kakak untuk membuat Lucha risih dan sebel?” tanyaku sedikit marah pada kak Zeta “ maafkan kakak Lucha , tapi kakak memendam ini sudah teralalu lama, kakak tak cukum mempunyai keberanian untuk itu. 
Dan kakak tau jika Lucha memendam rasa pada Davit khan?, lalu harus apa kakak? Agar Lucha bisa maafin kakak?” aku meraih dan mendekap tubuh kak Zeta “ kak kenapa kak Zeta beru bilang sekarang ini? Apakah kakak tau apa yang terpendam dalam hatinya Lucha? Kenapa kak Zeta tak pernah menanyakan hal ini?” kak Zeta melepas pelukanku, dan menatap mataku “ Cha tatap mata kakak” perintahnya padaku “ lihat mata kakak Cha , apakah dimata kakak ada keraguan? Apakah dimata kakak ada kebohongan, kakak hanya takut untuk kehilangan kamu peri kecilku, kakak takut jika kita bersatu kak Zeta kehilangan kamu, peri kecilku dengar kakak dengan baik, kakak menyayangimu, kakak tak ingin memilikimu hanya untuk sementara, kakak ingin memilikimu untyk selamanya peri kecilku, sekarang Lucha ngerti kenapa kakak takut untuk mengungkapkan ini?” “iya kak Lucha ngerti, tapi bagaimna lagi jika kenyataan bilang kita akan bersatu?” “maksudnya?” kejutnya mendengarku “ Lucha juga sayang kak Zeta” dengan mataku yang berkaca-kaca aku mengungkapkan itu, mungkin kalian berfikir jika aku hanya menyayangi kak Davit, tapi itu semua salah , aku menyayanginya hanya;lah untuk pelarian saja , karena aku telah memendam rasa ini pada kak Zeta sudah lama, aku yang menunggunya untuk mengungkapkan itu semua, tapi mungkin tuhanlah yang tahu tentang semua isi hatiku, aku menyayangi seseorang dan aku memendam sedalam mungkin dia hatiku agar aku bisa tetap mengingat siapa yang aku sayang dan siapa yang aku tunggu, “Cha, , , apakah kamu yakin dengan hatimu? Lalu bagaimana denga Davit? Apakah kamu tak ingin berusaha untuk mendapatkannya?” dia ragu denganku , itulah aku yang slalu membuat ragu kenyataan , aku tak pasti dan aku selalu menyembunyikan semua yang seharusnya aku tampakkan mungkin inilah saatnya aku untuk jujur tentang ini semua “ kak Zeta, sekarang Lucha yang meminta kakak untuk menatap mataLucha dengan tajam, Lucha ingin jujur dengan kakak, Lucha ingin meyakinkan kakak, kak Zeta, kakak tau kenapa Lucha bilang jika Lucha sayang denga kak Davit? Apakah kakak tau apa yang sebenarnya terjadi pada hatinya Lucha? Selama ini Lucha hanya bisa melampiaskan itu semua pada kak Davit kak, karena Lucha tak mampu untuk mengungkapkan ini semua pada kenyataan, Lucha salah telah menyayangi kakak, salah kak salah besar, tak seharusnya Lucha seperti ini, Lucha hanya bisa menunggu kakak” “maafkan kakak yach peri kecilku, sudah membuatmu menunggu selama ini, maafkan kakak yang tak mempunyai keberanian sedikitpun untuk itu, maafkan kakak yach peri kecilku?” pintanya padaku “ iya kak, itulah yang seharusnya Lucha lakukan, tetap menunggumu sampai akhir hayatku, aku menyayangimu tanpa setitik bataspun” “Trimakasih Peri kecilku aku sangat menyayangimu I LOVE YOU.”

Akupun bahagia atas apa yang selama ini aku jalani ,di awal aku menjalani dengan banya rintangan yang datang pada ku, tapi aku tak pernah menyesal apa yang telah aku jalani , bahkan aku sangat bersyukur atas semua ini, akhirnya tuhan laha yang bertindak atas apa yang selama ini aku rasakan , terimakasih ya Rabb Engkaulah sahabat sejatiku Engakaulah yang slalu mengerti aku, aku menminta dan memohon padaMU dan Engkau telah mewujudkan itu, sungguh aku bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepadaku.
Setelah tangis, setelah sedih, setelah sakit, senyuman, keindahan, kecerahan dan kebahagiaan, itulah yang dinamakan harapan.
Memeluknya, mendekapnya, dan bersamanya itulah yang aku inginkan selama aku hidup dan menginjak dunia.

:: Selamat datang cinta
Cinta aku milikmu, aku telah belajar bersamamu, berjalan dan menuntunku di saat aku tertatih dan terbelenggu, terkadang kau menyakitkan hatiku, tapi aku tak pernah ingin melupakan dan menghapus jejak pelukmu.
Yang slalu aku harapkan dari cintaku adalah kamu yang slalu bersamaku di setiap gerak kaki dan langkahku, mengikatmu dan menciptakan rumah kecil untuk hidup ,itulah harapanku saat aku bersamamu. Untukmu yang menyayangiku.
 
Karya : Miftahaul Jannah
[Continue reading...]

Senin, 30 Desember 2013

Blogcerpen - Keberhasilan AISYAH dan Ibunya

Tf Kisah ini berawal dari sebuah desa yang bernama desa Jeruk purut.
Disana ada seorang gadis cantik yang bernama Aisyah. Hidupnya sangat sederhana disebuah rumah peninggalan ayahnya. Aisyah tinggal bersama ibunya, ibunya bernama ibu Juleha,  Ibu juleha sangat hebat membuat kue bolu, sehingga banyak  tetangga yang memesan untuk minta dibuatin. Ayahnya sudah meninggal sejak berumur 4 tahun. Aisyah adalah gadis cantik yang memakai hijab, bahkan dia jadi idam-idaman para lelaki dikampungnya. Aisyah sangat turut apa yang dikatakan ibunya. Sosok Aisyah sangat ramah dan murah senyum kepada semua orang yang mengenalnya.
keesokan harinya..
Ibu. "Aisyah, tolong kamu kepasar ya beli sayur buat nanti siang" (kata ibu sambil tersenyum)
Aisyah. "iya bu" (Aisyah pun membalas dangan senyuman juga)
Ibu. "ini uangnya, kalo ada sisa uangnya nanti kamu simpan buat nanti kamu tabung" (kata ibu sambil ngasih uang kepada Aisyah)
Aisyah. "oh.. Iya bu, tadi ada ibu rindy yang mesen kue bolu, katanya buat acara ulangtahun untuk anaknya" (sambil  memakai Sendal)
Ibu. "iya. Nanti ibu buatkan, hati-hati dijalan ya Aisyah (sambil melambaikan tangan)
  setelah pulang dari pasar Aisyah pun panik melihat ibunya terbaring dilantai dapur, Aisyah pun berlari keluar untuk meminta pertolongan kepada tetangga, dan tetangga pun berlari berdatangan kerumah Aisyah.
Taklama kemudian ibu Aisyah sadar, dan tetangga pun kembali kerumahnya masing-masing.
"ibu, ibu sudah sadar, ibu tidak papakan" (tanya Aisyah kepada ibunya sambil berderaian air mata)
"iya ibu tidak papa kok, ibu tadi cuman pusing aja mungkin ibu kecapean" (kata ibu sambil menghilangkan rasa paniknya Aisyah)
"makanya kalo ibu merasa kurang enak badan ibu istirahat aja biar Aisyah yang ngerjainnya" (sahut Aisyah sambil memegang tangan ibu)
"oh iya pesenan kue ibu rindy belum ibu buatin" (ibu pun langsung bangun dari tempat tidur)
"jangan bu nanti Aisyah yang buatin kuenya, ibu istirahat aja disini (sambil menyandarkan ibu ketempat tidur ibu)
  Aisyah langsung kedapur untuk membuat kue yang dipesan oleh ibu rindy.
Setelah Aisyah membuatkan kue ibu rindy. Ternyata kue buatan Aisyah sangat enak sama dengan bikinan ibunya. Aisyah berfikir ingin membuka warung kecil didepan rumahnya,
keesokan harinya ada seseorang yang tak dikenal dia menawarkan pinjaman uang
"permisi" kata orang tersebut sambil mangetok pintu
"iya ada apa ya? Ayo masuk" sahut Aisyah sambil mempersilahkan duduk
"saya dari kantor peminjaman uang desa, saya hanya mau menawarkan apakah anda berminat untuk meminjam uang untuk membuka usaha" tanya orang tersebut
Aisyah pun terdiam Aisyah berfikir ingin meminjam uang kepada orang itu, untuk membuka warung kecil-kecilan didepan rumahnya mencual kue buatan ibunya.
"iya saya ingin meminjamnya" kata Aisyah sambil tersenyum gembira
Lalu orang itu pun meminjamkan sedikit uang untuk Aisyah bermodal
"ini ada uang buat kamu bermodal buka usaha, semoga menjadi sukses, bayar perbulannya cuman 200.000 ribu rupiah,kamu sanggup? Tanya orang itu kepada Aisyah
"insyaallah saya bisa membayarnya" sahut Aisyah dengan kepala menunduk
"baiklah itu saja yang bisa saya bantu"
Orang itu pun langsung pergi.
  beberapa minggu kemudian setelah Aisyah dan ibunya membuka warung kecil-kecilan di depan rumah mereka untuk menjual kue buatan ibunya yang banyak diminati banyak orang. Ternyata setiap Aisyah dan ibunya menjual kue semuanya habis terjual dan tidak tersisa lagi. Aisyah cukup senang bisa membantu ibunya untuk mencari uang, Aisyah sangat ingin membahagiakan ibunya, ibu Aisyah sangat ingin menunaikan ibadah Haji di Arab Saudi
  setiap harinya jumlah hasil jualan Aisyah dengan ibunya selalu meningkat dengan banyaknya pembeli dan banyaknya pemesan kue di daerah lain
Hingga Aisyah sudah punya toko sendiri buat menjual kue buatan ibunya. Uang yang Aisyah dan ibunya peroleh ternyata bisa menaikan ibunya Haji diMekah Arab Saudi.
Kini hidup Aisyah dan ibunya sudah tercukupi dengan keberhasilan menjual kue buatan ibunya.
"TAMAT"
Karya : ellya Safitri
Fb : lielie Quinnacharamel
[Continue reading...]

blogcerpen - Rindu Sahabat Lama Ku

http://cerpenazza.blogspot.com/
Iseng-iseng bongkar lemari buku, aku menemukan sebuah kotak berwarna merah dan bermotif bunga-bunga kecil di sudut kanan rak buku paling bawah. “Masih cantik nih kotak” gumamku, sambil tersenyum. Hasratku sudah tak sabar ingin melihat kembali isinya. Maka, segeralah aku berlari ke kamar sebelah, dan kemudian mengusap-usap lemari yang ada disitu. Aha, segera ku ambil kunci-kunci yang tergantung ramai di satu mainan berbentuk strawberry. Setelah kunci tersebut berpindah ke tanganku, aku pun bergegas kembali berlari ke dalam kamar tempat lemari buku tadi. Setelah membuka kotak merah tersebut, aku makin tersenyum. Saat itu kulihat diary-diary usangku masih tersusun rapi di dalamnya.
Ah, kira-kira sudah 2 tahun aku tidak membuka kotak ini. Hmm, lama juga ya. Tapi untung, isinya masih bagus. Tidak ada hama ataupun kutu-kutu bandel yang menyerangnya. Alhamdulillah.
Setelah meneliti satu persatu diary yang kini telah berserakan di depan aku duduk. Mataku pun tertuju pada satu diary berwarna biru. Aku pun terkesima, seketika pikiranku pun mulai menerawang. Seperti menelusuri ruang waktu dan kembali ke masa lalu, anganku pun mulai melayang jauh. Cusss… sepertinya barusan badanku telah berbalik dan terbang mengikuti alur pikiranku, sehingga khayalanku telah membawaku lagi ke masa itu.
Saat lembaran demi lembaran diary tersebut berhasil ku lahap sedikit demi sedikit, aku makin membawa jiwaku terbang ke masa sekolah dulu. Aku sengaja mencoba membacanya lebih pelan-pelan, demi meresapi kembali masa itu. Sedikit pun rasanya tidak rela, jika harus kelewatan momen-momen berharga tersebut. Lebay sedikit yah, tapi benar, aku ingin mengingatnya kembali, sangat ingin mengingatnya. Kemudian mencoba merasai kembali rasa apa yang pernah terjadi saat itu.
Yogi, teman dekatku waktu SMA. Rasanya dia telah menjadi penghuni untaian cerita hidup yang pernah ku tulis di diary ini. Yogi bukan pacarku. Siapapun yang berani mengatakan dia pacarku, pasti akan aku marahi. Bukan karena tidak suka, bukan karena dia orang yang jahat. Tetapi karena dia Sahabatku. Tidak pernah terlintas di fikiran ku sedikit pun untuk pacaran dengan Yogi. Karena bagiku rasa sayang tidak harus dengan pacaran. Tetapi akan jauh lebih indah jika rasa itu tetap dibalut dengan kasih persahabatan. Sebuah persahabatan jauh lebih indah dari pada pacaran. Itulah menurutku, belum tentu menurutmu. Hihi
Mencoba menerawang kembali, “seperti apa ya wajah Yogi sekarang?” perlahan rasa rindu pada sahabatku itu mulai bergelayut di hati dan pikiranku. Sudah hampir dua setengah tahun aku tidak pernah lagi tahu kabar Yogi. Setelah tamat dari SMA kita memang langsung pisah kota. Aku kuliah masih di kota yang sama dengan SMA ku, sementara Yogi sudah terbang jauh, mengikuti keinginan orangtua nya untuk kuliah di Kalimantan. Selama beberapa bulan, aku masih ada kontak dengan Yogi, setelah itu tidak pernah lagi. Sejak terakhir kali dia memberi kabar kalau di daerahnya tersebut tidak bisa menggunakan kartu yang sama. Namun besar harapanku, Yogi masih akan menghubungiku. Tetapi, nyatanya tidak. Sejak itu nomornya tidak aktif. Rumahnya juga sudah kosong, kabarnya orang tuanya telah pindah juga. Aku tidak sempat menanyakan kontak yang bisa dihubungi disana. Jadi Yogi benar-benar seperti hilang di telan waktu. Hari-hari setelah kejadian itu aku selalu berharap Yogi akan menghunbungiku, dan pernah juga aku berusaha mencarinya lewat jejaring social, tetapi hasilnya tetapi nihil. Hingga perlahan aku pun mulai melupakannya seiring perjalanan masa, aku sudah sibuk dengan dunia baruku, yaitu dengan masa-masa kuliah.
Dan kini, aku sangat ingat kembali dengan Yogi. Dulunya, ibarat kunci dengan gantungannya. Dimana-dimana dan kemana-mana aku dan Yogi selalu bersama. Mulai dari pergi ke sekolah bareng, pulang sekolah juga selalu bareng. Meskipun jarak rumah kami sedikit lebih jauh, tetapi Yogi adalah sahabat yang setia. Dia tidak pernah bosan untuk mengantarkanku tiap hari. Tidak hanya itu, sepulang sekolah, bila ada waktu kosong kita juga sering pergi main bareng, jalan-jalan bersama di akhir pekan, belajar bersama, ke toko buku bersama. Hampir setengah hari habis untuk bersama. Tentu bisa dibayangkan begitu banyak cerita indah, ataupun haru yang akan terjadi pada kita. Diary ini saja tidak cukup untuk menceritakan semua yang pernah terjadi itu. Tetapi cukup lah, setiap goresan yang ada di diary ini benar-benar cerita murni persahabatan aku dengan Yogi.
Satu hal yang membuat aku makin kangen Yogi adalah, ketika ingat waktu dia diam-diam mencuri diary ini dan setelah membaca semuanya, dia mengembalikan diary ini sambil menertawaiku. Hingga membuat malu, dan mengejarnya untuk menjitak kepala setengah botaknya. Awalnya Yogi memang tidak pernah tahu kalau aku suka menulis diary tentang aku dan dia. Apalagi waktu itu Yogi, sok-sok terharu dan menyebutkan isi diary tersebut dengan muka sok memelas, padahal dia Cuma becanda. Aku pun jadi geli melihat tingkahnya tersebut, sehingga kembali mengejarnya dan mencubitnya sambil tertawa-tawa. Ah, begitu lah Yogi.
Bagaimanapun aku merindukannya saat ini, apa dayaku. Aku hanya bisa mengulas wajah lamanya, dan ku rasa sekarang Yogi pasti sudah berubah. Tidak botak lagi. Senyum terakhirku saat menutup lembaran diary ini diiringi dengan butiran bening yang tidak bisa kutahan lagi. Aku sengaja merebahkan badanku dan mencoba menikmati rasa rindu ini, hingga aku pun terlelap dan tertidur. “Yogi, semoga suatu saat kita dipertemukan kembali” harapan terbesar, kusandarkan pada-Nya.
Karya: Vivi Azze Laa
Facebook: Vivi Azze Laa
[Continue reading...]

Minggu, 29 Desember 2013

Blogcerpen - Laki-Laki di Toko Bunga





Laki-laki itu lagi!
Dadanya berdebar-debar.
Joanna lupa berapa kali sudah laki-laki itu datang ke toko ini, toko yang menjual bunga dimana ia bekerja. Yang ia ingat, laki-laki itu selalu hanya datang, melihat-lihat dan bertanya. Itu saja. Tapi tak membeli apa-apa.
Seperti yang seharusnya dilakukannya, ia sudah menyambut dengan cara terbaik pada setiap orang yang datang. Ia pun melakukannya pada laki-laki itu. Memperlihatkan wajah terbuka, senyum keramahan penuh rasa hormat, menemaninya melihat-lihat dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang bunga. Ia melakukannya pada mungkin ratusan orang yang telah datang, dan ia senang hati melakukannya. Ia sudah terbiasa sejak bekerja disana, dan ia merasa begitulah seharusnya orang yang melakukan pekerjaan menjual. Seringkali orang menjadi semakin ingin membeli ketika ia menemukan sesuatu yang diinginkan atau sesuatu yang dibutuhkan mendapat penghargaan dari seseorang yang menjualnya, yang mampu membuat kesan sesuatu itu sedemikian bernilai dimana ia memang pantas membelinya, dan begitulah seharusnya. Keinginan akan menjadi semakin kuat ketika ia menemukan penghargaan pada dirinya, tulus dari seseorang yang menjualnya.
Semua orang yang datang membeli bunga pada akhirnya, tapi tidak dengan laki-laki itu. Ia hanya datang dan datang saja. Mula-mula Joanna berpikir tentang apa yang mungkin belum dilakukannya yang bisa membuat laki-laki itu kemudian memutuskan untuk membeli bunga.
‘Aku sudah melakukannya, dan tak pernah gagal pada orang lainnya.’ Demikian ia menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri.
Ia berkesimpulan, laki-laki itu barangkali tak punya cukup uang, atau mungkin ia belum terbiasa membeli bunga untuk sesuatu, tapi ia ingin mencobanya. Atau, ia memang datang bukan untuk membeli bunga. Lalu untuk apa? Untuk membuatnya merasa sia-sia saja melakukan pekerjaannya menjual bunga dengan cara terbaik?
Beberapa waktu sebelumnya ketika ia tak juga menemukan jawaban tentang pertanyaannya sendiri mengenai apa sebenarnya keinginan laki-laki itu, selalu datang tapi tak membeli apa-apa, ia mulai merasa kesal.
Siang ini Joanna sudah merasa kesal begitu ia menangkap bayangan laki-laki itu memasuki pintu, berjalan tenang dengan kedua tangan dimasukkannya ke dalam saku jaket seperti biasa dan kembali berkeliling melihat-lihat.
“Boleh saya bertanya?” Joanna mendekat. Ia menahan rasa kesal yang sejenak sudah terbit dan menyembunyikannya di balik senyum ramahnya seperti biasa. Untuk pertama kalinya ia sadar bahwa ia tak mengulas senyum dengan setulusnya pada tamu di toko bunga ini.
“Silakan.” Sahut laki-laki itu. Seperti biasa, datar dan tanpa ekspresi apapun.
“Apa yang sebenarnya anda inginkan datang ke sini?”
“Saya ingin membeli bunga.” Jawab laki-laki itu tenang dengan suara tanpa tekanan.
Membeli bunga katanya? Apakah ia lupa bahwa ia selalu hanya merepotkanku dalam setiap kedatangannya?
“Anda belum membelinya sejak pertama kali anda datang.” Kata Joanna. Ia ingin laki-laki di depannya tak melupakan hal itu. Perkataannya mungkin akan melukai perasaan laki-laki itu, tapi ia tak ingin merasa bersalah karena mengucapkannya. Laki-laki itu harus tahu.
“Saya akan membelinya pada saat yang tepat.”
Jawaban aneh, pikir Joanna. Seharusnya ia tahu kapan saat yang tepat. Untuk apa ia datang jika ia tahu saatnya belum tepat.
“Saya berharap sekarang ini adalah saat yang tepat!” Kata Joanna. Ia mencoba membicarakan kemungkinan-kemungkinan baik untuk mengurangi kekesalan dalam hatinya yang terus berduyun-duyun.
Laki-laki itu menggeleng. Joanna menghela nafas, sia-sia ia menahan dirinya. Laki-laki itu tak seperti kelihatannya, tenang, tapi membuatnya kesal.
“Setiap saat adalah saat yang tepat, tapi saya merasa akan sia-sia saja.” ujar laki-laki itu lagi.
Kenapa kau tak keluar saja, menjauh dari toko ini? Apa kau tak tahu kau mulai membuatku merasa kesal? Aku mengerahkan segala rasa hormat tapi kau menukarnya dengan kata-kata aneh, kau pikir itu kata-kata yang bagus? Kata-kata yang menyenangkan menurutmu? Kau tahu, itu konyol sama sekali!
“Sia-sia? Anda yakin akan sia-sia saja?”
“Benar! Kadang saya memutuskan untuk mengirim padanya bunga, agar ia tahu saya memiliki mimpi untuk memiliki hatinya.” Kata laki-laki itu tepat pada saat Joanna beringsut dan memutuskan untuk membiarkan saja laki-laki itu sampai ia bosan sendiri dan melangkah keluar dari toko ini. “Tapi saya merasa akan sia-sia saja!”
Langkah Joanna terhenti oleh kata-kata itu.
“Bukankah menundanya akan membuat mimpi anda lebih sia-sia? Tentu tak hanya anda seorang yang memiliki mimpi untuk memiliki hati seseorang itu bukan?” Joanna mencoba memberinya gambaran, agar laki-laki itu segera berkeputusan. Membeli bunga atau tidak, ia tak peduli lagi.
Tapi, berhentilah membuatku kesal, orang lain yang datang nanti akan ikut merasakan kekesalanku, mereka akan mendapat kesan tak baik, dan itu tak baik untuk toko ini.
“Ya!”
“Bagi saya tak menjadi masalah kalau pun anda tak jadi membeli bunga, tapi mungkin akan menjadi masalah bagi mimpi anda. Bukan tentang bunga, tapi tentang memberitahu mimpi anda padanya. Anda tak harus mengungkapkannya dengan bunga jika anda memang tak ingin membelinya!”
“Saya pertama kali melihatnya sungguh terkesan, saya tak percaya tentang cinta pada pandangan pertama. Bagaimana mungkin baru melihat saja seseorang bisa jatuh cinta! Tapi saya mengalaminya, saya memikirkannya dan setiap hari saya pergi ke tempat di mana pertama kali saya bertemu dengannya.” Laki-laki itu bercerita.
“Sebaiknya temui saja seseorang itu, menceritakannya pada saya akan sia-sia saja!” Sahut Joanna. “Saya mungkin bisa membantu kalau anda bertanya tentang bunga apa yang paling tepat untuk anda beli dan anda gunakan untuk mengungkapkan cinta pada pandangan pertama anda pada seseorang itu!”
“Bunga apa yang paling tepat menurutmu?”
“Saya sudah memberitahu pada anda sebelumnya bukan? Anda akan menanyakannya itu terus menerus sedangkan anda sama sekali tak membelinya?”
“Maafkan saya, tapi saya akan membelinya suatu saat, saya tak tahu kapan persisnya, tapi saya akan membelinya dan memberikan padanya.” Kata laki-laki itu. “Saat itu adalah saat yang tepat dan itu tak akan sia-sia!”
“Saran saya adalah, jangan terlalu lama menundanya, meskipun tanpa menundanya sekalipun bukan berarti mimpi akan pasti tergenggam. Tapi setidaknya anda tak terlambat! Anda takkan bisa melakukan apa-apa lagi jika seseorang itu telah dimiliki orang lain!”
“Saya tak terlalu berharap dengan mimpi itu, tapi saya ingin memberitahunya tentang mimpi itu sendiri pada saat yang tepat, agar saya tak membuatnya sia-sia!”
“Saya tak mengerti maksud anda!” Joanna mulai tidak sabar. Kata-kata laki-laki itu tak masuk akal. Rasanya laki-laki itu tak berani untuk mendekati seseorang yang telah membuatnya jatuh cinta. Ia hanya kebingungan dengan keinginannya.
“Maaf, telah membuat ketidaknyamanan di sini. Ketika semuanya sudah tak mungkin, saya tak akan melakukannya. Tapi percayalah, saya akan membeli bunga suatu ketika!” Laki-laki itu mengangguk sedikit, lalu berbalik dan berjalan menuju pintu, lalu keluar.
Terserah, kau mau membelinya atau tidak! Lebih baik kalau kau tak datang lagi! Batin Joanna memekik menumpahkan kekesalannya. Ia lalu menghampiri kursi dan duduk.
Selama berhari-hari Joanna kehilangan semangat untuk bekerja. Laki-laki itu pasti akan datang dan datang lagi. Berbicara tak keruan dan membuat suasana jauh dari menyenangkan seperti pada saat laki-laki belum datang.
Tapi sejak kedatangan terakhir yang membuatnya sangat kesal, laki-laki itu belum datang lagi. Sedikitnya Joanna merasa senang, orang-orang yang datang membeli bunga untuk bermacam keperluan mereka semuanya menyenangkan dan ia melayaninya dengan senang hati.
Hingga terlewat waktu sebulan, laki-laki itu tak datang lagi. Joanna lega, meski kadang ketika siang datang ia masih takut laki-laki itu akan datang lagi.
“Selamat siang, mau membeli bunga apa?” Joanna bertanya pada seorang perempuan cantik yang baru saja masuk dan melihat-lihat bunga-bunga yang dipajang. Perempuan itu tersenyum padanya. Senyumnya manis sekali.
“Saya ingin sekali membeli mawar ini!” Sahut perempuan cantik itu menunjuk setangkai mawar merah.
“Pasti anda akan memberikannya pada suami atau pacar anda.” Kata Joanna disertai senyum untuk menyenangkan hati pembelinya.
Perempuan cantik itu tertawa kecil.
“Anda selalu tahu!” Katanya sambil mengerling pada Joanna dan tetap dengan senyumnya. “Tapi, sebelumnya saya ingin sekali bertanya, mungkin anda tahu, atau ingat sesuatu!”
“Dengan senang hati, kalau saya tahu, atau ingat sesuatu yang anda maksud.” Sahut Joanna. Ia menyodorkan sebuah kursi plastik pada perempuan cantik itu.
“Silakan duduk!”
“Terima kasih!”
Perempuan cantik itu lalu duduk. Joanna mengambil kursi berbeda dan kini mereka duduk berhadapan.
“Apakah pernah ada seorang laki-laki datang ke sini? Maksud saya dia masih muda dan hampir setiap hari datang ke sini?” Tanya perempuan cantik itu. Joanna berusaha menyembunyikan ekspresinya yang terkejut sebenarnya. Semoga laki-laki yang dimaksud perempuan cantik itu bukan laki-laki menyebalkan itu. Ia baru beberapa hari bisa tenang dan menemukan kembali mood-nya bekerja setelah selalu merasa terganggu oleh kedatangan laki-laki itu.
“Saya tak tahu siapa yang anda maksudkan, tapi mungkin saya bisa mengingat orang-orang yang sering datang ke sini.” Kata Joanna.
“Dia bercerita bahwa dia setiap hari datang ke sini, tapi ia tak membeli bunga, hanya melihat-lihat saja!”
Benar, dia menanyakan laki-laki itu. Ada apa dengan perempuan cantik itu?
Hei, mungkin ini seseorang yang dimaksud laki-laki itu? Seorang perempuan cantik yang telah membuat laki-laki itu jatuh cinta tepat pada pandangan pertama? Ia mengerti sekarang, mungkin laki-laki itu telah berhasil mendekati seseorang itu, ya, perempuan cantik ini!
Artinya laki-laki itu takkan merepotkannya lagi hanya karena kebingungannya sendiri. Mungkin ia memikirkan kata-kataku dan sekarang telah berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Mungkin laki-laki itu bercerita pada perempuan cantik ini betapa selama berhari-hari ia kebingungan di toko bunga. Pasti lucu sekali.
“Saya tak tahu persis, tapi apakah anda menanyakan seorang laki-laki yang mengenakan jaket baseball dan berambut agak panjang?” Tanya Joanna.
Perempuan itu mengangguk dan tersenyum. Di mata Joanna perempuan cantik itu terlihat senang sekali. Tentu sebuah kisah luar biasa tengah mulai mereka jalin saat ini.
“Ya, benar sekali! Ia memang sering datang kemari kira-kira dua atau tiga bulan lalu?” Wajah perempuan cantik itu sepertinya ingin sekali tahu. Mungkin perempuan itu ingin bersenang-senang dengan cerita tentang laki-laki yang memujanya dariku? Tentang yang dilakukannya di sini selama ini?
“Maafkan saya!” Ujar Joanna. “Di hari terakhir dia datang, saya merasa sangat kesal. Karena dia hanya selalu bertanya atau bercerita saja. Saya harus mengakui bahwa saya terganggu sebenarnya. Saya berusaha melayaninya dengan baik, tapi saya merasa dia sangat merepotkan saya. Kadang saya memang tak selalu bisa berhasil menghadapi setiap orang yang datang ke sini.”
Perempuan cantik itu tersenyum.
“Maaf soal sikap saya ini.” Kata Joanna.
“Tak apa. Saya sangat bisa mengerti, terkadang begitulah seseorang yang jatuh cinta, sulit untuk tak berbuat bodoh.” Sekali lagi perempuan cantik itu tersenyum. “Anda tahu, itu tak mudah baginya. Membuat anda merasa tidak nyaman bukan keinginannya, tapi itu bukan tanpa alasan.” Kata perempuan cantik. Joanna menyembunyikan kebingungannya akan kata-kata perempuan cantik itu yang sama sekali tak dimengertinya.
“Dia akhirnya berhasil mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkannya pada anda?” Tanya Joanna.
“Maaf, maksud anda?” Perempuan cantik itu balas bertanya.
“Dia bercerita tentang cinta pada pandangan pertama, tentang mimpinya untuk memiliki hati seseorang. Ia ingin mengirim bunga pada anda, tapi ia tak tahu kapan saat yang tepat. Menurut saya mungkin dia tak cukup memiliki keberanian untuk mendekati anda dan mengungkapkan semuanya.” Ujar Joanna. “Melihat anda, saya bisa mengerti kenapa bisa begitu. Saya pikir mendekati wanita secantik anda membutuhkan keberanian bagi seorang laki-laki.”
“Mendekati saya?” Perempuan cantik itu tampak keheranan.
“Saya pikir seseorang yang diceritakannya itu anda, bukan begitu?” Joanna menegaskan.
“Sebenarnya tidak!” Perempuan cantik itu membetulkan kembali posisi duduknya. “Begini, saya datang memang ingin menceritakan sesuatu tentang dia.”
Menceritakan sesuatu tantang dia padaku? Untuk apa? Joanna merasa perempuan di depannya itu aneh.
“Maaf, saya tak tahu, tapi, apakah itu penting untuk saya?”
“Ini memang tentang anda!” Jawab perempuan cantik.
“Tentang saya?”
Perempuan itu mengangguk. Joanna merasa keheranan. Apa maksud perempuan cantik itu sebenarnya. Ia tiba-tiba merasa tak nyaman.
“Saya tak memiliki urusan apa-apa dengan dia, bagaimana mungkin tiba-tiba anda berbicara mengenai saya. Saya pikir ini tentang anda dan dia!”
“Ini memang tentang anda. Laki-laki itu membicarakan tentang seseorang dan sebenarnya, seseorang itu adalah anda!”
“Saya?”
Kembali perempuan cantik itu mengangguk.
“Tidak mungkin!” Sahut Joanna. “Anda salah orang!”
“Tidak mungkin saya salah!” Kata perempuan cantik. “Ini toko bunga Andalusia Florist, bukan?”
“Ya, benar!”
“Maaf, mungkin ini adalah sesuatu yang konyol. Pada mulanya saya juga menganggapnya begitu ketika dia mulai bercerita tentang seorang gadis di toko bunga Andalusia Florist.”
Joanna merasakan dadanya berdesir-desir mendengar ucapan perempuan cantik itu. ia benar-benar merasa tak nyaman sekarang. Dulu laki-laki menyebalkan, sekarang seorang perempuan cantik yang aneh. Apakah mereka memang ingin bergantian untuk membuatku kesal?
“Maaf, tapi saya benar-benar tidak mengerti!” Joanna mulai berpikir lebih baik jika perempuan itu pergi saja. Tak membeli bunga bukanlah sebuah masalah besar bagi toko ini, tapi membeli satu bunga dan meninggalkan kegelisahan jelas suatu masalah.
“Laki-laki itu adalah kakak saya!” Perempuan cantik itu menatap Joanna lekat-lekat. “Dia bercerita bahwa suatu hari dia melintas di depan toko ini dan melihat anda sedang menata bunga di luar. Dia mengatakan tak bisa menahan diri untuk datang setiap siang ketika beristirahat, karena dia telah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan anda!”
Jelas sekarang, ia salah menduga. Tapi Joanna merasa malas untuk berpikir, kecuali satu kesimpulan saja bahwa laki-laki itu memang aneh, laki-laki pengecut. Ia tak menyesal dengan rasa kesal padanya. Pasti ia seorang pecundang yang selalu banyak alasan.
Sekarang ia menyuruh adiknya untuk mendekatiku? Laki-laki macam apa itu? Joanna berjanji dalam hatinya sendiri akan membiarkannya kalau ia datang lagi kesini. Kapanpun, besok, atau lusa, atau… terserah!
“Saya rasa, saya harus kembali bekerja!” Kata Joanna akhirnya. Perempuan itu mencegahnya berdiri dengan memegang tangannya.
“Maaf kalau anda mendapat kesan kurang menyenangkan dari kakak saya.” Kata perempuan cantik.
“Anda selalu menolong kakak anda kalau ia ingin mendekati seseorang?” Tanya Joanna sedikit sinis. Sulit dipercaya seorang laki-laki menyuruh adik perempuannya untuk mendekati seorang gadis yang dimimpinya.
“Kakak saya telah divonis dokter bahwa umurnya mungkin tak lama lagi. Saat itu ia masih kuliah. Tapi entahlah, vonis dokter kadang bisa kebetulan sama dengan apa yang digariskan Tuhan melalui takdirnya, tapi seringkali salah! Kakak saya ternyata bertahan sampai ia bekerja, ia membiayai kuliah saya, dan dia sendiri kuliah lagi. Kanker otak yang menghantuinya tak membuat semangatnya bekerja hilang. Ia bahkan terlampau bersemangat, dan seringkali ia lupa bahwa ia mengidap penyakit mematikan dan semestinya dia juga memperhatikan dirinya.” Perempuan itu bercerita. Joanna mendengarkannya setengah hati saja. Apa yang menarik dari cerita itu? Drama yang sudah sering didengarnya.
“Penyakit itu tak mampu menggerogoti juga semangat hidupnya. Tapi tentang cinta, penyakit itu membuat penderitaan lain baginya.”
Perempuan itu diam sejenak. Memandangi Joanna mencari-cari sesuatu. Apa yang dia cari? Kau akan menemukan tumpukan kekesalanku!
“Jika membicarakan tentang masa depan, seakan ia akan hidup jauh lebih lama dari orang lain yang sehat sekalipun. Tapi ketika membicarakan tentang cinta, ia terlihat seperti seseorang yang benar-benar tak punya harapan hidup lagi. Ya, penyakit itu membuat ia memilih meninggalkan kekasihnya.”
Joanna memilih diam mendengar lanjutan cerita tentang laki-laki itu. Baginya perempuan itu tak lebih dari seseorang yang tengah mempromosikan sesuatu. Tepatnya sesuatu yang dramatis. Barangkali untuk menarik simpatinya, atau, ah! Orang selalu memiliki akal. Teruskan saja, tapi maaf kalau aku tak tertarik. Rasanya itu bukan sesuatu yang seharusnya.
“Ia selalu mengatakan pada saya bahwa ia merasa tenang dengan menyibukkan diri tenggelam dengan pekerjaan. Ia merasa akan hidup lebih lama. Ia mulai mencoba melupakan hatinya sendiri yang kosong. Membiarkannya kosong selalu lebih baik, sebab ketika hatinya terisi, ia kembali pada sebuah pemikiran yang terlanjur tertanam di hatinya, ia tak mempunyai banyak waktu hingga saat ajalnya datang!”
“Suatu malam ia bercerita tentang seorang gadis di toko bunga. Ia berkata bahwa ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia merasa sangat sedih, tapi juga bahagia! Sedih karena di hati yang telah dibiarkan kosong dan mana ia menutup rapat-rapat, tiba-tiba dimasuki seseorang yang menggetarkannya. Tapi juga membuatnya merasa bahagia. Saat itu ia mulai berkata bahwa ia mungkin takkan lebih lama lagi bertahan. Ia meminta pada saya untuk menemui anda ketika dia telah meninggal, membeli bunga dan menceritakan semuanya. Saya sedikit merasa kesal dengan perkataannya yang mendahului kehendak Tuhan menurut saya. Tapi, dia memang unfall untuk yang terakhir kali dan dia benar-benar pergi!”
Laki-laki itu telah meninggal?
“Ya, ia telah meninggal!” Kata perempuan cantik itu seakan tahu pertanyaan dalam hatinya. “Ia berkata, kalau aku mendekatinya, apapun akan sia-sia saja. Ia memilih datang setiap siang sekedar untuk melihat anda.”

Joanna tercenung. Ia masih belum bisa melupakan perempuan cantik yang datang kemarin hari dengan ceritanya yang masih sulit untuk bisa dimengerti. Perempuan itu akhirnya membeli setangkai mawar lalu memintanya untuk menerima bunga itu sendiri dan sepucuk surat.
Aneh, tapi ia tak bisa menolaknya.
“Seperti yang telah saya janjikan, saya membeli setangkai mawar. Saya hadiahkan mawar itu untuk seorang gadis di toko bunga ini. Saya merasa bersalah membuatnya tak nyaman untuk waktu yang cukup lama. Maafkan saya.
Saya tahu apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan hati gadis di toko bunga. Tapi, sungguh tak adil kalau saya berusaha mendekati seorang gadis dan mati-matian untuk membuatnya jatuh cinta dan memiliki hatinya, tapi setelah itu saya hanya akan membuatnya kecewa. Itulah kenapa saya katakan sia-sia saja saya mengungkapkan keinginan saya memiliki hati gadis di toko bunga.
Sedikit saya ceritakan, saya telah divonis dokter takkan hidup lebih lama lagi. Saya telah meninggalkan kekasih saya karena saya tak ingin membuatnya merana kehilangan, jika tiba-tiba saya mati. Tak bijaksana bukan jika saya berusaha memiliki hati gadis di toko bunga itu, sedangkan itu hanya akan membuatnya kehilangan?
Maaf atas kesan kurang baik saya dalam setiap kedatangan saya. Saya ingin anda mendapat kesan itu. Karena saya telah jatuh cinta pada gadis di toko bunga. Jatuh cinta adalah sesuatu yang sangat indah. Membuat lupa segalanya, bahkan terkadang membuat seseorang menjadi berbuat bodoh. Maafkan atas kekonyolan ini!”
Ini memang konyol sekali.
Joanna melipat kembali surat dari laki-laki yang dibawa oleh perempuan cantik itu. Ia berharap hari segera berganti dan ia tak ingin mengingat-ingat lagi. Tentang laki-laki yang selalu datang di toko bunga.

Magelang, November 2012
Cerpen Karangan: Adri Wahyono
kompasiana.com/adriwahyono
[Continue reading...]

Jumat, 27 Desember 2013

Adakah cinta sejati itu

Pergantian tahun dari 2012 ke 2013 , sudah lama Dian menantikan tahun ajaran ini .Dimana Dian sudah memasuki SMP favoritnya .

Pagi ini begitu cerah, Dian berjalan dengan santai memasuki SMPnya, padahal dia tau bahwa sekarang ia baru pertama MOS dan tidak baloeh terlambat, sesampainya di sekolah barunya dia bertemu teman SDnya dulu Jessica . Merekapun bercakap - cakap hingga bel , Dian dan Jessica segera berbaris dilapangan . Karena Dian tidak memakai atribut lengkap , Dian jadi dimarahi oleh kaka osis yang galak abis , dan parahnya Dian disuruh lari keliling lapangan 6 putaran .

Setelah bel istirahat Dian menceritakannya pada Jessica , tentang kak osis yang galak itu .
“ Gila , Jess masak gue disuruh keliling lapangan 6 kali sama kak osis itu ! “ kata Dian yg terhanyut emosi.
“ Lo juga sihh yg salah knpa artribut gak lengkap begitu ??? “ kta Jessica yg mulai menenangkan Dian.
‘’ Ihh Jessica , kok malah belain kak osis yang galak itu ? “ sembur Dian dengan keras.
‘’ Ya udah sabar aja ,ya Dian. “ jawab Jessica .
Bel berbunyi Dian dan Jessica kembali ke lapangan . Para osis mengumumkan besok sudah mulai belajar biasa . Dian menarik nafas dan berkata dalam hati “ huhh akirnya MOS ini berakhir juga ‘’
Keesokan harinya Dian dan Jessica ternyata satu kelas .Dan Dian pun mulai berkenalan dan mempunyai banyak teman , diantara semua teman barunya ada teman yg paling dekat denga Dian dan Jessica, mereka bernama Tasya , Mira , dan Gita .Murid-murid belajar dengan serius sampai bel istirahat berbunyi .

Tetttttt………
“ Nah anak-anak pelajar kali ini kita lanjutkan minggu depan ,ya. “ kata Ibu Mita
“ Yaaa bu. “ jawab anak – anak serentak .
Seperti biasa Dian dan kawan –kawan pergi kekantin untuk sekedar berbelanja dan mengobrol santai .

Mita membuka percakapan .
“ Sebenarnya aku sudah lama mencintai Rino teman sekelas kita. ” kata Mita
“ Ia aku juga sebenarnya sudah lama mencintai kak osis yg memarahimu waktu pertama MOS. “ kata Tasya .
“ Kalo aku sudah punya pacar dari SMP lain , dia itu dulu teman sekelasku namanya Reza. “ kata Gita .
“ Kalo aku baru pacaran sama Kak Leo, dia kakak kelas kita, kelas dua. “ kta Jessica
“ Kalo kamu Dian ? siapa pacar kamu ? “ kta Tasya , Gita , Mita , Jessica, secara serentak .
“ Aku tidak punya pacar ! Karena pacaran akan menyakitkan nantinya .” jawab Dian.
“ Lo kenapa begitu ? apa jangan – jangan gara-gara Anton, yg dulu pergi meninggalkanmu, dan kamu masih mencintainya ? “ kata Jessica asal.
“ Bukan aku takut nantinya akan dihianati !” kata Dian lirih
Tiba – tiba bel tanda masuk berbunyi lima sekawan pun masuk kelas . Jessica tidak bisa berkonsentrasi, gara – gara omongan Dian tadi.
Sesampai dirumah Jessica terus memikirkan omongan Dian kalau pacaran nantinya akan dihianati !Tetapi seiring waktu berjalan Jessica melupakan omongan Dian, dia berpikiran kalo Dian omongan Dian itu salah.
Hari Minggu ini Jessica pergi jalan – jalan bersama Cleo, tetangganya dia pergi kesebuah taman untuk sekedar berlari pagi. Saat itu dia bertemu pacarnya Leonardo, Jessica mendengar percakapan Leo dengan selingkuhannya dan merekamnya . Ahh Jessica mendengar perkataan Leo bahwa dia tidak punya pacar ! Jessica lalu menghampiri Leo dan menampar pipinya, dan Jessica bilang “ SEKARANG KITA PUTUS “ lalu Jessica lari tanpa mendengar perkataan Leo. Jessica menyuruh Cleo pulang, Jessica beralasan tidak enak badan, padahal dia marah kepada Leo, pacarnya.
Sesampai dirumah Jessica ingin curhat di diarynya dia pun menulis dengan menitikan air matanya, isi diarynya adalah

Tanggal: 2 - 2 -2013
Dear Diary kenapa sih Leo bilang tidak punya pacar ?
Padahal sudah jelas aku itu pacarnya Leo !
Apa jangan–jangan Leo udah gak sayang sama aku ?
Ah dasar Leo, coba aku mendengar nasehat Dian sewaktu SD.
Bahwa Leonardo Arnando itu “ PLAYBOY ”
Ya, sudahlah mungkin benar kata Dian, pacaran akan berujung dihianati :’( .

Sesudah itu Jessica mengSMS empat kawan karibnya. Dan tak ada yg membalasnya, mungkin saja mereka tidak punya pulsa kali, jawab Jessica dalam hati.

Huhh…..
Setelah lama akhirnya Jessica terlelap hingga keesokan harinya, dan ketika esok harinya Jessica mendapat kabar, bahwa ada kakak kelas yg menyukainya. Dan dia juga mendapat kabar bahwa Dian sudah bertunangan dengan Bayu Kakak kelas tiga yang cool abis, dia juga tim basket.Tepat saat Jessica datang, bel pun berbunyi tanda kelas akan dimulai.Pak guru pun datang, dan memulai menjelaskan pelajaran.
Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi setelah pak guru memberikan tugas kimia, Jessica melihat Dian berkata “ Aku tidak suka kimia “ . Jessica hanya geleng – geleng kepala.

Setelah member hormat kepada pak guru semua berhamburan keluar kelas. Termasuk Jessica dan the geng . Waktu mereka berlima sudah berada dikanti tiba tiba datanglah Kak Alex, seketika tanpa disuruh empat kawannya segera pergi meninggalkan Jessica dengan Kak Alex berdua.Kak Alex membuka pembicaraan
“ Jess, sebenarnya …. “ kata Alex mulai ragu.
“ Sebenarnya apa Kak ? “ tanya Jessica kebingungan.
“ Sebenarnya Kakak telah lama mencintaimu Jessica. “jawab Kak Alex
“ Sungguh kak ? “kata Jessica
“ Yes, could you be my girlfriend ? “tanya Kak Alex
“(Jessica hanya mengangguk kan kepala)! “
“Tapi Kakak janji gak akan mainin aku, ya kak! “kata Jessica lagi
“Ya tentu saja kakak gak akan mainin Jessica,karna kakak sayang Jessica . “jawab Kak Alex
“Aku juga sayang kakak. “kata Jessica senang

Tiba – tiba Dian , Tasya , Mita , dan Gita
“ Cieh yg udah jadian ni, jangan lupa traktir ya ! “ jawab Dian , Tasya , Mita , Gita serentak.
“ Ia, tentu saja !!!!! “ jawab Jessica dan Alex.

Sampai sekarang hubungan Jessica dan Alex semakin mesra.
Bahkan mereka akan segera bertunangan. Dan tentunya akan menikah
 
Karya :  Gusti Ayu Bintang Cahyani
[Continue reading...]

BEAUTIFUL FRIENSHIP

Persahabatan .. Bukan hanya sekedar mengerti dan dimengerti .. bukan hanya sekedar membantu dan dibantu .. Persahabatan itu jauh lebih indah .. Persahabatan itu jauh lebih bermakna .. Persahabatan akan saling mengerti, merasakan, dan saling membantu .. Persahabatan itu abadi dan tidak mengenal waktu .. Demikian dengan persahabatan Gea dan Dea .. Mereka adalah dua orang anak manusia yang bersahabat sejak mereka masih duduk di taman kanak - kanak .. Perjumpaan mereka dimulai ketika mereka bertemu di salah satu taman bermain di kota Bandung. Pada saat itu, Gea yang usianya lebih muda dari Dea sedang diganggu oleh anak laki - laki yang bertubuh tinggi dan tambun .. Karena tidak suka melihat anak perempuan diganggu oleh anak laki - laki, Dea membantu Gea melawan anak laki - laki tersebut .. Gea dan Dea menyatukan kekuatan mereka untuk melawan anak laki - laki tersebut .. Tidak sia - sia, anak laki - laki tersebut akhirnya dapat dikalahkan oleh mereka berdua .. Gea dan Dea pun akhirnya saling berkenalan dan bersahabat hingga saat ini .. Sekarang mereka duduk di bangku kelas 3 SMP di salah satu SMP swasta di kota Bandung .. Suka dan duka telah mereka lewati bersama .. Berbagai ujian yang datang silih berganti mencoba untuk menghancurkan persahabatan merekapun telah mereka lewati .. Mereka seperti lilin dan sumbunya yang tidak dapat lagi terpisahkan .. Namun itu semua berubah ketika Gea ternyata menyukai seorang laki - laki angkatan mereka ..
"Dea .. Aku mau cerita nih .. "
"Cerita apa Gea ??"
"Aku lagi naksir sama cowok Dea .."
"Naksir sama cowok ?? Siapa ?? Aku kenal gk ??"
"Kamu kenal kok .. dia anaknya baik, tinggi, cakep, pokoknya sempurna deh .."
"Iya iya .. Good luck ya Gea .. Semoga kamu mendapat yang terbaik untuk kamu .. Pokoknya keputusan apapun yang kamu ambil aku selalu support kamu kok .."
"Makasih ya Dea .. Kamu emang sahabat aku yang paaaliiig baik .. Aku sayang sama kamu .."
"Sama - sama .. Aku juga sayang sama kamu .."
Tanpa terasa waktu terus berjalan .. Sekarang sudah 2 bulan sejak Gea menyukai laki - laki tersebut .. Tetapi sayang .. sepertinya cinta Gea bertepuk sebelah tangan .. Laki - laki tersebut tidak mencintai Gea .. Dia hanya menganggap Gea sebagai sahabatnya .. Tidak lebih .. Hal ini membuat Gea sedih dan putus asa .. Semua kekesalan dan kekecewaannya pun ia tumpahkan pada sahabat yang selama 7 tahun ini menjadi sahabatnya ..
"Dea ..... Aku sedih banget .. ternyata Chris tidak mencintai aku .. Aku hanya dianggap sahabat olehnya .. "
"Kamu jangan bersedih Gea .. Kamu itu cantik .. Masih banyak laki - laki yang menginginkan kamu di luar sana .. Jangan hanya karena seorang laki - laki kamu menjadi putus asa seperti ini .. Kamu kan masih ada aku dan orang - orang yang mencintai kamu .."
"Iya Dea .. Aku menggerti .. Kamu memang sahabat aku yang paliing baiik .. Kamu selalu ada untuk aku .. Kamu juga selalu support dan menghibur aku kalau aku lagi sedih .."
"Itu gunanya sahabat kan ?? Kamu jangan sedih terus ya .. tetaplah tersenyum girl .. Seyummu adalah senyumku dan kesedihanmu adalah kesedihanku .."
"Kamu memang sahabat yang paling baik untuk aku .. Aku tidak akan melupanmu Dea .. Tidak akan pernah .. sekalipun ajal datang menjemputku .."
"Aku juga tidak akan melupanmu Gea .."

Seiring berjalannya waktu Gea masih belum dapat sepenuhnya melupakan Chris .. Gea selalu berharap dapat bertemu dengan Chris dan memeluknya walaupun hanya dalam bunga tidur saja .. Di lain sisi, Ternyata Dea mendapat tugas untuk mengajari Chris dari gurunya .. Dea diminta gurunya untuk membantu Chris dalam pelajaran Matematika, karena nilai Chris sangat jauh dari memuaskan .. Walaupun dengan berat hati, akhirnya Deapun menerima tawaran dari gurunya .. Tanpa Dea sadari, ternyata hal ini justru membuka peluang agar Dea dapat menjodohkan Gea dengan Chris, tetapi ternyata Dea tidak sepintar yang diduga ..
Beberapa bulan mengajari Chris, ternyata hasil belajar Chris meningkat .. Dea pun sudah dinyatakan berhenti menjadi furu privat Chris .. Sekarang Dea sudah dapat bebas dari beban berat yang selama beberapa bulan ini menjadi tanggungannya .. Di lain sisi, ternyata Gea sudah dapat melupakan Chris dan anehnya lagi, sekarang Gea malah menjodoh - jodohkan Dea dengan Chris .. Dea tidak terlalu serius menganggapi sahabatnya tersebut .. Belakangan ini Dea memang sedang dekat dengan Chris, tetapi mereka hanya sebatas bersahabat .. Tidak ada kata cinta untuk hubungan mereka .. Dea berpikir bahawa Gea hanya bergurau saja, tetapi belakangan ini Dea mulai resah oleh perjodohan yang dilakukan Gea terhadap dirinya .. Belum lagi gossip - gossip yang beredar bahawa Dea naksir dengan Chris !!! Hal ini membuat Dea shock bukan main .. Dea tidak habis pikir bagaimana gossip tersebut dapat muncul dan dapat beredar padahal kebenarannya sangat - sangat bertentangan dengan isi dari gossip tersebut.. Dea pun menuduh Gea yang menyebarkan gossip tersebut .. Hal itu juga yang membuat Gea dan Dea akhirnya bertengkar .. Jujur ini adalah pertengkaran pertama bagi mereka selama mereka bersahabat 7 tahun .. Sangat disayangkan memang .. Hanya karena salah paham kecil dapat membuat persahabatan yang sangat kuat itu retak .. Untungnya Gea dan Dea terlalu sayang akan persahabatan mereka .. Persahabatan mereka terlalu berharga untuk dihancurkan oleh salah paham kecil yang sangat - sangat simple .. Setelah sekian lama, mereka pun akhirnya menyadari kesalahan masing - masing

drrrttt .... drrttt .. drrrtttt ..
one message received
Gea pun langsung membuka SMS yang ternyata dari Dea tersebut .. Gea sangat kaget saat mengetahui nama pengirim SMS tersebut, tetapi Gea lebih kaget lagi ketika membaca isi SMS tersebut ..
"Gea .. maafkan aku ya .. Aku terlalu jahat menuduh kamu yang bukan - bukan bahkan belum ada buktinya .. Aku memang jahat .. Maafkan aku ya .. Aku harap kamu dapat memaafkan aku .. Aku tidak betah lama - lama bermusuhan dengan kamu .. :( "

Dengan cepat Gea pun membalas SMS Dea ..
"Dea .. Maafkan aku juga ya .. Aku juga salah telah menjodohkan kamu dengan Chris .. Seharusnya aku tahu kamu tidak suka dengan Chris, tetapi aku malah menjodohkan kamu dengan Chris .. Aku juga salah .. Jadi maaf juga ya .. Aku udah maafin kamu dari dulu kok :)"
Sent

5 menit kemudian, Gea mendapat balasan dari Dea ..
"Kita tetap bersahabat kan ?? Aku kangen sama kamu .. Kita jangan musuhan lagi ya ?? Aku sedih kalau harus musuhan sama kamu .."
"Kita akan bersahabat selamanya Dea .. Di hatiku kamu tetap menjadi sahabatku yang paling baik dan mengerti aku :) Terima kasih telah manjadi sahabat yang baik untuk aku selama 7 tahun ini .."

Setelah hari itu, Gea dan Dea pun kembali bersahabat .. Tidak ada salah paham dan sakit hati lagi .. Mereka sekarang sudah lebih dewasa dan lebih saling mengerti lagi .. Tetapi ada rahasia yang belum Gea ketahui .. Bahwa sebenarnya Dea mencintai Chris .. Dea tidak berani jujur karena takut akan menyakiti hati sahabatnya itu .. Perasaan itupun Dea pendam selama berbulan - bulan bahkan bertahun - tahun .. Hal yang sama juga dirasakan Chris .. Ternyata Chris juga cinta dengan Dea .. Tetapi Chris terlalu takut untuk mengakuinya karena takut akan mendapat penolakan dari Dea .. Chris terlalu takut untuk patah hati .. Cinta Chris ke Dea pun dipendamnya selama berbulan - bulan bahkan bertahun - tahun .. Setelah mereka lulus SMP, Chris dan Dea tidak pernah bertemu lagi, tetapi rasa cinta itu tetap ada bahkan semakin tumbuh dalam hati masing - masing ..

10 Tahun kemudian
Tidak mudah bagi Dea menyimpan cintanya kepada Christ .. Dea sangat ingin bertemu dengan Chris, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya .. Selama 10 tahun ini Dea sudah banyak berubah .. Rambutnya yang dulu bergelombang dan berwarna coklat serta panjang sepinggang sekarang berubah menjadi lurus dan memiliki panjang sebahu .. Sekarang pun Dea sudah menggunakan kontak lens .. Tidak memakai kacamata seperti dahulu lagi .. Wajah Dea juga sekarang sudah semakin imut dengan matanya yang bulat besar dan berwarna coklat .. Selama 10 tahun inipun hatinya tertutup untuk pria mana pun .. Sudah banyak lelaki mapan dan tampan yang berusaha untuk mendekati Dea, tetapi hal itu hanya sia – sia saja .. Hatinya sudah terkunci dan hanya Chris yang mempunya kunci untuk membuka hatinya .. Hal yang sama juga terjadi kepada Chris .. Sekarang Chris sudah tumbuh menjadi laki – laki yang jauh lebih tampan dan lebih tinggi .. Tingginya sekitar 180 cm .. rambutnya cepak berwarna coklat .. Badannya atletis dan sudah lebih berotot dibandingkan ketika dia kelas 3 SMP dilengkapi dengan kulitnya yang putih dan bersih .. Matanya bulat besar dengan bulu mata yang lentik dan mata yang berwarna coklat .. Hidungnya mancung melengkapi penampilannya yang sudah sempurna .. Hal ini membuat Chris dengan cepat menjadi cowok idola semua perempuan, tetapi perempuan – perempuan tersebut harus menelan kekecewaan karena hati Chris bukan untuk mereka, melainkan untuk Dea .. Chris juga sangat rindu dengan Dea, tetapi Chris tidak tahu bagaimana caranya bertemu dengan Dea ..

Beberapa bulan kemudian, ternyata takdir mempertemukan cinta mereka lagi .. Mereka dipertemukan sebagai rekan kerja yang sedang mengurus proyek di luar kota .. Cinta yang sempat padam itupun akhirnya berkobar - kobar kembali, tetapi mereka terlalu malu dan gengsi untuk menunjukkan cinta mereka .. Tampa terasa waktu pun terus berjalan .. Proyek tersebut sudah selesai dikerjakan dan mereka tidak akan berhubungan lagi .. Deapun bercerita kepada Gea sahabatnya tentang perasaanya kepada Chris ..
“Gea .. Aku bingung deh .. Aku sangat mencintai Chris, tetapi sepertinya Chris tidak mencintai aku .. Aku harus bagaimana Gea ??”
“Kamu harus sabar Dea .. Aku yakin kamu akan mendapatkan laki – laki yang terbaik untuk kamu, karena kamu layak mendapatkan itu ..”
“Terima kasih ya Gea kamu sudah selalu mendukung aku .. Aku sayang sama kamu ..”
“Sama – sama Dea .. Itu gunanya sahabat bukan ??”
Dea tidak dapat berbicara apa – apa lagi .. Dea hanya dapat memeluk Gea dan berterima kasih kepada Tuhan karena telah mengirimkan sahabat yang begitu baik seperti Gea ..

Di lain sisi, Chris bingung bagaimana menyatakan cintanya kepada Dea .. Tetapi sepertinya dewi fortuna sedang berpihak padanya .. Chris menemukan buku kenangan perpisahannya ketika Chris masih SMP !!!
“Halo Dea .. Aku mau ajak kamu hang out nih ..”
“Ayo lah .. Aku juga lagi suntuk nih ..”
“Okey girl .. Aku tunggu di Restaurant Atmosphere jam 7 malam .. Jangan lupa dandan yang cantik ya .. Bye .. See you soon girl !!”
“Byee ..”

Tiba – tiba perasaan Dea tidak enak .. Dea curiga pada sahabatnya itu, tetapi perasaannya tersebut dibuangnya jauh – jauh karena Dea takut akan salah paham lagi dan bermusuhan lagi dengan Gea seperti ketika mereka masih SMP dahulu ..

Pkl 19.00 Restaurant Atmosphere
“Gea mana sih ?? Tumben – tumbennya dia telat ..”

Dea berusaha menelepon Gea, tetapi hal tersebut sia – sia saja, karena telepon dari Dea tidak diangkat oleh Gea .. Ketika Dea sedang berusaha untuk menelepon Gea, Dea pun terkejut mendapati seorang laki – laki tampan yang familiar sedang masuk ke dalam restaurant tersebut dan menuju ke tempatnya sambil membawa sebuket besar bunga mawar pink .. Bunga kesukaan Dea .. Ya tidak salah lagi .. Laki – laki itu adalah Chris !! Dea sangat – sangat kaget dan tidak dapat berkata apa – apa lagi .. Chris yang baru datang pun langsung menghampiri Dea dan memberikan sebuket bunga mawar tersebut kepada Dea ..
“Hai Dea .. Ini bunga mawar untukmu .. Hari ini kamu tampak cantik sekali ..”
“Chris .. Itu kamu kan ??”
“Iya .. Apa kamu masih tidak percaya ??”
“Iya aku percaya .. Makasih yang bunganya .. Lalu kok kamu bisa berada di sini ??”

Chris tidak menjawab pertanyaan Dea, tetapi Chris langsung menarik tangan Dea ke dalam genggamannya .. Dea yang awalnya kaget dibuat tambah kaget oleh Chris .. Muka Dea sekarang sudah sangat pucat karena gugup ..
“Dea .. Dari dulu aku sayang sama kamu .. Selama 10 tahun ini aku terus nungguin kamu .. Aku udah mencoba membuka hatiku kepada wanita, tetapi tidak ada yang bisa membuat aku jatuh cinta seperti kamu membuatku jatuh cinta kepadamu .. 10 tahun aku menantimu dalam rindu yang sangat menyiksaku .. Ingin aku bertemu denganmu dan memelukmu serta merantaikan kamu denganku agar kamu tidak dapat pergi jauh – jauh lagi dariku .. Aku sangat mencintaimu Dea .. Aku ingin kamu yang menemani hari – hari aku .. Aku ingin kamu yang menjadi pendamping hidupku .. Yang selalu mendengar keluh kesahku .. Aku ingin kita dapat melewati berbagai rintangan bersama – sama denganmu .. Aku ingin menghabiskan hidupku denganmu Dea ..”

Dea yang mendengar pengakuan Chris pun tak kuasa menahan tangis yang sudah begitu membuncah dalam hatinya .. Dea pun langsung berdiri dan memeluk Chris erat – erat seakan tidak membiarkan waktu sedetikpun untuk membuat Dea jauh dari Chris ..
“Chris .. Aku juga sangat mencintaimu .. 10 tahun sudah aku menunggumu .. Aku kira ini hanya cinta remaja biasa .. Tetapi setelah 10 tahun penantianku aku sadar bahwa kamu memang laki – laki yang aku cintai .. Kamu adalah laki – laki yang terbaik untukku Chris .. Aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi dariku .. Aku juga ingin menghabiskan waktuku denganmu .. Berjanjilah bahwa kamu tidak akan pernah meninggalkan aku apapun yang terjadi .. Aku sayang sekali padamu Chris ..”

Chris yang mendengar pengakuan cinta dari Dea pun menangis .. Chris tidak kuasa menahan tangisnya .. Chris tidak malu lagi untuk mengeluarkan air matanya .. Rasa malu tidaklah penting .. Rasa yang pertenting adalah rasa bahagianya yang tidak akan pernah dapat dilukiskan dengan kata – kata ..
Tidak disangka ternyata Gea eluar dari persembunyiannya .. Ternyata dari tadi Gea menguping pembicaraan mereka .. Gea jugalah dalang dibalik pertemuan Chris dengan Dea .. Chris sengaja meminta bantuan Gea untuk dapat bertemu dengan Dea .. Chris mendapat nomor telepon Gea dari buka perpisahan tahunan SMP mereka .. Gea pun langsung memeluk Dea ..
“Cieeee .. Sahabatku ini sudah jadian rupanya .. Kapan nih traktirannya ??”
“Dasar kamu nakal Gea .. Kamu udah bohongin aku .. Pokoknya aku sebel sama kamu ..”
“Yee .. Aku kan udah bantuin kamu .. Kalo gak ada aku kamu gak mungkin jadian dengan Chris ..”
“Iya – iya .. Dasar nyonya bawel “
“Ya udah Gea .. Kamu kan udah bantuin aku jadian dengan Dea .. Sekarang aku traktir kamu deh .. Kamu mau makan apa ??”
“Asiikkk”

Mereka bertiga pun bertaut juga .. Tidak sia – sia penantian mereka selama 10 tahun .. Penantian lama tersebut pun akhirnya dapat terbalaskan .. Tidak ada lagi kata I hate you untuk menutupi perasaan akan rasa egonya .. Yang ada kata I Miss You dan I Love You yang selalu dikatakan oleh kata hati masing – masing .. Dan tidak ada kata The End untuk mengakhiri kisah ini .. Karena ketika kita mengakhiri kisah ini, justru saat itulah kisah ini berawal ..

karya : Serline ..
Follow twitter aku ya .. @Serline_ajah

[Continue reading...]

Lucky Girl

Aku, Kasya Adelia. Nama yang tidak umum? Memang! Biarlah, itu kreasi orangtuaku. Terlahir dengan wajah innocent, manis, cantik, dan polos. Plus badan mungil dan ramping yang sukses membuat teman-temanku sirik. Aku termasuk jajaran murid pintar di kelas lho. Hanya saja, aku memiliki sifat pelupa, PD dahsyat, dan bengal. Love life? Zero. Zero! Aku hanya berharap, ada seorang prince –yang tidak harus charming– datang kepadaku dengan ketulusan yang tidak dibuat-buat!

Lagi-lagi aku kena marah guru. Padahal, aku hanya tidak mengerjakan PR. Yah, memang sih sudah yang kedua kali. Eh, mungkin yang ketiga kali. Pokonya tidak mengerjakan PR deh. Guru itu –Pak Dudung– memarahiku tanpa ampun. Di depan kelas lagi! Damn. Mau ditaruh dimana muka manisku ini? Semua teman-temanku hanya bisa tersenyum, berusaha menahan tawa. Tanpa ada yang berusaha memberikan pembelaan untukku. Huh, teman macam apa mereka? Aku hanya bisa memasang tampang innocent plus polos plus memelas ketika mendengar omelan Pak Dudung yang sepeti kereta berlokomotif tidak terhingga. Aku merutuki sifat pelupaku. Mayday mayday..
Entah mungkin Pak Dudung sedang happy, entah tersihir wajah innocentku. Tapi yang pasti, beliau tidak jadi menghubungi orangtuaku. Aku bersorak dalam hati. Beliau hanya menyuruhku berdiri diluar kelas. Yeah! Tandanya, aku bisa kabur ke perpustakaan. Sifat bengalku memang susah dilawan. Aku mana tahan harus berdiri panas-panasan di luar kelas? Segera aku melangkahkan kaki ke perpustakaan. Tempat paling nyaman di seantero sekolah. Tempat aku bisa merefresh pikiranku saat ada masalah yang menumpuk. Setiap jalinan kisah yang terdapat dalam sebuah buku, selalu sukses membuatku lupa diri dan terhanyut bersama tokoh utama tersebut.

Terpaan angin AC yang dingin segera menyambutku. Ah, sudah lama aku tidak kesini. Kegiatanku di Osis lumayan menyita sedikit waktuku. Yah, walaupun lama dalam kamusku adalah 2 hari. Ibu Rini –penjaga perpustakaan– menyapaku dengan ramah. Tanpa menanyakan alasanku yang berada di perpus saat jam pelajaran. Fiuh, big applause for her! Aku segera membalas sapaannya dengan ramah, dan berlari menuju kubikel favoritku setelah sebelumnya menyambar asal sebuah buku dari rak. Kubikel favoritku ini, terletak di paling ujung dan paling pojok. Mungkin itu sebabnya tidak ada murid lain yang menggunakan kubikel ini selain aku. Seram katanya. Padahal, menurutku kubikel ini paling oke! Disini, aku bisa leluasa membaca buku tanpa ada gangguan dari orang yang hilir mudik. Tenang pokoknya.

Oh ya, kubikelku ini juga paling banyak coretannya. Maklum, aku tidak tahan untuk tidak mencoret-coret barang. Bahkan mejaku juga penuh dengan coretan. Dan untuk hal yang satu ini, belum pernah ada guru yang memarahiku. Sebenarnya sih karena belum ketahuan, hehe. Kembali ke coretan, aku amat-sangat-sering menulis isi kepalaku di kubikel ini. Rasanya ada yang kurang gitu kalau belum menulis. Dan dimulailah tulisanku untuk hari ini.

Plis deh Pak! Jangan salahin saya dong. Emang saya bisa milih jadi pelupa apa? Bawaan lahir tao paak. Bete bete. Kayanya hari ini bakalan kelabu. Huhu.. T-T ada yang nyemangatin dong someone.. ck..
Aku tertawa sendiri melihat tulisanku itu! Sedikitpun tidak mirip dengan tulisan asliku. Sepertinya kemampuanku mengubah bentuk tulisan semakin meningkat! Aku pandangi tulisan-tulisanku yang lain. Hiyaa.. Kok sebagian galau gitu sih? Huahaha.. Aku terbahak-bahak dalam hati. Sekali lagi, aku melayangkan pandanganku. Tunggu. Ada yang aneh. Tulisan lain. Tercetak jelas di samping setiap tulisanku. Mengomentari setiap tulisanku! Menyemangati setiap tulisanku! Aku baca perlahan-lahan tulisan si misterius itu.

Semangat Sya! Kamu pasti bisa melewati hari ini dengan senyuman J
Selalu lihat sisi positifnya Sya! Kasya pasti bisa!
Hey, Kasya Adelia itu terlahir kuat! Dia gak akan putus asa, kan?
Sayang kalau wajah innocentmu tertutup ekspresi amarah. Tertawa dan tersenyum dong :D
Aku peduli, dan akan selalu mendungmu.. :)

Aku terheran-heran sendiri. Begitu banyak tulisan dari orang yang aku sendiri tidak tahu siapa. Lagipula, bagaimana dia tahu namaku? Jangan-jangan.. Aku dimata-matai! Terburu-buru aku berdiri dan mengedarkan pandanganku ke sepenjuru perpustakaan. Nihil. Tidak ada siapa-siapa. Yah, walaupun saat membacanya aku merasa ada yang melumer di dalam hatiku. Karena, dia adalah orang pertama -yang sepertinya- peduli padaku. Aku menghela nafas panjang. Segera aku menulis lagi.

Haloo.. Ini siapa yaa? Kok tau aku? Hayo ngakuuu… Jangan bikin orang penasaran dong, dosa tau. Eh, tapi big thanks for you ya.
Besok, aku harus segera kembali ke perpustakaan! Aku paling tidak tahan dengan yang namanya penasaran! Awas saja kalau dia sampai tidak membalas. Akan aku cari sampai ke penjuru sekolah sekalipun.
“Sya, lima menit lagi bel tuh,” suara ibu perpustakaan mengingatkanku.
Oh! Aku harus segera kembali ke depan pintu kelas. Kalau tidak, hiiy.. Kupingku akan semakin panas mendengar omelan Pak Dudung. Aku segera berlari keluar perpustakaan. Tidak lupa mengucapkan terimakasih –dengan berlari juga– kepada ibu perpustakaan. Dan beliau hanya bisa geleng-geleng kepala melihat salah satu murid langganannya.

Pak Dudung memang galak, Sya. Hehe.. Sabar yaa. Oh ya. Anggap saja aku Guardian Angelmu. Yang akan selalu mendukung, dan ada untukmu.Oke?
Keesokan harinya, aku kembali ke perpustakaan. Dan benar saja, orang itu membalas! Aku melotot membaca tulisannya. Guardian Angel?! Apaan tuh! Seenaknya bikin aku penasaran. Tapi lagi-lagi, aku merasa ada yang lumer di hatiku. Duh, masa aku menyukai seseorang yang bahkan aku saja tidak tahu? Dengan gemas aku menulis lagi.Angel? Ga nyata doong, hii… Ngaku dong, plis banget. Jangan main-main gini dong. Pengen ngeliat aku marah kali ya?

Oke, aku ini memang orang yang susah buat jatuh suka (well, dalam hal ini aku menghindari kata ‘cinta’). Buktinya, selama 16 tahun hidup aku belum pernah tuh naksir cowok. Yah, kecuali penyanyi favoritku –Nick Jonas. Suaranya… Wajahnya… Oke, back to the topic. Kenapa ya? Tiap kali aku baca tulisan-tulisannya, aku merasa ada yang melumer di hatiku. Aku jadi hangat luar dalam. Duh, what’s wrong with my heart? Tiap baca tulisannya, aku bisa merasakan kepedulian dan ketulusannya.

Enak aja, aku nyata kok. Manusia, real! Dan aku BENER-BENER ga ada niat MAIN-MAIN. Aku serius, Sya.Kamu boleh marah kok. Just wait and see.. Keep spirit yaa.

Lama-kelamaan, kegiatan yang kusebut “Coret-Coret-Bikin-Kubikel-Kotor” yang kusingkat “CCBKK” berlangsung rutin setiap hari. Dan anehnya, aku gak pernah sekalipun ketemuan sama orang itu. Ibu perpus gak pernah mau ngasih tau siapa orang selain aku yang make kubikel itu. Dan lagi, kalau ada orang lain yang iseng ngebaca tulisan itu, pasti bingung sendiri. Lha wong isinya macem-macem. Ada kata semangat, debat kusir, galau dan teman-temannya, sampai tentang pelajaran! Bisa dibayangin dong gimana kotornya itu kubikel? Dan tanpa aku sadari, CCBKK udah berlangsung selama lebih dari 3 minggu.

Seperti biasa, aku sedang berjalan menuju perpustakaan. Tapi, rute kelas-perpustakaan yang kutempuh sedang tidak biasa. Aku harus memutar jalan melewati ruang guru. Pak Dudung tidak sengaja membawa buku paketku yang dipinjam olehnya. Dasar guru, bukannya mengembalikan langsung. Huh.

Saat aku sampai di depan pintu ruang guru, aku bersiap membukanya. Tapi tiba-tiba, pintu itu terbuka sendiri! Kaget? Pastinya! Jangan-jangan… Hantuuu! Husssh. Segera kutepis pikiran konyolku itu. Ternyata, ada seseorang yang membukanya. Aku hanya melihat wajahnya sekilas, selain dia yang langsung memalingkan wajahnya, dia juga membawa setumpuk buku perpustakaan dan beberapa lembar kertas yang hampir menutupi wajahnya. Wajahnya terlihat kaget. Mungkin akan kecantikanku ini, hehehe. Tapi yang jelas, selembar kertas terbang dari genggamannya saat dia berjalan menjauh. Dan kertas itu jatuh tepat didepan kakiku. Penasaran, aku memungutnya. Ternyata kertas ulangan. Dan, wow! Nilai yang sempurna. Amri Affandi, pasti orang yang pintar. Saat aku melihat tulisan jawabannya, aku terperangah. Jantungku langsung berdebar tak keruan. Hatiku terasa panas. Tulisan ini.. aku bukan sekadar mengetahuinya. Aku mengenalnya!

Aku langsung berlari mengejarnya. Sia-sia aku berteriak namanya. Sayang, di kertas tersebut tidak dicantumkan kelasnya. Dia tidak ada. Heran, lari kemana sih? Cepat sekali. Aku memutuskan untuk menyimpan kertas ulangan tersebut dan pergi ke perpustakaan. Aku harus merefresh pikiranku!
Untuk kesekian kalinya, terpaan dingin AC kembali menyambutku. Ibu perpus entah mengapa tersenyum penuh arti kepadaku. Aku membalas senyumannya dengan kikuk. Kali ini, aku memilih buku dengan seksama. Memilah buku mana yang akan membawaku terhanyut dengan cepat dalam buku itu.
‘City of Bones’ tampaknya pilihan yang cocok. Aku segera melangkahkan kakiku menuju kubikel favoritku. Otakku benar-benar butuh penyegaran! Aku bahkan berniat bolos jam pelajaran. Ini semua gara-gara tulisan Amri Affandi! Tenang Kasya.. Keep calm..

Yah, ternyata ‘keep calm’ku tidak berjalan sukses. Aku terkesiap ketika ada seseorang yang sudah duduk manis di kubikelku. Dalam otakku, sudah terpampang berbagai “naskah” untuk mengusir orang tersebut. Namun, aku lebih terkesiap lagi ketika melihat wajahnya. Wajah itu.. Walaupun hanya sekilas melihatnya, aku langsung mengenalinya! Ya, tidak salah lagi. Dia adalah orang yang kutabrak tadi di depan Ruang Guru! Otakku seakan ditembak sinar pembeku. ‘Brain Freezing Time’-ku kambuh lagi. Lidahku kelu. Dia hanya tersenyum. Senyuman yang entah mengapa membuat diriku menghangat.
“Amri Affandi?”Tanyaku dengan takut. Aku menunduk, takut salah orang!
“Kasya Adelia, kan?” Balasnya disertai senyuman mautnya. Uh, aku meleleh di tempat. Aku kaget. Jantungku berdetak tidak karuan. Inikah orangnya? Orang yang berhasil membuat hatiku berdebar-debar? Aku hanya mengharapkan seorang ‘Prince’. Tapi, mengapa? Mengapa yang datang ‘Prince Charming’? Wajahnya begitu tampan. Dengan mata yang jernih dan alis yang teduh. Dihiasi kacamata tanpa frame yang sukses membuatnya semakin charming. Rambutnya hitam pekat dan lurus. Dan hal lainnya, sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Aku mengorek ingatanku. Ya, dia adalah peraih peringkat 1 paralel. Dan aku
harus puas berada di peringkat 2 atau 3. Sering disebut, ngg... Ice Prince!
“Ng.. Ak.. Kamu.. Amir –eh! Amri Affandi? Ng.. Yang suka nulis di.. sini?” Tanyaku dengan takut. Aku hanya tidak ingin harapanku kelewat tinggi. Aku takut.
“Fandi aja. Dan aku sudah memutuskan bahwa sekarang saatnya aku jujur sama Kamu. Kamu boleh nganggep aku pengecut atau apa. Aku terima. Jujur, karena aku sendiri juga gak berani untuk ngungkapin secara langsung. Dan sekarang, aku udah mengumpulkan keberanian itu,” jelasnya panjang lebar. Tapi, wait! Keberanian apa? Duh, makin geer nih!
“Kasya Adelia, Aku suka Kamu. Kamu mau berada di sisiku sekarang dan seterusnya?”,Terang Fandi dengan suaranya yang jernih. Matanya begitu penuh keyakinan, ketulusan, dan cinta? Ah, aku tidak yakin ekspresi apa itu. Yang pasti, ekspresi tersebut kontan membuatku panas-dingin, jantungku berlompatan tidak karuan.

Help! Mayday mayday! Aku meerasa linglung. Ini mimpi? Bukan. Pasti bukan, aku harap. Saat matanya memandangku, aku langsung membeku lagi. Dan dalam sekejap melumer kembali saat Fandi menggenggam tanganku. Saat itu juga aku kembali menjadi diriku. Pikiranku melayang ke tulisan-tulisan di kubikel. Dia tulus. Dia baik. Dia peduli. Dan yang terpenting, aku menyukainya. Perlahan, aku mengangguk. Dan setelah anggukan itu, aku merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia!
“Ciee.. Ice Prince..” ledekku pada Fandi. Hahaha, ternyata dia tidak menyukai julukan itu. Huu… Siapa suruh jarang senyum? Walaupun jika terhadapku, dia selalu tersenyum sih, hehehe. Aku memperhaikan wajahnya. Gawaat, sepertinya Fandi bete akan ledekanku yang tidak berhenti-berhenti. Hahaha, tapi aku tidak terlalu peduli. Meledeknya adalah hal yang menyenangkan buatku.
“Cieee pasangan jenius..” ledekku lagi. Kali ini, adalah julukan buat kami berdua. Terus terang, aku menyukai julukan itu. Dan lagi-lagi, Fandi tidak menyukainya. Aku baru akan meledek lagi, saat jeweran mengenai kupingku.
“Nona kubikel, aku laporin ke guru ya kalau kamu suka mencoret-coret properti sekolah.” Balas Fandi dengan senyuman mautnya.
Tentu saja aku langsung meleleh dan diam melihat senyumannya. Fandi yang melihatku diam, menyangka aku marah dan langsung mengecup dahiku tanda permintaan maaf.

Sekali lagi, aku merasa menjadi ‘Gadis Paling Beruntung di Dunia’.
Karya : Aisha Taqiyyah
[Continue reading...]
 
Copyright © . Cerpenazza - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger